Pria Usia 40an Rentan Terserang Kista Epididimis

Ditinjau oleh  dr. Rizal Fadli   12 Juni 2020
Pria Usia 40an Rentan Terserang Kista EpididimisPria Usia 40an Rentan Terserang Kista Epididimis

Halodoc, Jakarta – Kista epididimis adalah jenis penyakit yang menyerang pria. Gangguan kesehatan ini rentan menyerang pria yang berusia di atas usia 40 tahun dan hampir tidak pernah ditemukan pada anak-anak atau sebelum masa pubertas. 

Kendati begitu, pria di usia berapapun tetap harus mewaspadai jenis kista ini. Kista epididimis terjadi akibat muncul benjolan kecil berisi cairan pada saluran epididimis, yaitu saluran yang terhubung dengan testis.

Saluran epididimis merupakan tempat penyimpanan dan pematangan sperma. Sebenarnya, kista ini bersifat jinak dan tidak berbahaya. Namun, bukan berarti boleh diabaikan. 

Kista yang semakin membesar dan menunjukkan gejala penyakit sebaiknya diwaspadai. Segera lakukan pemeriksaan ke rumah sakit jika gejala yang muncul semakin buruk. Pemeriksaan perlu dilakukan untuk memastikan apakah gejala yang dialami memang kista epididimis atau penyakit lain.

Baca juga: Kaum Adam Perlu Waspada, Mr P Juga Bisa Terkena Kista

Penyebab Pria Mengalami Kista Epididimis 

Pria berusia di atas 40 tahun lebih rentan mengalami kista epididimis dibanding pria pada usia lain. Kabar buruknya, sebagian besar pria tidak menyadari telah mengalami penyakit ini, sebab kista epididimis yang bersifat ringan seringnya muncul tanpa menunjukkan gejala sama sekali. Kebanyakan, gejala yang muncul biasanya mirip dengan kondisi spermatokel (kista epididimis yang berisi sperma mati) dan peradangan epididimis (epididimitis).

Sayangnya, hingga kini belum diketahui apa hal yang bisa menyebabkan pria mengalami kondisi ini. Namun secara umum, kista epididimis terjadi saat saluran epididimis terisi cairan yang tidak bisa keluar. Tumpukan cairan itulah yang kemudian berubah menjadi benjolan dan berkembang menjadi kista pada epididimis.

Baca juga: Apakah Kista Epididimis Bisa Sebabkan Komplikasi?

Meski penyebabnya belum  diketahui, ada beberapa kondisi yang disebut bisa meningkatkan risiko kista epididimis, di antaranya mengalami cystic fibrosis, penyakit ginjal polikistik, penyakit Von Hippel-Lindau serta paparan obat pengganti hormon. Kista yang masih berukuran kecil biasanya tidak menunjukkan gejala apapun, sehingga seseorang mungkin tidak menyadari keberadaan benjolan tersebut. 

Seiring berjalannya waktu, kista akan menjadi semakin besar dan mulai menunjukkan gejala. Kista epididimis biasanya akan mulai terasa saat ukurannya sudah lebih besar, seperti gumpalan lunak di bagian atas atau bawah testis. Kalau sudah membesar, sebaiknya segera lakukan pemeriksaan ke rumah sakit terdekat.

Kista epididimis biasanya muncul lebih dari satu, selain itu juga bisa terjadi pada kedua testis. Benjolan kista cenderung mudah diraba karena terpisah dari testis. Saat diraba, benjolan akan bergerak-gerak karena berisi cairan, serta tembus pandang jika terkena cahaya. Jika masih berukuran kecil, kista umumnya tidak mengganggu, tidak menyebabkan nyeri, serta jarang berujung pada infeksi.

Baca juga: Perlu Diwaspadai, Inilah Gejala Kista Epididimis

Namun, saat kista sudah bertambah besar atau menyebabkan rasa nyeri pengobatan perlu segera dilakukan. Benjolan kista yang sudah membesar akan ditangani dengan cara operasi. Tujuannya untuk mengangkat kista. Semakin cepat penanganan kista epididimis dilakukan, maka akan semakin kecil risiko munculnya komplikasi.

Masih penasaran dan butuh informasi seputar kista epididimis dan kapan harus melakukan pengobatan? Tanya dokter di aplikasi Halodoc saja. Kamu bisa dengan mudah menghubungi dokter melalui Video/Voice Call dan Chat, kapan dan di mana saja tanpa perlu ke luar rumah. Dapatkan informasi seputar kesehatan dan tips hidup sehat dari dokter terpercaya. Yuk, download Halodoc sekarang di App Store dan Google Play! 

Referensi:
Web MD. Diakses pada 2020. Spermatocele (Epididymal Cyst).
Patient. Diakses pada 2020. Epididymal Cyst.
Netdoctor.  Diakses pada 2020. Epididymal Cyst Removal.

Mulai Rp25 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Dokter seputar Kesehatan