Rabun Jauh Bisa Disebabkan Keturunan dan Pengaruh Lingkungan

Ditinjau oleh  Redaksi Halodoc   07 Desember 2018
Rabun Jauh Bisa Disebabkan Keturunan dan Pengaruh LingkunganRabun Jauh Bisa Disebabkan Keturunan dan Pengaruh Lingkungan

Halodoc, Jakarta - Rabun jauh atau yang dalam istilah medis disebut sebagai miopia merupakan gangguan penglihatan yang menyebabkan objek yang letaknya dekat terlihat jelas, sedangkan objek yang letaknya jauh terlihat kabur. Tingkat keparahan rabun jauh sangat beragam dan berbeda-beda pada setiap pengidapnya. Pengidap rabun jauh ringan umumnya tidak membutuhkan penanganan khusus. Namun, pada kasus rabun jauh yang tergolong parah, kemampuan melihat pengidapnya bisa sangat terganggu, sehingga diperlukan alat bantu penglihatan.

Lebih lanjut, pada kondisi normal, kornea mata memiliki bentuk dan ukuran normal yang memungkinkan cahaya untuk masuk dan difokuskan tepat pada retina. Nah, pada pengidap rabun jauh, kornea mata menjadi lebih panjang dan pipih, sehingga cahaya tidak bisa terfokus tepat pada retina. Melainkan jatuh pada satu titik di depan retina.

Namun, ukuran kornea bukanlah satu-satunya penyebab yang membuat seseorang terkena rabun jauh. Kerusakan refraktif pada mata merupakan penyebab paling sering yang mendasari kondisi ini. Pada gangguan refraktif, lapisan kornea tidak mulus seperti mata normal, sehingga cahaya yang masuk tidak dapat dibiaskan secara normal. Cahaya yang masuk ke mata justru terfokus di depan retina, sehingga pandangan jarak jauh menjadi kabur.

Penyebab di balik kerusakan tersebut pun hingga kini belum diketahui secara pasti. Para pakar menduga kondisi ini dapat dipicu oleh 2 faktor utama, yaitu keturunan dan pengaruh lingkungan. Anak-anak dengan orang tua yang mengidap rabun jauh memiliki risiko lebih tinggi untuk mengidap kondisi yang sama. Pengaruh dari lingkungan juga berperan penting, contohnya terlalu sering membaca, menonton televisi, atau menggunakan komputer.

Penanganan yang Dapat Dilakukan

Penanganan rabun jauh dilakukan bukan untuk menyembuhkan kondisi ini sepenuhnya. Melainkan untuk membantu penglihatan, agar cahaya bisa terfokus pada retina. Jenis penanganan yang dapat dipilih biasanya tergantung pada beberapa hal seperti usia, tingkat keparahan, serta kondisi kesehatan pengidap. Berikut beberapa jenis penanganan yang dapat dilakukan untuk rabun jauh.

1. Penggunaan Kacamata atau Lensa Kontak

Langkah penanganan rabun jauh yang paling sederhana dan terjangkau adalah dengan menggunakan kacamata atau lensa kontak. Pemilihan kacamata serta lensa kontak tergantung pada kebutuhan serta kenyamanan masing-masing pengidap. Namun, jika memilih lensa kontak, pastikan untuk selalu menjaga kebersihan lensa kontak, agar terhindar dari risiko infeksi mata. Lensa kontak juga sebaiknya dilepas pada saat hendak tidur.

2. Operasi dengan Sinar Laser

Selain penggunaan kacamata dan lensa kontak, proses operasi dengan sinar laser juga dapat menjadi alternatif. Penanganan medis ini terbilang cukup ampuh, karena sekitar 90 persen pengidap yang menjalaninya merasakan perubahan yang signifikan.

Dalam prosedurnya, sinar laser akan digunakan untuk membakar sebagian kecil kornea agar lengkungannya kembali normal. Laser epithelial keratomileusis (LASEK), laser in situ keratectomy (LASIK), dan photorefractive keratectomy (PRK) adalah 3 jenis operasi laser yang dapat menjadi pilihan.

Setelah menjalani LASEK atau LASIK, kemampuan mata biasanya akan kembali dalam beberapa jam atau hari. Namun, pemulihan secara total umumnya memakan waktu hingga sebulan. Sementara untuk PRK, proses pemulihan sampai penglihatan kembali stabil dapat berlangsung lebih lama, yaitu hingga beberapa bulan.

Selama masa penyembuhan, kemampuan mata akan mengalami fluktuasi untuk sementara. Contohnya, penurunan kemampuan melihat pada malam hari serta pandangan kabur saat terkena cahaya terang. Namun, harap diingat bahwa prosedur ini tidak cocok untuk pengidap rabun jauh berusia di bawah 21 tahun karena mata mereka masih dalam tahap perkembangan.

LASIK juga hanya bisa dilakukan jika pengidap rabun jauh memiliki ketebalan kornea yang cukup. Operasi LASIK pada kornea yang tipis berisiko mengakibatkan kebutaan. Oleh karena itu, pengidap rabun jauh dengan kornea yang kurang tebal umumnya dianjurkan untuk menjalani LASEK atau PRK. Kendati demikian, prosedur-prosedur tersebut tidak cocok untuk pengidap diabetes, orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah, ibu hamil atau menyusui, serta pengidap glaukoma atau katarak.

Itulah sedikit penjelasan tentang penyebab dan penanganan yang dapat dilakukan terhadap rabun jauh. Jika kamu membutuhkan informasi lebih lanjut soal hal ini atau gangguan kesehatan lainnya, jangan ragu untuk mendiskusikannya dengan dokter pada aplikasi Halodoc, lewat fitur Contact Doctor, ya. Mudah kok, diskusi dengan dokter spesialis yang kamu inginkan pun dapat dilakukan melalui Chat atau Voice/Video Call. Dapatkan juga kemudahan membeli obat menggunakan aplikasi Halodoc, kapan dan di mana saja, obatmu akan langsung diantar ke rumah dalam waktu satu jam. Yuk, download sekarang di Apps Store atau Google Play Store!

Baca juga:

Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan