Racun Siput Laut Bisa Digunakan sebagai Obat Malaria, Benarkah?

Ditinjau oleh  dr. Verury Verona Handayani   28 April 2021
Racun Siput Laut Bisa Digunakan sebagai Obat Malaria, Benarkah?Racun Siput Laut Bisa Digunakan sebagai Obat Malaria, Benarkah?

Halodoc, Jakarta – Selain demam berdarah, malaria adalah penyakit yang ditularkan melalui nyamuk yang cukup umum terjadi di Indonesia. Malaria sebenarnya disebabkan oleh parasit yang kemudian disebarkan ke manusia melalui gigitan nyamuk yang sudah terinfeksi parasit tersebut. Orang yang terinfeksi malaria umumnya mengalami demam, menggigil, sakit kepala, mual dan muntah, diare, sakit perut, dan badan pegal-pegal.

Beberapa orang yang mengidap malaria mengalami siklus "serangan" malaria. Serangan biasanya dimulai dengan menggigil yang kemudian diikuti dengan demam tinggi, keringat dan kembali ke suhu normal. Tanda dan gejala malaria biasanya mulai dalam beberapa minggu setelah digigit nyamuk yang terinfeksi. Namun, beberapa jenis parasit malaria dapat tertidur di tubuh pengidapnya hingga satu tahun.

Malaria biasanya diobati dengan obat untuk membunuh parasit. Jenis obat dan lamanya pengobatan akan berbeda-beda, tergantung pada jenis parasit, tingkat keparahan gejala , usia dan kondisi tertentu lainnya. Baru-baru ini beredar kabar jika racun siput laut bisa dijadikan obat malaria. Benarkah demikian? Simak penjelasan berikut. 

Baca juga: Cara Penularan Malaria dan Pencegahannya yang Perlu Diwaspadai

Benarkah Racun Siput Bisa Dijadikan Obat Malaria?

Dikutip dari laman  Science Alert, sebenarnya ilmuwan telah lama menemukan kalau racun dari siput laut mengandung senyawa aneh yang mampu dijadikan obat, salah satunya untuk penyakit malaria. Peneliti menyebut jika racun dapat membantu untuk mengobati kanker atau dikembangkan sebagai jenis obat penghilang rasa sakit baru. Namun, sebuah studi baru berhasil mengidentifikasi jika racun siput laut bisa dipakai untuk mengatasi malaria. 

Temuan ini didapatkan setelah peneliti melakukan studi terhadap siput kerucut bernama Conus nux yang termasuk spesies siput laut. Ilmuwan menemukan bahwa komponen molekuler dari racun siput kerucut ternyata mampu mengobati malaria yang parah dengan cara menghambat aktivitas Plasmodium falciparum, parasit protozoa yang menyebabkan malaria. Untuk mencari tahu lebih dalam manfaat racun siput laut ini, para ilmuwan mengumpulkan spesimen siput kerucut di lepas pantai Pasifik Kosta Rika.

Ilmuwan kemudian menganalisis susunan toksin siput laut yang disebut konotoksin, peptida neurotoksik yang secara khusus menargetkan protein permukaan sel. Hasil tes ternyata menunjukan ada enam kandungan dalam racun yang dapat mengganggu interaksi protein. 

Nah, reaksi racun tersebut mampu mendorong cytoadhesion dalam sel Plasmodium falciparum dengan menghambat protein membran eritrosit yang disebut PfEMP-1. Perlu kamu ketahui bahwa cara menangani infeksi malaria yang disebabkan P.falciparum adalah dengan menemukan cara untuk mencegah cytoadhesion sel darah yang terinfeksi (eritrosit) supaya tetap ada meski telah dibunuh oleh obat.

Baca juga: Penanganan Pertama Saat Anak Menunjukkan Gejala Malaria

Dengan penemuan ini, peneliti berharap agar studi dapat menjadi potensi lain untuk mengobati kasus malaria yang parah. Tak hanya malaria saja, penyakit-penyakit lain yang bergantung pada bentuk serupa dari ikatan berbasis protein, seperti kanker, AIDS, dan COVID-19 juga bisa diobati dengan racun siput laut ini. Temuan studi racun siput laut untuk memerangi malaria ini telah dipublikasikan dalam Journal of Proteomics.

Alberto Padilla dari Florida Atlantic University (FAU), Amerika Serikat, yang memimpin studi ini mengatakan "Dengan terungkapnya kemampuan untuk mempengaruhi interaksi protein-protein dan protein-polisakarida yang secara langsung berkontribusi pada penyakit maka temuan pun dapat memperluas jangkauan farmakologis dari konotoksin”. 

Baca juga: Ini Alasan Malaria Jadi Penyakit yang Berbahaya

Jika kamu punya pertanyaan seputar masalah kesehatan, bicarakan saja dengan dokter sesuai kondisi yang kamu alami. Kamu bisa menghubungi dokter melalui aplikasi Halodoc untuk lebih mudah dan praktis tanpa harus keluar rumah. 

Referensi:
Science Alert. Diakses pada 2021. Neurotoxins in Sea Snail Venom Could Lead to New Treatments For Severe Malaria.
Mayo Clinic. Diakses pada 2021. Malaria.

Mulai Rp25 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Dokter seputar Kesehatan