Radiasi Gadget Tingkatkan Risiko Tumor Otak, Benarkah?

Ditinjau oleh  Redaksi Halodoc   30 Maret 2019
Radiasi Gadget Tingkatkan Risiko Tumor Otak, Benarkah?Radiasi Gadget Tingkatkan Risiko Tumor Otak, Benarkah?

Halodoc, Jakarta – Gadget mengeluarkan bentuk energi yang dikenal sebagai gelombang frekuensi radio (RF), sehingga beberapa kekhawatiran telah dikemukakan tentang keamanan penggunaan ponsel. Sehubungan dengan kanker, kekhawatiran berfokus pada apakah ponsel dapat meningkatkan risiko tumor otak atau tumor lain di daerah kepala dan leher.

Ponsel bekerja dengan mengirim sinyal ke dan menerimanya dari menara seluler terdekat (stasiun basis) menggunakan gelombang RF. Ini adalah bentuk energi elektromagnetik yang jatuh di antara gelombang radio FM dan gelombang mikro.

Seperti gelombang radio FM, gelombang mikro, cahaya tampak, dan panas, gelombang RF adalah bentuk radiasi non-pengion. Mereka tidak memiliki energi yang cukup untuk menyebabkan kanker dengan secara langsung merusak DNA di dalam sel. Gelombang RF berbeda dari jenis radiasi yang lebih kuat (pengion), seperti sinar-X, sinar gamma, dan sinar ultraviolet (UV), yang dapat memutus ikatan kimiawi dalam DNA.

Baca juga: Sakit Kepala Jadi Tanda Tumor Otak?

Pada tingkat yang sangat tinggi, gelombang RF dapat memanaskan jaringan tubuh. Tapi, tingkat energi yang dilepaskan oleh ponsel jauh lebih rendah dan tidak cukup untuk menaikkan suhu dalam tubuh.

Gelombang RF dari ponsel berasal dari antena yang merupakan bagian dari tubuh telepon genggam. Gelombang paling kuat di antena dan kehilangan energi dengan cepat saat penggunanya melakukan perjalanan jauh dari telepon.

Ponsel ini biasanya dipegang pada sisi kepala saat digunakan. Semakin dekat antena ke kepala, semakin besar paparan energi RF yang diharapkan seseorang. Jaringan tubuh yang terdekat dengan telepon menyerap lebih banyak energi daripada jaringan yang lebih jauh.

Banyak faktor yang dapat memengaruhi jumlah energi RF tempat seseorang terpapar, termasuk:

1. Jumlah Waktu Orang Tersebut Menggunakan Gadget

Apakah orang tersebut menggunakan mode speaker di ponsel atau perangkat hands-free. Menggunakan salah satu dari ini memungkinkan telepon untuk dijauhkan dari kepala.

2. Jarak dan Jalur ke Menara Ponsel Terdekat

Ponsel menyesuaikan daya mereka untuk menggunakan jumlah minimum untuk sinyal yang baik. Lebih jauh dari menara membutuhkan lebih banyak energi untuk mendapatkan sinyal yang baik, seperti halnya berada di dalam gedung.

3. Jumlah Lalu Lintas Ponsel di Daerah Tersebut

Lalu lintas yang lebih tinggi mungkin memerlukan lebih banyak energi untuk mendapatkan sinyal yang baik.

Baca juga: Ini 3 Beda Sakit Kepala

4. Model Ponsel yang Digunakan

Ponsel yang berbeda mengeluarkan jumlah energi yang berbeda. Jumlah energi RF yang diserap dari telepon ke dalam tubuh pengguna dikenal sebagai tingkat penyerapan spesifik (SAR).

Ponsel yang berbeda memiliki tingkat SAR yang berbeda. Pembuat ponsel diharuskan melaporkan tingkat SAR maksimum produk mereka ke Komisi Komunikasi Federal Amerika Serikat (FCC).

Informasi ini sering dapat ditemukan di situs web produsen atau di manual pengguna untuk telepon. Batas atas SAR yang diizinkan di Amerika Serikat adalah 1,6 watt per kilogram (W/kg) berat badan.

Tapi menurut FCC, membandingkan nilai-nilai SAR antar ponsel bisa menyesatkan. Nilai SAR yang terdaftar hanya berdasarkan pada telepon yang beroperasi pada daya tertinggi, bukan pada apa yang biasanya akan terpapar pada pengguna dengan penggunaan telepon normal.

Baca juga: 5 Penyebab Sakit Kepala Bagian Belakang

Nilai SAR aktual selama penggunaan bervariasi berdasarkan sejumlah faktor, sehingga ada kemungkinan ponsel dengan nilai SAR yang terdaftar lebih rendah. Itu mungkin benar-benar membuat seseorang terkena lebih banyak energi RF daripada yang dengan nilai SAR yang terdaftar lebih tinggi dalam beberapa kasus.

Kalau ingin mengetahui lebih banyak mengenai radiasi gadget dan tingkatan risiko tumor otak terkait penggunaan gadget, bisa tanyakan langsung ke Halodoc. Dokter-dokter yang ahli di bidangnya akan berusaha memberikan solusi terbaik untukmu. Caranya, cukup download aplikasi Halodoc lewat Google Play atau App Store. Melalui fitur Contact Doctor, kamu bisa memilih mengobrol lewat Video/Voice Call atau Chat.