Ratusan Pendaki Tewas di Zona Kematian Everest, Ini Penyebabnya

Ditinjau oleh  dr. Fadhli Rizal Makarim   08 Oktober 2019
Ratusan Pendaki Tewas di Zona Kematian Everest, Ini PenyebabnyaRatusan Pendaki Tewas di Zona Kematian Everest, Ini Penyebabnya

Halodoc, Jakarta - Semakin tinggi gunung, semakin menantang untuk ditaklukan. Mungkin inilah alasan mengapa gunung Everest di Himalaya, Nepal, selalu ramai dikunjungi oleh pendaki. Sebagai gunung tertinggi di dunia, kamu harus mendaki hingga ketinggian 8.848 meter di atas permukaan laut untuk mencapai puncaknya. Dengan keindahan alam dan ketinggiannya tersebut, ternyata Everest menyimpan rahasia kelam. Kasus kematian pendaki seringkali terjadi di gunung Everest. Bahkan, pada Oktober 2015, korban tewas tercatat mencapai 200 orang. 

Satu tanjakan terakhir menuju puncak gunung Everest dikenal sebagai “zona kematian”. Seringkali, barisan pendaki mengular di zona menuju puncak ini. Tak sedikit pendaki ditemukan tewas di zona kematian, meski demikian tidak menyurutkan niat untuk tetap mencapai puncak. Lalu, mengapa banyak korban jatuh di zona kematian ini?

Baca juga: 5 Hal yang Harus Dihindari Pengidap Asma

Oksigen yang Tipis

Kadar oksigen berkurang 40 persen pada ketinggian sekitar 3.657 mdpl. Sementara zona kematian atau tanjakan terakhir gunung Everest berada pada ketinggian lebih dari 8.000. Semakin tinggi permukaan, maka kadar oksigen akan semakin tipis. Hal ini menjadi salah satu penyebab utama kematian pada zona kematian gunung Everest. Kurangnya asupan oksigen pada jangka waktu pendek, menimbulkan dampak negatif pada tubuh. Salah satu gejala awalnya adalah mengalami sesak napas.

Kurangnya asupan oksigen pada otak menyebabkan seseorang menjadi sulit konsentrasi. Hal ini dapat menimbulkan halusinasi sehingga pendaki akan mengalami kebingungan dan mengalami kecelakaan yang fatal. Selain itu, ketika tubuh tidak mendapatkan oksigen dalam jumlah yang cukup, stroke dan serangan jantung dapat terjadi seketika. Kedua hal itu, tentu saja bisa berakibat fatal.

Baca juga: Pengidap Gangguan Jantung Rentan Alami Edema Paru, Kok Bisa?

Kondisi Medis Tertentu 

Akibat kadar oksigen yang rendah pada ketinggian zona kematian dalam jangka waktu yang lama. Menyebabkan para pendaki akan merasakan berbagai gejala dari berbagai kondisi medis, antara lain: 

  • HAPE 

HAPE (High Altitude Pulmonary Edema) adalah kondisi dimana terjadi penumpukan cairan pada paru-paru dan menyebabkan fungsi paru-paru terganggu. HAPE adalah edema paru-paru yang terjadi pada tempat tinggi. Suhu yang sangat dingin menjadi salah satu faktor pemicu edema paru. Selain itu, kadar oksigen rendah menjadi penyebab utama edema paru pada para pendaki gunung Everest. Jika tidak segera ditangani dan dievakuasi, edema paru dapat menyebabkan kematian bagi pendaki.

  • HACE

HACE (High Altitude Cerebral Edema) dikenal sebagai edema otak atau pembengkakan pada otak. Kondisi ini menimbulkan peningkatan akumulasi cairan otak intraselular atau  ekstraselular hingga keduanya. Penyebab utama pembengkakan ini adalah efek psikologis akibat mountain sickness dan rasa takut atas tempat tinggi. Gejala dari HACE ini dapat berupa disorientasi, nausea, dan lain-lain. 

  • Hipoksia 

Hipoksia adalah kondisi sel dan jaringan tubuh mengalami kekurangan oksigen akibat tekanan atmosfer yang turun. Hal ini menyebabkan kesulitan dalam alveoli untuk mengikat oksigen. Hipoksia adalah kondisi yang berbahaya karena fungsi hati, otak, dan organ lainnya menjadi terganggu. Hipoksia dapat menyerang berbagai organ pada tubuh, seperti jantung, paru-paru, kulit, serta pada saraf pusat yang menyebabkan seseorang linglung hingga penurunan kesadaran. Tak hanya itu, selain karena oksigen yang menipis, hipoksia juga bisa terjadi karena tekanan atmosfer yang turun sehingga pengikatan oksigen di dalam alveoli menjadi lebih sulit.

  • Anemia 

Kadar oksigen yang rendah pada tubuh akibat tempat tinggi, akan menyebabkan anemia. Hal ini disebabkan oleh darah tidak menerima kadar oksigen yang cukup, sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan oksigen pada seluruh tubuh. 

  • Dehidrasi

Akibat dinginnya suhu di zona kematian, banyak pendaki secara tidak sadar kurang minum. Kurang cairan pada tubuh akibat kurang minum dapat menyebabkan dehidrasi. Selain itu, berbagai kondisi medis juga dapat menyebabkan dehidrasi, seperti diare. Diare sering terjadi kepada para pendaki ketika perbekalan makanan sudah terlalu lama, dan juga kondisi sanitasi yang buruk. Jika dibiarkan pada waktu yang lama, dapat menyebabkan kematian karena fungsi tubuh menjadi tidak optimal.

Jika kamu merasakan gejala kondisi medis seperti yang dijelaskan ketika berada di tempat tinggi, sebaiknya langsung hubungi tim SAR, ya. Sebelum mendaki gunung, pastikan kondisi fisik dalam keadaan prima. Persiapkan juga obat-obatan yang dibutuhkan dengan aplikasi Halodoc. Jangan biarkan tubuh dan mental yang kurang bugar menghalangi petualanganmu untuk menaklukan rintangan di alam bebas. 

Baca juga: Waspada, Ini Komplikasi Berbahaya dari Pembengkakan Otak

Referensi: 
Sciencedaily.com. Diakses pada 2019. Why Climbers Die On Mount Everest?




Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan