Risiko Endometriosis pada Wanita, Bahayakan untuk Rahim?

Ditinjau oleh  dr. Verury Verona Handayani   02 Februari 2021
Risiko Endometriosis pada Wanita, Bahayakan untuk Rahim?Risiko Endometriosis pada Wanita, Bahayakan untuk Rahim?

Halodoc, Jakarta - Endometriosis adalah kelainan yang seringkali menyebabkan rasa sakit. Ia adalah jaringan yang mirip dengan yang biasanya melapisi bagian dalam rahim, yakni endometrium, namun tumbuh di luar rahim. Endometriosis paling sering tumbuh di ovarium, saluran tuba, dan jaringan yang melapisi panggul. 

Sebelum menstruasi, endometrium ini akan menebal dan akan berfungsi sebagai tempat untuk menempelnya sel telur yang sudah dibuahi. Apabila tidak dalam kondisi hamil, endometrium tersebut akan luruh dan keluar dari tubuh sebagai darah menstruasi. Namun, saat alami endometriosis, jaringan endometrium di luar rahim tersebut juga ikut menebal, namun tidak dapat luruh dan keluar dari tubuh. Alhasil, kondisi ini akan menyebabkan masalah selama menstruasi seperti nyeri hebat, bahkan gangguan kesuburan. 

Baca juga: Awas, Endometriosis Bisa Pengaruhi Kesuburan

Bahaya Endometriosis

Ada beberapa komplikasi berbahaya jika endometriosis tidak mendapatkan pengobatan, antara lain:

Infertilitas

Komplikasi utama dari endometriosis adalah gangguan kesuburan. Sekitar sepertiga hingga setengah dari wanita dengan endometriosis mengalami kesulitan untuk hamil.

Supaya kehamilan terjadi, sel telur harus dilepaskan dari ovarium, berjalan melalui tuba falopi dibuahi oleh sel sperma dan menempelkan dirinya ke dinding rahim untuk memulai perkembangan. Namun, endometriosis dapat menghalangi tuba dan mencegah telur dan sperma bersatu. Kondisi tersebut juga tampaknya memengaruhi kesuburan dengan cara yang tidak langsung, seperti dengan merusak sperma atau sel telur.

Meski begitu, banyak pengidap endometriosis ringan sampai sedang masih bisa hamil dan hamil sampai cukup bulan. Dokter terkadang menyarankan mereka dengan endometriosis untuk tidak menunda memiliki anak karena kondisinya dapat memburuk seiring berjalannya waktu.

Kanker

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa endometriosis meningkatkan risiko kanker ovarium, tetapi masih relatif rendah. Meskipun jarang, jenis kanker lain seperti adenokarsinoma terkait endometriosis juga dapat berkembang di kemudian hari pada mereka yang mengidap endometriosis sehingga membahayakan rahim.

Baca juga: Inilah yang Dialami Tubuh saat Mengidap Endometriosis

Penyebab dan Faktor Risiko

Meskipun penyebab pasti dari endometriosis belum diketahui secara pasti, diduga ada beberapa hal yang menjadi penyebabnya, seperti:

  • Menstruasi Retrograde. Pada menstruasi retrograde, darah menstruasi yang mengandung sel endometrium mengalir kembali melalui tuba falopi dan masuk ke rongga panggul bukannya keluar dari tubuh. Sel-sel endometrium ini menempel pada dinding panggul dan permukaan organ panggul, tempat mereka tumbuh dan terus menebal dan berdarah selama setiap siklus menstruasi.
  • Transformasi Sel Peritoneal. Dalam apa yang dikenal sebagai "teori induksi," para ahli mengusulkan bahwa hormon atau faktor kekebalan mendorong transformasi sel peritoneal, yakni sel yang melapisi sisi dalam perut dan menjadikannya sel mirip endometrium.
  • Transformasi Sel Embrio. Hormon seperti estrogen dapat mengubah sel embrio, yakni sel pada tahap awal perkembangan menjadi implan sel mirip endometrium selama masa pubertas.
  • Implantasi Bekas Luka Bedah. Setelah operasi, seperti histerektomi atau operasi caesar, sel endometrium dapat menempel pada sayatan bedah.
  • Transpor Sel Endometrium. Pembuluh darah atau sistem cairan jaringan (limfatik) dapat mengangkut sel endometrium ke bagian tubuh lainnya.
  • Gangguan Sistem Kekebalan. Masalah dengan sistem kekebalan dapat membuat tubuh tidak dapat mengenali dan menghancurkan jaringan mirip endometrium yang tumbuh di luar rahim.

Sementara beberapa faktor yang menempatkan wanita pada risiko lebih besar terkena endometriosis, antara lain: 

  • Tidak pernah melahirkan.
  • Memulai menstruasi pada usia dini.
  • Menopause pada usia yang lebih tua.
  • Siklus menstruasi pendek, misalnya kurang dari 27 hari.
  • Periode menstruasi berat yang berlangsung lebih dari tujuh hari.
  • Memiliki tingkat estrogen yang lebih tinggi dalam tubuh.
  • Indeks massa tubuh rendah.
  • Satu atau lebih kerabat mengalami endometriosis.
  • Kondisi medis apa pun yang menghalangi aliran menstruasi ke luar tubuh secara normal.
  • Kelainan saluran reproduksi.

Endometriosis biasanya berkembang beberapa tahun setelah menstruasi (menarche). Tanda dan gejala endometriosis dapat membaik untuk sementara waktu dengan kehamilan dan dapat hilang sepenuhnya dengan menopause. 

Baca juga: Anjuran Pola Makan bagi Wanita Pengidap Endometriosis

Karena cukup berbahaya, sebaiknya kamu periksakan diri ke rumah sakit jika kamu memiliki faktor risiko seperti yang disebutkan sebelumnya. Kini kamu pun bisa dengan mudah buat janji dengan dokter di rumah sakit lewat Halodoc. Kamu bisa pilih sendiri waktu kedatangan, sehingga kamu tak perlu lagi antre berlama-lama di rumah sakit hanya untuk melakukan pemeriksaan. 

 

Referensi:
American College of Obstetricians and Gynecologists. Diakses pada 2021. Endometriosis.
Mayo Clinic. Diakses pada 2021. Endometriosis.
Office on Women's Health. Diakses pada 2021. Endometriosis.


Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan