Risiko Krisis Tiroid Dipengaruhi oleh 5 Faktor Ini

Ditinjau oleh  dr. Verury Verona Handayani   05 Agustus 2019
Risiko Krisis Tiroid Dipengaruhi oleh 5 Faktor IniRisiko Krisis Tiroid Dipengaruhi oleh 5 Faktor Ini

Halodoc, Jakarta - Tidak cuma soal uang, krisis juga bisa terjadi pada tiroid, lho. Seperti namanya, krisis tiroid adalah komplikasi dari tingginya kadar hormon tiroid dalam darah (hipertiroidisme), yang tidak ditangani dengan baik. Apa saja faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya krisis tiroid?

Berikut ini adalah beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya krisis tiroid:

  1. Pasca operasi.

  2. Kerusakan kelenjar tiroid.

  3. Tidak mengonsumsi obat hipertiroidisme sesuai anjuran dokter.

  4. Kehamilan.

  5. Penyakit stroke, gagal jantung, ketoasidosis diabetik dan emboli paru.

Seperti Apa Gejala Krisis Tiroid?

Sebelumnya, perlu diketahui bahwa hormon tiroid berfungsi untuk mengatur kerja sel di dalam tubuh, seperti memproses nutrisi dan mengubahnya menjadi energi. Ketika hormon tersebut dilepaskan secara berlebihan, sel-sel menjadi bekerja terlalu cepat, dan timbulah gejala krisis tiroid.

Baca juga: Pengidap Hipertiroidisme Rentan Terkena Krisis Tiroid

Kondisi ini tergolong serius dan fatal. Pelepasan hormon tiroid secara berlebihan yang terjadi saat krisis tiroid dapat memicu kegagalan fungsi sejumlah organ. Secara umum, gejala dari krisis tiroid sama seperti hipertiroidisme. Namun, kemunculannya berlangsung cepat dalam waktu beberapa jam. 

Berikut beberapa gejala umum dari krisis tiroid:

  • Demam lebih dari 38,5 derajat Celsius.

  • Berkeringat terus-menerus.

  • Gugup, gelisah, dan bingung.

  • Gemetar (tremor).

  • Otot menjadi lemah, terutama di lengan atas dan paha.

  • Diare.

  • Sesak napas.

  • Nyeri perut.

  • Muuntah.

  • Sesak napas.

  • Takikardia atau detak jantung yang cepat.

  • Kejang.

  • Penurunan kesadaran.

Jika kamu mengalami berbagai gejala tersebut, jangan ragu untuk mendiskusikannya dengan dokter, agar penanganan bisa dilakukan sesegera mungkin. Sekarang, diskusi dengan dokter spesialis yang kamu inginkan juga bisa dilakukan di aplikasi Halodoc, lho. Lewat fitur Talk to a Doctor, kamu bisa obrolkan langsung gejalamu melalui Chat atau Voice/Video Call.

Diagnosis dan Penanganan untuk Krisis Tiroid

Karena merupakan kondisi darurat, diagnosis dan pengobatan krisis tiroid harus dilakukan secepat mungkin untuk mencegah gagal berfungsinya banyak organ yang dapat berakibat fatal. Guna mengidentifikasi krisis tiroid, diagnosis ditetapkan dari gejala yang dirasakan dan akan dikonfirmasi oleh dokter melalui pemeriksaan fisik dan laboratorium. 

Pemeriksaan laboratorium yang paling utama adalah tes darah, yang meliputi:

  • Pemeriksaan kadar hormon tiroid dan hormon yang menstimulasi kerja kelenjar tiroid (TSH). Pada pengidap krisis tiroid, kadar hormon tiroid akan lebih tinggi dari normal, dan TSH akan lebih rendah dari normal.

  • Hitung darah lengkap, untuk mendeteksi adanya infeksi di dalam tubuh.

  • Pengukuran kadar gas dan elektrolit dalam darah.

  • Pengukuran kadar kalsium. Krisis tiroid juga ditandai dengan kadar kalsium yang lebih tinggi dari nilai normal.

Baca juga: Perlu Waspada, Wanita Lebih Rentan Terkena Kanker Tiroid

Selain tes darah, pemeriksaan penunjang lainnya yang mungkin disarankan oleh dokter adalah:

  • Tes urine (urinalisis).

  • Foto Rontgen dada, untuk melihat pembesaran jantung dan menumpuknya cairan pada paru-paru akibat gagal jantung.

  • Elektrokardiografi, untuk mendeteksi adanya gangguan irama jantung.

  • CT scan kepala, untuk melihat kondisi saraf.

Untuk melakukan pemeriksaan, kini kamu bisa langsung buat janji dengan dokter di rumah sakit melalui aplikasi Halodoc, lho. Jadi, pastikan kamu sudah download aplikasinya di ponselmu, ya.

Selanjutnya, jika diagnosis sudah ditetapkan, penanganan krisis tiroid harus dilakukan secepat mungkin melalui perawatan intensif di rumah sakit, karena kondisi pengidap harus terus-menerus diamati. Tujuan penanganan adalah untuk mengatasi produksi dan pelepasan hormon tiroid yang berlebihan dan mengatasi penurunan fungsi organ yang dialami.

Upaya penanganan bisa dilakukan dengan pemberian obat antitiroid untuk mengendalikan aktivitas yang meningkatkan kadar hormon tiroid. Selain antitiroid, cairan lugol (kalium iodida), obat pengatur irama jantung, serta kortikosteroid juga diberikan. Untuk meredakan gejala sesak napas, dokter akan memberikan oksigen tambahan. Sedangkan untuk untuk mengatasi demam, dokter dapat memberikan obat penurun panas, seperti paracetamol.

Baca juga: 5 Makanan yang Baik untuk Pengidap Tiroid

Kondisi biasanya mulai membaik dalam waktu 1-3 hari pasca dilakukan pengobatan. Begitu krisis tiroid dilewati, kondisi pengidap perlu dievaluasi kembali oleh dokter spesialis endokrin untuk menentukan kelanjutan dari pengobatan. Jika bentuk penanganan di atas tidak efektif, operasi pengangkatan kelenjar tiroid bisa dijadikan pilihan untuk mengobati krisis tiroid.

Mulai Rp25 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Dokter seputar Kesehatan