Rusia dan Iran Berencana Produksi 300 juta Vaksin Sputnik V

Ditinjau oleh  dr. Fadhli Rizal Makarim   29 September 2020
Rusia dan Iran Berencana Produksi 300 juta Vaksin Sputnik VRusia dan Iran Berencana Produksi 300 juta Vaksin Sputnik V

Halodoc, Jakarta - Di tengah pandemi COVID-19, pemberitaan mengenai perkembangan vaksin ibarat “angin segar” yang selalu dinanti-nantikan. Salah satu kandidat vaksin yang saat ini sudah memasuki tahap uji coba fase 3 adalah vaksin Sputnik V buatan Rusia. 

Kabar terbarunya, Dana Investasi Langsung Rusia (RDIF) dan Iran sedang membahas mengenai produksi bersama vaksin COVID-19. Hal ini disampaikan oleh Duta Besar Iran untuk Rusia, Kazem Jalali, sebagaimana dilaporkan oleh Kantor Berita Rusia, Jumat (25/9) lalu, dikutip dari Reuters.

Baca juga: Alasan Pandemi Belum Tentu Usai Meski Vaksin Corona Ditemukan

300 juta Vaksin Sputnik V Akan Diproduksi

Jalali mengatakan, pihaknya saat ini sedang mengadakan pembicaraan dengan Kepala RDIF, Kirill Dmitriev. Setelah mengadakan beberapa sesi konsultasi dan pembicaraan, Jalali mengatakan bahwa Iran dan Rusia akan menjalin kerjasama dalam pembuatan vaksin.

Sejauh ini, diketahui bahwa Rusia telah mencapai kesepakatan kemitraan manufaktur dengan India. Kedua negara tersebut kemudian bersepakat untuk memproduksi 300 juta dosis vaksin corona yang digagas Rusia, Sputnik V, di dalam negeri. Namun, Rusia juga membahas bentuk kemitraan seperti itu dengan beberapa negara lain, termasuk Brasil. 

Tentang Vaksin Sputnik V

Seperti dipublikasikan dalam jurnal The Lancet, pada 11 Agustus 2020 lalu, Rusia menjadi negara pertama yang menyetujui vaksin untuk penyakit sindrom pernapasan akut parah coronavirus 2 (SARS-CoV-2). Vaksin tersebut didasarkan pada dua vektor adenovirus, yang dikembangkan oleh Pusat Epidemiologi dan Mikrobiologi Nasional Gamaleya, Moskow, Rusia.

Persetujuan vaksin diumumkan oleh Presiden Vladimir Putin, yang mengklaim bahwa vaksin buatan negaranya telah melalui semua tes yang diperlukan dan bisa bekerja cukup efektif. Namun, ada kekhawatiran luas bahwa persetujuan tersebut terlalu dini. Sebab, pada saat persetujuan, vaksin tersebut bahkan belum memulai uji coba fase 3, juga tidak ada hasil pada uji coba tahap sebelumnya yang dipublikasikan.

Baca juga: Uji Coba Vaksin Corona Lemah pada Lansia, Apa Alasannya?

Sejak saat itu, hasil uji coba fase 1 dan 2 telah dipublikasikan di The Lancet. Vaksin tersebut digadang-gadang memberi respons kekebalan yang kuat di semua 76 peserta. Kemungkinan hasil ini tersedia untuk Kementerian Kesehatan Rusia. Namun, untuk regulator seperti Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) dan Badan Obat-obatan Eropa, data tentang respon imun saja umumnya tidak akan menjadi dasar yang memadai untuk menyetujui suatu vaksin.

Respon kekebalan mungkin tidak berbanding lurus dengan tingkat perlindungan. Hal itu hanya dapat ditemukan dalam uji coba skala besar, seperti dijelaskan Peter Openshaw, profesor kedokteran eksperimental di Imperial College London, Inggris.

Nama kandidat vaksin COVID-19 buatan Rusia ini diambil dari nama program luar angkasa era Soviet. Produksi massal vaksin diperkirakan akan dimulai pada September 2020. Bahkan, pihak Rusia mengatakan akan mampu menyediakan 500 juta dosis Sputnik V per tahun.

Meski menuai banyak kontroversi, Rusia terus melangkah maju, dan kini uji coba vaksin sudah memasuki tahap tiga. Hasil uji coba fase 3 adalah tahapan yang memastikan bahwa vaksin yang diuji bisa mencegah COVID-19.

Baca juga: Berjuang Hasilkan Vaksin COVID-19, Ini Kandidatnya

Rusia telah melisensikan vaksin COVID-19 buatan mereka untuk penggunaan lokal pada Agustus lalu. Langkah uji coba ini memang menjadikan Rusia sebagai negara pertama yang melakukannya, sebelum data dipublikasikan. Namun, uji coba tersebut dinilai banyak ilmuwan sebagai langkah yang terlalu dini untuk membuktikan keefektifan dan keamanan dari Sputnik V.

Meski begitu, masih terlalu dini juga untuk mengecam kandidat vaksin COVID-19 buatan manapun, termasuk Rusia. Mari tunggu hasil uji coba vaksin hingga tahap akhir, sambil terus menerapkan protokol kesehatan pencegahan COVID-19, seperti memakai masker, rutin cuci tangan, dan menjaga jarak fisik dengan orang lain. Kalau sakit, segera download aplikasi Halodoc untuk membicarakan keluhanmu pada dokter, ya!

Referensi:
Reuters. Diakses pada 2020. Iran, Russia discussing joint production of COVID-19 vaccine: agencies.
The Lancet. Diakses pada 2020. The Russian vaccine for COVID-19.


Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan