Sama-Sama Gangguan Paru-Paru, Ini Bedanya Pleuritis dan Pleuritis TB

Ditinjau oleh  Redaksi Halodoc   15 Maret 2019
Sama-Sama Gangguan Paru-Paru, Ini Bedanya Pleuritis dan Pleuritis TBSama-Sama Gangguan Paru-Paru, Ini Bedanya Pleuritis dan Pleuritis TB

Halodoc, Jakarta - Paru-paru merupakan salah satu organ paling vital dalam tubuh. Namun, seperti organ-organ lainnya, paru-paru juga dapat mengalami gangguan. Dua di antara gangguan paru-paru yang umum terjadi adalah pleuritis dan pleuritis TB. Kedua penyakit tersebut memiliki gejala yang serupa. Apa yang membedakannya? Berikut akan dibahas satu persatu.

Pleuritis

Pleuritis adalah peradangan yang terjadi pada pleura. Pleura terdiri dari dua selaput yang masing-masing menempel pada paru-paru dan tulang rusuk yang berfungsi untuk memisahkan kedua jaringan tersebut. Di antara kedua selaput pleura terdapat cairan yang membantu mengurangi gesekan pada saat kita bernapas. Saat radang terjadi, cairan tersebut menjadi lengket dan permukaan selaput pleura menjadi kasar, sehingga timbul rasa sakit ketika kedua lapisan pleura saling bergesek, misalnya saat kita bernapas atau batuk.

Ketika mengidap pleuritis, seseorang biasanya akan merasakan gejala-gejala seperti:

  • Sakit di salah satu sisi dada.

  • Sakit pada bahu dan punggung.

  • Batuk kering.

  • Sesak napas atau napas pendek.

  • Demam.

  • Pusing.

  • Berkeringat.

  • Mual.

  • Sakit pada sendi dan otot.

  • Sakit pada dada dan bahu makin terasa saat penderita pleuritis menarik napas dalam-dalam, bersin, batuk, atau bergerak.

Baca juga: 5 Fakta Tentang Penyakit Pleuritis

Dapat Disebabkan oleh Banyak Faktor

Penyebab utama pleuritis adalah infeksi virus dari suatu penyakit yang telah diidap sebelumnya, yang menyebar ke pleura atau selaput pemisah paru-paru dan tulang rusuk. Beberapa jenis virus tersebut di antaranya adalah virus influenza sebagai penyebab sakit flu, virus parainfluenza sebagai penyebab croup (laringotrakeobronkitis) pada anak, virus Epstein-Barr sebagai penyebab demam kelenjar (glandular fever), dan Cytomegalovirus (CMV) yang dapat menular melalui cairan tubuh.

Selain virus, bakteri juga dapat menyerang pleura, salah satunya adalah bakteri Streptococcus yang sering menyebabkan pneumonia, infeksi kulit selulitis, serta impetigo. Bakteri lainnya adalah Staphylococcus yang biasa ditemukan dalam kasus sepsis, keracunan makanan, atau infeksi kulit.

Pleuritis bisa juga disebabkan oleh komplikasi dari suatu kondisi, misalnya melemahnya sistem kekebalan tubuh akibat penyakit AIDS, atau kebalikannya ketika produksi antibodi meningkat secara tidak terkendali, sehingga justru menyerang jaringan sehat di dalam tubuh. Kondisi seperti itu bisa ditemui pada pengidap penyakit lupus dan arthritis rheumatoid.

Baca juga: Penyakit Pleuritis Bisa Komplikasi ke Penyakit Lain

Selain itu, pleuritis juga dapat terjadi sebagai komplikasi dari kondisi-kondisi kesehatan berikut:

  • Penyakit kanker paru-paru.

  • Pembekuan darah di dalam paru-paru atau penyakit emboli paru.

  • Penyakit anemia sel sabit.

  • Penyakit kanker mesothelioma yang menyerang selaput organ, misalnya pleura.

  • Cedera pada rusuk yang mengenai pleura akibat benturan.

  • Infeksi jamur atau parasit.

  • Efek samping pengobatan radioterapi atau kemoterapi.

Pleuritis TB

Jika nama penyakit TB mungkin sudah tak lagi asing, bagaimana dengan pleuritis TB? Pleuritis TB atau pleurisy tuberculosis adalah bentuk lanjutan atau salah satu jenis penyakit TB luar paru yang dapat menyebabkan efusi pleura (pleuritis). Seperti penyakit TB, status kekebalan tubuh seseorang dapat memengaruhi infeksi yang terjadi.

Perlu diketahui bahwa TB adalah infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis yang menyerang dan merusak jaringan tubuh manusia. Bakteri tersebut dapat ditularkan melalui saluran udara. TB biasanya menyerang paru-paru, tetapi bisa juga menyebar ke tulang, kelenjar getah bening, sistem saraf pusat, jantung, dan organ lainnya.

Jenis tuberkulosis yang diidap oleh seseorang sering kali merupakan infeksi TB laten, yaitu ketika terdapat bakteri TB yang “tertidur” atau belum aktif secara klinis. Bakteri TB akan aktif dan mulai menunjukkan gejala setelah periode waktu tertentu, beberapa minggu bahkan beberapa tahun, tergantung kondisi kesehatan dan daya tahan pengidapnya.

Baca juga: Waspadai Komplikasi Pleuritis Bila Tak Segera Ditangani

Jika pengidap memiliki sistem kekebalan tubuh yang melemah (misalnya pada pengidap HIV, kanker, atau pasien yang menjalani kemoterapi), TB akan berkembang lebih cepat. Pada beberapa kasus yang cukup jarang, infeksi bakteri penyebab TB bisa berkembang dan menyebabkan peradangan pada pleura (pleuritis).

Pleuritis TB biasanya timbul sebagai penyakit akut. Gejala yang paling umum adalah batuk non-produktif dan nyeri dada pleuritik. Gejala lain termasuk demam, keringat malam, penurunan berat badan, malaise, dan dispnea bervariasi dalam tingkat keparahan efusi. .

Itulah sedikit penjelasan tentang pleuritis dan TB. Jika kamu membutuhkan informasi lebih lanjut soal hal ini atau gangguan kesehatan lainnya, jangan ragu untuk mendiskusikannya dengan dokter pada aplikasi Halodoc, lewat fitur Talk to a Doctor, ya. Mudah kok, diskusi dengan dokter spesialis yang kamu inginkan pun dapat dilakukan melalui Chat atau Voice/Video Call. Dapatkan juga kemudahan membeli obat menggunakan aplikasi Halodoc, kapan dan di mana saja, obatmu akan langsung diantar ke rumah dalam waktu satu jam. Yuk, download sekarang di Apps Store atau Google Play Store!

Mulai Rp25 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Dokter seputar Kesehatan