Sarkoma Kaposi Dapat Menyerang Paru, Ini Tandanya

Ditinjau oleh  dr. Fadhli Rizal Makarim   03 Oktober 2019
Sarkoma Kaposi Dapat Menyerang Paru, Ini Tandanya Sarkoma Kaposi Dapat Menyerang Paru, Ini Tandanya

Halodoc, Jakarta – Kanker adalah salah satu jenis penyakit yang berisiko mengancam nyawa. Kanker bisa memengaruhi bagian tubuh mana saja dan sulit untuk disembuhkan. Sarkoma kaposi adalah jenis kanker yang memengaruhi banyak bagian tubuh, termasuk paru-paru. Sarkoma kaposi mulanya sering disebabkan oleh virus herpes HHV-8 atau disebut KSHV. Ini mempengaruhi 8 kali lebih banyak pria daripada wanita. 

Baca Juga: Mengenal Lebih Dalam Tentang Sarkoma Kaposi

Virus ini bisa menyebar melalui kontak seksual. Virus herpes sering memicu HIV. Maka dari itu, HIV menjadi penyebab paling umum sarkoma kaposi saat ini. Berikut gejala sarkoma kaposi yang memengaruhi organ paru.

Gejala Sarkoma Kaposi Pada Paru-Paru

Sebagian besar kasus sarkoma kaposi biasanya menyerang kulit. Tanda-tanda sarkoma kaposi yang terlihat adalah lesi pada kulit berupa bintik-bintik datar yang berwarna merah atau ungu pada kulit putih. Pada kulit yang gelap, bintik mungkin berwarna kebiruan, kecoklatan, atau hitam. Meski berwarna bintik-bintik tidak menimbulkan rasa nyeri. Tidak seperti memar, bintik tidak berubah menjadi putih ketika ditekan, tidak terasa gatal, dan tidak mengering. 

Ketika sarkoma kaposi menyebar di tempat lain, tentunya bisa mengancam jiwa, terutama jika memengaruhi paru. Tidak hanya di kulit, lesi dapat muncul pada paru yang menghalangi sebagian jalan napas, sehingga menyebabkan sesak napas. Pengidap sarkoma kaposi mungkin kesulitan menelan, mengalami mual dan muntah, sakit perut akibat pendarahan dan penyumbatan di dalam, pembengkakan parah di lengan, kaki, wajah, dan batuk serius. 

Pengobatan Sarkoma Kaposi

Perawatan sarkoma kaposi tergantung pada berapa banyak lesi yang dimiliki dan seberapa besar lesi serta di mana lesi itu berada. Sistem kekebalan tubuh pengidap juga menentukan jenis perawatan yang dipilih.  Pada banyak kasus, terapi antiretroviral (ART) adalah cara terbaik untuk mengobati sarkoma kaposi aktif. Bahkan terapi ini mampu membersihkan lesi kulit yang telah terbentuk.

Baca Juga: Jenis Sarkoma Kaposi yang Perlu Diketahui

Apabila seseorang hanya memiliki beberapa lesi, dokter mungkin dapat menghapusnya. Namun, penghapusan lesi tidak menyembuhkan, namun bisa membuat kulit terlihat lebih baik. Dokter dapat memotong jaringan atau membekukannya untuk menghancurkannya. Namun, prosedur ini tidak bisa dilakukan pada kasus lesi yang telah terbentuk di paru-paru.

Dokter perlu melakukan terapi radiasi untuk membunuh sel kanker atau mencegahnya tumbuh. Terapi bisa menggunakan sebuah mesin yang diarahkan ke lesi atau dokter akan dapat memasukkan jarum radioaktif, biji-bijian, atau kabel ke dalam tubuh yang letaknya dekat dengan kanker. Apabila sarkoma kaposi sudah menyebar, kemoterapi mungkin dibutuhkan.

Kemoterapi adalah prosedur pengobatan dengan memasukan obat-obatan ke seluruh tubuh untuk membunuh kanker. Obat kemoterapi untuk sarkoma kaposi meliputi:

  • Doxorubicin (Adriamycin, Doxil);

  • Paclitaxel (Taxol);

  • Vinblastine (Velban).

Kemoterapi dapat memiliki efek samping, termasuk rambut rontok, muntah, dan kelelahan. Bagi seseorang yang dinyatakan positif HIV, kemoterapi berisiko menurunkan jumlah trombosit dan sel darah putih, sehingga berisiko meningkatkan peluang terkena infeksi.

Baca Juga: Ketahui Pencegahan dari Sarkoma Kaposi

Jenis lain dari perawatan obat, yang disebut terapi biologis dengan meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Dokter akan meresepkan interferon alfa jika jumlah CD4 lebih dari 200 dan memiliki sistem kekebalan yang cukup sehat. Terapi yang ditargetkan, seperti terapi antibodi monoklonal dan inhibitor tirosin kinase (TKI) bisa dilakukan untuk menyerang kanker dan mencegahnya tumbuh tanpa merusak sel-sel sehat.

Referensi :
WebMD. Diakses pada 2019. What Is Kaposi's Sarcoma?.
American Cancer Society. Diakses pada 2019. Signs and Symptoms of Kaposi Sarcoma.

 

Mulai Rp25 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Dokter seputar Kesehatan