Seberapa Efektif Penggunaan AI untuk Kesehatan Mental?

Ditinjau oleh  dr. Fadhli Rizal Makarim   18 Februari 2021
Seberapa Efektif Penggunaan AI untuk Kesehatan Mental?Seberapa Efektif Penggunaan AI untuk Kesehatan Mental?

Halodoc, Jakarta - "Apa kabarmu hari ini?", "Bagaimana perasaanmu?", ini mungkin tampak seperti pertanyaan sederhana yang akan diajukan oleh teman yang peduli. Namun, di zaman modern seperti saat ini, pertanyaan itu bisa terlontar dari terapis virtual, yang memanfaatkan kecerdasan buatan atau artificial intelligent (AI).

Kemajuan dalam teknologi AI membawa psikoterapi ke lebih banyak orang yang membutuhkannya. Bahkan, saat ini AI mulai digunakan untuk kesehatan mental. Namun, seberapa efektif penggunaannya? Yuk, simak pembahasan berikut ini!

Baca juga: Bagaimana Cara Menjaga Kesehatan Mental di Lingkungan Kerja

AI untuk Kesehatan Mental dan CBT yang Dipersonalisasi

Psikolog penelitian klinis, dr. Alison Darcy, menciptakan Woebot, program komputer yang terintegrasi dengan Facebook. Program ini bertujuan untuk mereplikasi percakapan yang mungkin dilakukan pasien dengan terapisnya.

Woebot adalah chatbot yang menyerupai layanan pesan instan. Teknologi kesehatan digital yang menanyakan tentang suasana hati dan pikiran, seolah "mendengarkan" bagaimana perasaan dan belajar tentang pemiliknya, serta menawarkan alat terapi perilaku kognitif (CBT) berbasis bukti. 

Interaksi dengan Woebot bertujuan untuk meniru pertemuan tatap muka kehidupan nyata, dan interaksi tersebut disesuaikan dengan situasi individu. Darcy berhati-hati untuk menunjukkan bahwa Woebot hanya robot dan tidak dapat menggantikan koneksi manusia. 

Baca juga: Jenis Gangguan Mental yang Dapat Memengaruhi Perkembangan Anak

Selain itu, beberapa orang mungkin memerlukan jenis perawatan dan perawatan terapeutik yang berbeda dari yang dapat diberikan oleh sesi virtual. Meskipun demikian, banyak ahli setuju bahwa opsi seperti Woebot membuat CBT lebih dapat diakses oleh generasi modern yang secara kronis kekurangan waktu dan terbiasa dengan konektivitas 24/7.

Woebot bukan upaya pertama untuk memperlakukan orang dengan menempatkan mereka di depan avatar. Upaya lain telah dilakukan untuk meningkatkan kesehatan mental orang menggunakan chatbot

Beberapa chatbot awal dirancang pada 1960-an di MIT Artificial Intelligence Laboratory. Program ELIZA mampu mensimulasikan percakapan singkat antara terapis dan pasien, dan dianggap sebagai kakek dari sistem yang digunakan saat ini.

Kemajuan dalam pemrosesan bahasa alami dan popularitas ponsel cerdas telah menjadikan chatbot sebagai bintang baru AI untuk perawatan kesehatan mental. Chatbot terus berkembang menjadi lebih mirip manusia dan alami. 

Mereka juga menawarkan pilihan bahasa yang berbeda. Misalnya, Emma berbicara bahasa Belanda dan merupakan bot yang dirancang untuk membantu mengatasi kecemasan ringan. Sementara itu, Karim berbicara bahasa Arab dan membantu pengungsi Suriah yang berjuang untuk mengatasinya setelah melarikan diri dari kekejaman perang.

Kedua program tersebut dirancang oleh startup Silicon Valley X2AI. Saat ini, perusahaan sedang mempromosikan produk AI psikologis terbarunya, Tess. Produk ini dapat melakukan CBT, serta konon meningkatkan kelelahan yang terkait dengan pengasuhan.

Mungkinkah Sistem Perawatan Kesehatan Mental Berbasis AI Diterapkan?

AI telah mengubah berbagai industri, termasuk kesehatan mental. Pembelajaran mesin dan teknologi AI canggih memungkinkan jenis perawatan baru yang berfokus pada pemberian dukungan emosional individual. Misalnya, Ginger.io, yang menggabungkan pembelajaran mesin dan jaringan klinis untuk memberi tingkat dukungan emosional yang tepat pada waktu yang tepat.

Platform ini didirikan lebih dari enam tahun yang lalu, mengintegrasikan dokter dengan AI dan menawarkan CBT online 24 jam, pelatihan kesadaran, dan ketahanan. Perusahaan ini terus memperbarui teknologinya sehingga dapat mendukung pengguna dengan tepat dan melacak kemajuan mereka, melalui pendekatan kolaboratif dari pelatih, terapis, dan psikiater. 

Baca juga: Deteksi Lebih Dini Gangguan Mental Skizofrenia

Dengan mengunduh aplikasi Ginger.io, pengguna pertama-tama akan dipasangkan dengan tim khusus yang terdiri dari tiga pelatih dukungan emosional untuk membantu mereka sepanjang waktu. Bila diperlukan, pengguna dapat ditingkatkan ke terapis berlisensi atau psikiater bersertifikat, melalui konsultasi video dalam beberapa hari, dibandingkan dengan berminggu-minggu dengan model saat ini. 

Interaksi dengan pelatih dan terapis dapat berkisar dari obrolan langsung tanpa batas hingga sesi video, tergantung pada kebutuhan individu. Contoh sinyal Ginger.io adalah memungkinkan manusia bergerak menuju sistem perawatan kesehatan berbasis AI yang dapat melampaui batas waktu, geografis dan, sampai batas tertentu, dan batasan keuangan. 

“Dengan menggunakan teknologi digital dan pembelajaran mesin, kami dapat membuat kesehatan perilaku lebih mudah diakses dan nyaman, sekaligus mengurangi stigma yang melekat pada solusi tradisional,” kata Rebecca Chiu, mantan Kepala Pengembangan Bisnis di Ginger.io, seperti dikutip dari laman Very Well Health.

Namun, AI untuk kesehatan mental saat ini masih menghadapi banyak kerumitan. Meski bukan tidak mungkin jika suatu saat sistem ini akan diterapkan untuk mengatasi masalah kesehatan mental. Mari nantikan perkembangan selanjutnya.

Jika kamu mengalami gejala atau masalah kesehatan mental, jangan ragu untuk cari bantuan ahli. Misalnya, dengan menggunakan aplikasi Halodoc untuk berbicara dengan psikolog, kapan dan di mana saja.

Referensi:
Very Well Health. Diakses pada 2021. Using Artificial Intelligence for Mental Health.

Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan