Seperti Inilah Fungsi Otak Pengidap Anoreksia Nervosa

Ditinjau oleh  Redaksi Halodoc   08 November 2018
Seperti Inilah Fungsi Otak Pengidap Anoreksia NervosaSeperti Inilah Fungsi Otak Pengidap Anoreksia Nervosa

Halodoc, Jakarta - Anoreksia nervosa adalah gangguan makan yang ditandai dengan rasa takut berlebihan terhadap kenaikan berat badan yang mungkin terjadi, serta gangguan persepsi pada bentuk tubuh. Pengidap anoreksia akan terobsesi untuk memiliki tubuh kurus, dan melakukan berbagai upaya untuk mendapatkan bentuk tubuh yang ideal menurut mereka.

Oleh karena itu, untuk memperoleh atau menjaga bentuk tubuh tersebut, pengidap anoreksia akan berusaha keras membatasi porsi makan seminimal mungkin, hingga menggunakan obat-obatan seperti pencahar dan penekan nafsu makan. Bahkan, meski berat badan mereka sudah banyak berkurang, pengidap anoreksia biasanya akan melakukan olahraga secara berlebihan, karena takut berat badan mereka bertambah.

Penyebab anoreksia nervosa cukup rumit untuk dijelaskan secara pasti, karena gangguan ini biasanya terjadi karena berbagai faktor. Mulai dari faktor biologis, sosial, hingga psikologis. Berdasarkan penelitian, anoreksia ternyata juga berhubungan dengan beberapa jenis kecemasan atau ansietas. Misalnya serangan panik, fobia sosial, gangguan obsesif kompulsif (OCD), gangguan cemas, dan sebagainya. Semakin tinggi tingkat kecemasan, maka anoreksia akan semakin parah. Ada beberapa jenis kecemasan yang memicu terjadinya anoreksia.

Fungsi Otak Pengidap Anoreksia

Para peneliti pun mulai mencari jawaban atas kondisi yang dialami para pengidap anoreksia nervosa. Mereka menelusuri jauh ke mekanisme saraf otak para pengidap anoreksia. Berdasarkan studi terbaru yang dilakukan di Pusat Kedokteran Universitas Columbia, New York, perbedaan aktivitas saraf di otak dapat mendasari pola makan tak sehat pada pengidap anoreksia nervosa.

Berdasarkan penelitian tersebut, diketahui bahwa orang-orang yang dirawat di rumah sakit karena anoreksia nervosa, ternyata mengaktifkan area unik di otak mereka saat membuat keputusan memilih di antara berbagai makanan. Dalam meneliti hal ini, para peneliti menggunakan pencitraan resonansi magnetik fungsional (fMRI), yang berfungsi melacak aliran darah di otak. Dengan fMRI tersebut, para peneliti melakukan penelitian terhadap 21 perempuan yang baru dirawat di rumah sakit karena anoreksia, dengan 21 orang sehat yang tidak mengalami gangguan makan.

Selama penelitian, peserta menilai kesehatan dan kelezatan sekitar 76 makanan. Mereka menjawab serangkaian pertanyaan untuk memilih antara makanan yang mereka nilai 'netral' dan makanan lain pada daftar. Dibandingkan kelompok pembanding, orang dengan anoreksia kecil kemungkinannya memilih makanan berlemak tinggi, yang mengandung setidaknya 30 persen kalori dari lemak.

Hal itu berkaitan dengan lebih aktifnya area dorsal striatum di otak para pengidap anoreksia, area yang dikaitkan dengan tindakan kebiasaan, saat memilih makanan. Tidak mengherankan, pilihan makanan yang dibuat oleh peserta selama studi pencitraan itu cocok dengan pilihan mereka pada hari berikutnya, yakni ketika mereka diberi makan siang prasmanan dan diizinkan memilih makanan apapun yang mereka inginkan.

Joanna Steinglass, salah satu psikiater yang terlibat dalam penelitian ini mengungkapkan bahwa ini adalah studi pertama yang menguji hipotesis bahwa perilaku anoreksia nervosa memenuhi definisi ilmu saraf kognitif tentang 'kebiasaan'. Penelitian ini juga menemukan bahwa ketika pasien anoreksia nervosa membuat pilihan makanan, mereka menunjukkan adanya aktivitas di area otak striatum dorsal, sedangkan orang yang sehat tidak. Hal ini menunjukkan adanya perbedaan mekanisme saraf yang aktif pada orang-orang ini.

Itulah sedikit penjelasan tentang anoreksia nervosa, dan fungsi otak pengidapnya. Jika kamu membutuhkan informasi lebih lanjut soal kondisi ini atau gangguan kesehatan lainnya, jangan ragu untuk mendiskusikannya dengan dokter pada aplikasi Halodoc, lewat fitur Contact Doctor, ya. Mudah kok, diskusi dengan dokter spesialis yang kamu inginkan pun dapat dilakukan melalui Chat atau Voice/Video Call. Dapatkan juga kemudahan membeli obat menggunakan aplikasi Halodoc, kapan dan di mana saja, obatmu akan langsung diantar ke rumah dalam waktu 1 jam. Yuk, download sekarang di Apps Store atau Google Play Store!

Baca juga:

 

 

Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan