Sering Haus Bisa Jadi Diabetes Insipidus?

Ditinjau oleh  Redaksi Halodoc   09 Oktober 2018
Sering Haus Bisa Jadi Diabetes Insipidus?Sering Haus Bisa Jadi Diabetes Insipidus?

Halodoc, Jakarta – Sering merasa haus yang ekstrem memang bisa menjadi tanda kalau seseorang mengidap diabetes insipidus. Hal ini disebabkan oleh kadar hormon vasopresin yang tidak mencukupi. Hormon inilah yang yang menginstruksikan ginjal untuk menahan pengeluaran cairan yang berlebihan lewat uretra sehingga ada cairan yang diserap oleh tubuh.

Tanpa vasopresin yang cukup, akan terlalu banyak cairan yang dikeluarkan dari tubuh melalui urine. Hal ini yang mendorong orang untuk terus merasakan sensasi haus sehingga mengonsumsi banyak air untuk minum. Dalam kasus yang parah, seseorang dapat melewatkan hingga 30 liter urine per hari. Tanpa pengobatan, efek diabetes insipidus dapat menyebabkan dehidrasi dan akhirnya koma karena konsentrasi garam dalam darah, terutama natrium.

Sering haus tidak selamanya menjadi penanda kalau seseorang mengidap diabetes insipidus. Harus ada tanda-tanda diabetes insipidus lain yang mengiringi, seperti:

  1. Haus ekstrim yang tidak bisa dipadamkan (polidipsia),

  2. Jumlah urine yang berlebihan (poliuria),

  3. Urine tidak berwarna, bukan kuning pucat,

  4. Sering bangun di malam hari untuk buang air kecil,

  5. Kulit kering,

  6. Sembelit, dan

  7. Otot melemah

Jenis-Jenis Diabetes Insipidus

Ada beberapa bentuk diabetes insipidus yang dikategorikan berdasarkan penyebabnya, seperti:

1. Diabetes Insipidus Neurogenik

Situasi ini terjadi ketika otak tidak menghasilkan cukup hormon vasopresin. Beberapa kejadian yang dapat menyebabkan diabetes insipidus ini adalah cedera kepala, infeksi (seperti meningitis), tumor otak, dan ruptur aneurisma atau operasi otak.

2. Diabetes Insipidus Nefrogonik

Kondisi ini terjadi ketika ginjal tidak sensitif terhadap vasopresin dan gagal merespons. Bentuk diabetes insipidus yang relatif langka ini disebabkan oleh gangguan warisan yang mempengaruhi tubulus, yaitu struktur kecil di dalam ginjal yang menyerap air. Pria lebih rentan terhadap kondisi ini daripada wanita. Pada orang dewasa, diabetes insipidus nefrogenik dapat disebabkan oleh pengobatan dengan litium oleh hiperkalsemia.

Kemungkinan komplikasi akibat diabetes insipidus tanpa perawatan bisa sangat berbahaya, seperti dehidrasi kronis, suhu tubuh rendah, denyut jantung cepat, dan berat badan yang menurun drastis. Selain itu, kelelahan yang berlebihan, sering merasakan sakit kepala, tekanan darah rendah, dan mengalami kerusakan ginjal atau otak.

Diagnosis diabetes insipidus bisa diketahui melalui sejumlah tes yang meliputi pemeriksaan riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik, analisis urine, dan tes darah untuk mengukur kadar elektrolit. Setelah itu, pemeriksaan volume urine yang keluar, pemindaian resonansi magnetik (MRI) otak, dan Computed Tomography (CT) scan.

Perawatan untuk diabetes insipidus tergantung dari penyebabnya. Untuk diabetes insipidus yang berhubungan dengan penurunan produksi vasopresin, penggantian vasopresin diperlukan. Ini biasanya diberikan dengan mengendus sejumlah kecil vasopresin yang dapat diserap melalui selaput hidung.

Untuk diabetes insipidus yang berhubungan dengan berkurangnya atau tidak adanya respons terhadap vasopresin, diperlukan penggantian cairan yang cukup. Mulai dari minum banyak cairan, beralih ke diet rendah garam, hingga konsumsi obat-obatan, seperti hydrochlorothiazide dan obat anti-inflamasi non-steroid juga dapat membantu.

Kalau ingin mengetahui lebih banyak mengenai diabetes insipidus ataupun informasi seputar kesehatan lainnya, bisa tanyakan langsung ke Halodoc. Dokter-dokter yang ahli di bidangnya akan berusaha memberikan solusi terbaik untukmu. Caranya, cukup download aplikasi Halodoc lewat Google Play atau App Store. Melalui fitur Hubungi Dokter, kamu bisa memilih mengobrol lewat Video/Voice Call atau Chat.

Baca juga:

 



Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan