Sering Terjadi Di Sekolah, Cegah Anak Jadi Pelaku Bully

Ditinjau oleh  dr. Fadhli Rizal Makarim   14 Februari 2020
Sering Terjadi Di Sekolah, Cegah Anak Jadi Pelaku BullySering Terjadi Di Sekolah, Cegah Anak Jadi Pelaku Bully

Halodoc, Jakarta – Maraknya kasus bullying yang diberitakan ternyata tidak membuat sejumlah anak jera. Kali ini, kasus bullying kembali terjadi di daerah Purworejo. Beredar sebuah video di mana seorang siswi SMA ditendang dan dipukuli oleh tiga teman sekelasnya. Awalnya, video ini diunggah oleh akun media sosial Twitter @black__valley1 yang kemudian menjadi viral. Setelah video tersebut viral, ketiga anak yang diduga menjadi pelaku bully kini telah diamankan oleh polisi. 

Kasus bullying seperti ini tidak sekali dua kali terjadi. Mungkin saja, masih banyak terjadi bullying atau perundungan yang tidak diketahui oleh orangtua atau guru dan tidak terekspos oleh media. Hal ini bisa mengancam kondisi mental maupun fisik korban bully. Bukan cuma korbannya, pelaku bully tidak boleh dibiarkan karena perilaku seperti ini bisa memberikan dampak buruk untuk psikologisnya di kemudian hari. Lantas, bagaimana cara mendidik anak supaya tidak menjadi pelaku bully?

Baca Juga: Anak Gagap Jadi Korban Bully, Ini yang Harus Dilakukan

Mendidik Anak Supaya Tidak Menjadi Pelaku Bullying

Pola didik yang dilakukan orangtua menentukan perkembangan anak di kemudian hari. Oleh karena itu, orangtua perlu mendidik anak sebaik mungkin untuk supaya ia tidak menjadi pelaku bullying nantinya. Melansir dari Stop Bullying, situs pemerintahan yang dikelola oleh U.S. Department of Health and Human Services, menyebutkan, anak-anak umumnya punya perilaku agresif sedari kecil.

Untuk itu, orangtua perlu mengatasi perilaku ini sedini mungkin agar Si Kecil tidak mengembangkan perilaku bullying dan menimbulkan masalah dengan teman sebayanya. Contoh pola asuh yang bisa diterapkan, yaitu:

  1. Tunjukkan Rasa Kasih Sayang

Menunjukkan rasa kasih sayang kepada anak akan membuatnya merasa diperhatikan dan memiliki seseorang yang bisa diandalkan. Cobalah untuk meluangkan waktu bersama anak-anak untuk mempererat hubungan antara orangtua dan anak. Ketika anak merasa disayangi, nantinya mereka juga cenderung menyayangi orang-orang di sekitarnya, termasuk teman sebayanya. 

  1. Ajak Diskusi Tentang Bullying dan Intimidasi

Mengajak anak berdiskusi soal bullying dan intimidasi akan membantu mereka memahami perilaku tersebut, mengapa hal tersebut berbahaya dan bagaimana mereka harus meresponsnya. Diskusikan dan latih apa yang harus mereka lakukan ketika dihadapkan dengan situasi tersebut. Berikan kiat untuk menangani intimidasi, seperti meningkatkan rasa percaya dirinya, berani mengatakan "berhenti", berjalan pergi dan minta bantuan orang lain. 

Orangtua harus mengajari anak tentang bagaimana cara membantu orang lain yang mengalami bullying, seperti menunjukkan kebaikan dan memberitahu orang dewasa. Ketika anak telah memahaminya, maka kecil kemungkinan anak menjadi pelaku bullying.

  1. Ajari Cara Menghormati Orang Lain

Orangtua juga harus menjadi role model anak tentang cara memperlakukan orang lain dengan baik dan hormat. Anak-anak kecil biasanya belajar dengan memberi contoh dan akan mencerminkan sikap dan perilaku orang tuanya. Orangtua atau lingkungan yang bermasalah, seperti, konflik keluarga, penggunaan narkoba dan alkohol, kekerasan dalam rumah tangga, dan pelecehan bisa membentuk anak menjadi pelaku bullying. 

Baca Juga: Anak Jadi Pelaku Bully, Ini 5 Tips Mendampinginya

  1. Jangan Terlalu Permisif

Setiap orangtua pasti punya sejumlah aturan untuk sang anak. Aturan-aturan ini memang penting supaya anak mengerti batasan-batasan tertentu. Orangtua juga perlu membuat aturan yang jelas tentang bagaimana anak-anak harus memperlakukan orang lain. Meski aturan sangat penting, orangtua yang terlalu permisif justru membuat anak mudah memberontak. 

  1. Ajari Anak untuk Terbuka

Dorong anak-anak untuk berbicara jika mereka menjadi korban bullying atau menyaksikan anak  yang mengalami perundungan. Keterbukaan penting untuk perkembangan kepribadian anak ke depannya. Cobalah untuk menjadi teman untuknya agar ia mau terbuka kepada ayah atau ibu. 

  1. Dukung Minatnya

Dorong anak-anak untuk melakukan apa yang mereka sukai. Minat dan hobi dapat meningkatkan kepercayaan diri, membuat dirinya mudah bergaul sampai melindungi mereka dari perilaku intimidasi.

Perilaku bullying memang tidak dapat dibenarkan, tetapi bukan berarti anak yang melakukan bullying juga pantas mendapatkan perundungan dari orang lain. Ketika anak tersebut tertangkap melakukan bullying, umumnya mereka juga terpukul dengan peristiwa tersebut. Jadi, selain korban, pelaku bullying juga berhak mendapatkan rehabilitasi psikologis.

Baca Juga: Tahun Ajaran Baru, Ini Tipe Anak yang Rentan Alami Bullying 

Kalau ibu punya pertanyaan lain terkait perundungan, ibu bisa berdiskusi bersama psikolog Halodoc. Lewat aplikasi ibu dapat menghubungi psikolog kapan saja dan di mana saja via Chat, dan Voice/Video Call.

Referensi :
Stop Bullying. Diakses pada 2020. Understanding the Roles of Parents and Caregivers in Community-Wide Bullying Prevention Effort.
UNICEF. Diakses pada 2020. How to talk to your children about bullying.
Verywell Family. Diakses pada 2020. When Your Child Bullies Other Children.

Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan