Sering Tertukar, Inilah Bedanya Psikosis dan Skizofrenia

Ditinjau oleh  Redaksi Halodoc   09 November 2018
Sering Tertukar, Inilah Bedanya Psikosis dan SkizofreniaSering Tertukar, Inilah Bedanya Psikosis dan Skizofrenia

Halodoc, Jakarta – Psikosis dan skizofrenia bukanlah penyakit yang sama. Psikosis adalah nama gejala atau pengalaman yang meliputi halusinasi dan delusi. Halusinasi membuat seseorang mengalami hal-hal yang sebenarnya tidak dialaminya. Halusinasi membuat orang tersebut melihat ataupun mendengar hal-hal yang sebenarnya tidak ada. Delusi sendiri adalah memiliki keyakinan yang tidak biasa yang orang lain tidak miliki.

Psikosis dan skizifrenia adalah dua kondisi yang berbeda. Skizofrenia adalah penyakit mental yang memengaruhi bagaimana seseorang berpikir atau merasa. Gejala skizofrenia termasuk halusinasi dan delusi. Akan tetapi, seringkali seseorang dengan skizofrenia memiliki gejala lain, seperti merasa datar atau tanpa emosi ataupun menarik diri dari orang lain.

Psikosis Vs Skizofrenia

Ketika seseorang kehilangan kontak dengan realitas sehingga melihat, mendengar, ataupun memercayai hal-hal yang tidak nyata, kondisi ini disebut dengan psikosis. Orang yang mengidap psikosis akan mengalami delusi yang artinya berpegang pada keyakinan yang tidak benar.  Delusi ini akan membawa pengidapnya ke pengalaman halusinasi.

Psikosis adalah bagian dari skizofrenia, dan itu bisa menjadi bagian dari gangguan lain juga. Psikosis adalah konsep yang menggambarkan gejala spesifik. Skizofrenia adalah penyakit mental yang memiliki fitur psikotik.

Psikosis bukan gangguan mental yang berdiri sendiri melainkan sekumpulan pengalaman dan gejala dengan tanda-tanda lebih lengkap sebagai berikut:

  1. Halusinasi (merasakan hal-hal yang tidak ada)

  2. Delusi (sangat percaya hal-hal yang tidak benar)

  3. Kebingungan

  4. Ketidakmampuan untuk berpikir jernih atau menempatkan pikiran bersama secara koheren

  5. Kebingungan dalam berbicara (mencerminkan pemikiran yang tidak jelas dan sangat berkecamuk)

  6. Perilaku tidak teratur (tidak menentu, tidak dapat diprediksi, tidak logis, gelisah, dan tidak tepat)

  7. Perilaku katatonik (tidak responsif dan menahan tubuh dalam satu posisi untuk jangka waktu yang lama)

Dalam psikosis, tidak semua gejala ini terjadi berbarengan, hanya dua gejala utama saja yang selalu ada, yaitu halusinasi dan delusi.

Dalam skizofrenia, psikosis adalah kriteria pertama yang harus dipenuhi untuk diagnosis skizofrenia. Tanpa psikosis, tidak ada skizofrenia. Namun, psikosis sendiri tidak termasuk skizofrenia. Untuk memiliki skizofrenia, seseorang juga harus mengalami gejala lain, yaitu berkurangnya ekspresi emosi, kehilangan motivasi, ucapan dan rasa senang, serta situasi yang menunjukkan kalau seseorang tersebut sangat berpikiran negatif.

Perbedaan antara psikosis dan skizofrenia adalah bahwa psikosis mengacu pada gejala dan dapat menjadi bagian dari banyak hal. Skizofrenia adalah penyakit mental serius yang mencakup gejala psikosis.

Tidak semua orang yang mengalami gejala psikosis memiliki skizofrenia. Untuk diagnosis yang akurat, dokter harus membedah semua gejala. Ini bisa jadi cukup membingungkan karena berbagai gejala bisa jadi tumpang tindih.

Untuk menentukan apakah seseorang memiliki skizofrenia atau psikosis, dokter akan mempertimbangkan:

  1. Semua gejala yang dialami seseorang

Gejala apa yang hilang (misalnya, skizofrenia melibatkan gejala negatif. Jika tidak ada gejala negatif, dokter mengesampingkan skizofrenia)

  1. Usia

  2. Sejarah keluarga

  3. Keparahan gejala

  4. Waktu terjadinya gejala

  5. Durasi gejala

Kalau ingin mengetahui lebih banyak mengenai perbedaan psikosis dan skizofrenia serta bagaimana penanganan keduanya, bisa tanyakan langsung ke Halodoc. Dokter-dokter yang ahli di bidangnya akan berusaha memberikan solusi terbaik untukmu. Caranya, cukup download aplikasi Halodoc lewat Google Play atau App Store. Melalui fitur Hubungi Dokter, kamu bisa memilih mengobrol lewat Video/Voice Call atau Chat.

Baca juga:

 

 

Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan