Si Kecil Alami Encopresis, Orangtua Harus Apa?

Ditinjau oleh  dr. Fadhli Rizal Makarim   21 September 2020
Si Kecil Alami Encopresis, Orangtua Harus Apa?Si Kecil Alami Encopresis, Orangtua Harus Apa?

Halodoc, Jakarta - Tak sedikit anak-anak yang masih mengalami cepirit (BAB di celana) ketika usianya masih di bawah tujuh tahun. Namanya juga anak-anak, wajar bukan? Namun, ketika cepirit ini begitu sering terjadi, bisa jadi Si Kecil mengalami masalah yang disebut encopresis.

Encopresis juga disebut inkontinensia fekal atau keluarnya feses secara tidak sengaja. Kok bisa? Kondisi ini terjadi ketika feses di usus besar dan rektum tertahan, sehingga usus menjadi penuh dan feses cair keluar dengan sendirinya. 

Lantas, bagaimana sih cara mengatasi encopresis pada anak-anak? 

Baca juga: Bisakah Encopresis Terjadi pada Orang Dewasa?

Obat Pencahar sampai Olahraga

Cara mengatasi encopresis pada anak sebenarnya tidak sulit kok. Menurut ahli di National Institutes of Health - MedlinePlus, fokus untuk pengobatan encopresis adalah mencegah sembelit, menjaga kebiasaan BAB yang baik, dan mendukung dirinya, bukan malah mengecilkan hati atau mengkritiknya.

Nah, berikut ini hal yang bisa ibu lakukan untuk mengatasi encopresis pada anak di rumah. 


  • Memberikan obat pencahar atau enema pada anak untuk menghilangkan feses yang kering dan keras. Tanyakan pada dokter obat pencahar apa yang aman untuk anak. 
  • Pastikan anak mengonsumsi makan-makanan tinggi serat. Contohnya buah-buahan, sayuran, biji-bijian.
  • Penuhi kebutuhan cairannya untuk menjaga tinja tetap lembut.
  • Mengonsumsi minyak mineral (flavored mineral oil) untuk waktu yang singkat. Cara ini hanya boleh dilakukan dalam jangka pendek, karena minyak mineral mengganggu penyerapan kalsium dan vitamin D.
  • Mengatur rutinitas ke toilet, misalnya selama 5 hingga 10 menit setiap hari setelah sarapan dan lagi setelah makan malam.
  • Segera minta anak untuk pergi ke toilet ketika merasa ingin buang air di siang hari.
  • Ajak anak untuk tetap aktif secara fisik atau rutin berolahraga.

Baca juga: Sudah Bisa ke Toilet, Kenapa Si Kecil Masih BAB di Celana?

Andaikan ibu sudah mencoba cara-cara di atas dan kondisi anak belum juga membaik, sebaiknya segera periksakan ke rumah sakit terdekat. Nah, ibu bisa membuat janji dengan dokter melalui aplikasi Halodoc, sehingga tidak perlu mengantre sesampainya di rumah sakit.

Pada beberapa kasus, cara mengatasi encopresis pada anak terkadang melibatkan bantuan psikoterapis. Tujuannya untuk membantu Si Kecil menghadapi rasa malu, bersalah, atau kehilangan harga diri akibat kondisi ini.

Di samping itu, untuk kasus encopresis tanpa sembelit, Si Kecil mungkin memerlukan evaluasi kejiwaan untuk menemukan penyebabnya. Cara mengatasinya sudah, bagaimana dengan penyebabnya? 

Awasi Penyebab Encopresis pada Anak

Pada kebanyakan kasus, encopresis umumnya disebabkan oleh sembelit atau impaksi feses (menumpuknya tinja kering dan keras pada rektum akibat konstipasi yang berlarut-larut).

Nah, kondisi ini bisa membuat feses cair keluar dengan sendirinya. Kondisi yang biasanya dialami anak-anak di bawah empat tahun ini, bisa terjadi kapan saja, baik pada siang atau malam hari. 

Di samping sembelit, encopresis pada anak-anak bisa dipicu oleh kondisi lainnya, seperti:

  • Kerusakan otot atau saraf anus dan rektum.
  • Gangguan dasar panggul.
  • Kondisi psikis tertentu seperti autisme, ADHD, depresi, gangguan sikap menentang, atau gangguan perilaku.

Baca Juga: Ciri BAB Normal Pada Anak untuk Ketahui Kondisi Kesehatannya

Nah, mau tahu lebih jauh mengenai masalah encopresis? Atau Si Kecil memiliki keluhan kesehatan lainnya? Ibu bisa bertanya langsung pada dokter melalui aplikasi Halodoc. Tidak perlu keluar rumah, kamu bisa menghubungi dokter ahli kapan saja dan di mana saja. Praktis, kan? 

Referensi:
National Institutes of Health - MedlinePlus. Diakses pada 2020. Encopresis
National Health Service - UK. Diakses pada 2020. Soiling (child pooping their pants).
WebMD. Diakses pada 2020. Encopresis.

Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan