Sindrom Tourette Bisa Picu Anak Berkata Kasar Tanpa Disadari, Benarkah?

Ditinjau oleh  Redaksi Halodoc   10 Desember 2018
Sindrom Tourette Bisa Picu Anak Berkata Kasar Tanpa Disadari, Benarkah?Sindrom Tourette Bisa Picu Anak Berkata Kasar Tanpa Disadari, Benarkah?

Halodoc, Jakarta - Sindrom ini belum banyak diketahui oleh kebanyakan orang. Sindrom tourette merupakan kelainan saraf yang menyebabkan seseorang tiba-tiba melakukan gerakan atau ucapan berulang yang tidak disengaja dan di luar kendali, atau dikenal juga dengan sebutan tic. Tic umum terjadi pada anak-anak, dan biasanya tidak bertahan lebih dari satu tahun. Namun, pada anak-anak dengan sindrom tourette, tic berlangsung selama lebih dari satu tahun dan muncul dalam berbagai macam perilaku. Pada kasus lainnya, seseorang yang memiliki sindrom ini juga dapat tiba-tiba mengeluarkan suara abnormal, mengulang perkataan, atau bahkan melontarkan kutukan atau mengumpat kepada orang lain.

Penyakit ini ditemukan pertama kali oleh Dr. Georges Gilles de la Tourette, ahli saraf dari Perancis pada 1885. Sindrom tourette biasanya sudah muncul di masa kanak-kanak, rata-rata dimulai pada usia 3 sampai 9 tahun. Tic merupakan gejala yang terjadi pada pengidap. Nah, tic sendiri dapat diklasifikasikan menjadi 2, yaitu:

  • Tic motorik, yaitu dapat berupa gerakan sederhana sampai kompleks yang tidak dapat dikendalikan oleh pengidapnya. Misalnya gerakan pada rahang, kedipan, bahu berguncang, atau lengan yang menyentak. Gerakan yang lebih kompleks dapat melibatkan sekumpulan otot atau kombinasi gerakan, seperti melompat atau berputar.

  • Tic vokal, yaitu berupa suara-suara yang dikeluarkan oleh pengidap sindrom ini. Suara yang dikeluarkan dapat lebih kompleks lagi dalam bentuk kata atau kalimat. Pada 10-15 persen kasus, kata-kata yang dikeluarkan tidak jelas, atau kata-kata kasar yang cenderung tidak diterima oleh lingkungan sekitar. Data di Amerika Serikat menunjukkan 1 dari 160 anak (0,6 persen) berusia antara 5-17 tahun memiliki sindrom tourette.

Pada sindrom tourette, terjadi kerusakan di beberapa area otak, seperti basal ganglia, lobus frontal, dan korteks, adanya kerusakan pada jaringan penghubung di otak, atau ketidakseimbangan senyawa otak (dopamin, serotonin, dan norepinephrine). Hingga saat ini, belum diketahui apa yang menjadi penyebab dari sindrom tourette ini. Namun, para ahli menemukan sejumlah dugaan penyebab dari sindrom ini, antara lain:

  • Sistem saraf otak. Anak dengan sindrom ini memiliki cacat pada struktur, fungsi, atau zat kimia otak yang menghantarkan impuls saraf (neurotransmitter), termasuk serotonin dan dopamin.

  • Genetik. Kelainan genetik yang diwarisi oleh orangtua pada anak diduga dapat menjadi penyebab sindrom tourette.

  • Lingkungan. Gangguan yang dialami ibu selama masa kehamilan dan kelahiran diduga menjadi pemicu sindrom tourette pada anak. Gangguan tersebut dapat berupa stres yang dialami ibu dalam masa kehamilan atau proses kelahiran yang berlangsung lama. Kondisi fisik pada bayi saat lahir juga diduga turut berdampak pada kemunculan sindrom ini, misalnya berat lahir di bawah normal.

Sindrom tourette bisa terjadi pada semua orang. Namun, sindrom ini tiga sampai empat kali lebih banyak dialami oleh laki-laki dibanding dengan wanita. Gejala sindrom tourette dapat membaik seiring bertambahnya usia, tetapi dapat juga bertambah parah dengan gejala yang bertahan seumur hidup.

Kamu punya masalah dengan kesehatan? Atau mau tahu tips kesehatan lainnya? Atau kamu punya masalah dengan kesehatan kamu atau orang terdekat kamu? Halodoc bisa jadi solusi. Kamu bisa diskusi langsung dengan dokter ahli melalui Chat, Voice/Video Call. Enggak hanya itu, kamu juga bisa membeli obat yang sedang kamu butuhkan, dan pesanan kamu akan diantar ke tempat kamu dalam waktu satu jam. Yuk, download aplikasinya di Google Play atau App Store!

Baca juga:

 

Mulai Rp25 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Dokter seputar Kesehatan