Skizofrenia Paranoid Diatasi dengan Obat, Bahayakah untuk Orang Dekat?

Ditinjau oleh  dr. Verury Verona Handayani   07 Oktober 2020
Skizofrenia Paranoid Diatasi dengan Obat, Bahayakah untuk Orang Dekat?Skizofrenia Paranoid Diatasi dengan Obat, Bahayakah untuk Orang Dekat?

Halodoc, Jakarta – Pernahkah kamu melihat seseorang yang tiba-tiba berteriak seperti kesurupan? Nah, kalau di Indonesia, kondisi seperti ini pasti sudah dikait-kaitkan dengan hal-hal mistis dan orang tersebut dianggap mengalami kesurupan. Padahal kalau di dunia medis, kondisi ini merupakan salah satu tanda dari penyakit skizofrenia paranoid.

Skizofrenia paranoid adalah skizofrenia yang disertai dengan paranoia. Skizofrenia adalah penyakit mental atau psikosis di mana pikiran seseorang tidak sesuai dengan kenyataan yang ada. Hal ini kemudian memengaruhi cara berpikir dan berperilaku orang tersebut. Penyakit ini biasanya dimulai pada akhir masa remaja atau dewasa muda.

Baca juga: Inilah Jenis-Jenis Skizofrenia yang Perlu Diketahui

Orang dengan skizofrenia membutuhkan pengobatan seumur hidup. Perawatan dini dapat membantu mengendalikan gejala sebelum komplikasi serius berkembang. Salah satu pengobatan skizofrenia paranoid adalah pemberian obat-obatan. Namun, apakah pemberian obat-obatan benar-benar aman untuk pengidap skizofrenia paranoid?

Berbahayakah Penggunaan Obat pada Pengidap Skizofrenia?

Dokter umumnya akan meresepkan obat antipsikotik untuk menghilangkan delusi yang dialami pengidap skizofrenia paranoid. Obat antipsikotik ini bisa berupa pil, cairan, atau suntikan. Diperlukan waktu beberapa minggu agar obat ini bekerja sepenuhnya, tetapi pengidap skizofrenia bisa mulai merasa sedikit lebih tenang lebih cepat setelah mendapatkan obat tersebut.

Obat antipsikotik adalah obat yang paling sering diresepkan karena dianggap efektif mengendalikan gejala dengan memengaruhi dopamin neurotransmitter otak. Psikiater dapat mencoba obat, dosis, atau kombinasi yang berbeda dari waktu ke waktu untuk mencapai hasil yang diinginkan. Obat lain juga dapat membantu, seperti antidepresan atau obat anticemas. 

Baca juga: Ini Alasan Orang dengan Skizofrenia Bisa Bertindak Nekat

Karena obat-obatan untuk skizofrenia dapat menyebabkan efek samping yang serius, pengidap skizofrenia kerap kali enggan meminumnya. Hal ini tentu bisa memengaruhi keefektifan pengobatan jika pengidap tidak disiplin. Ketika pengidap sudah resisten terhadap penggunaan obat tersebut, obat mungkin bisa diubah dalam bentuk disuntik daripada minum pil.

Efek Samping Penggunaan Antipsikotik

Antipsikotik generasi pertama adalah obat yang umumnya pertama kali diresepkan. Namun, obat ini memiliki efek samping neurologis yang berpotensi mengembangkan gangguan gerakan (tardive dyskinesia). Tardive dyskinesia mungkin dapat disembuhkan atau tidak dapat disembuhkan. Antipsikotik memang lebih murah daripada antipsikotik generasi kedua, terutama untuk versi generik. 

Harganya yang murah tentu perlu dipertimbangkan pada seseorang yang membutuhkan pengobatan jangka panjang. Sedangkan obat generasi kedua yang lebih baru umumnya lebih disukai karena berisiko lebih rendah terhadap efek samping serius.

Baca juga: Berbahayakah Berada Satu Atap dengan Pengidap Skizofrenia

Beberapa antipsikotik dapat diberikan dalam bentuk suntikan intramuskular atau subkutan. Antipsikotik jenis suntikan biasanya diberikan setiap dua hingga empat minggu, tergantung pada obatnya. 

Selalu tanyakan kepada dokter terlebih dahulu tentang manfaat dan efek samping dari obat apapun yang diresepkan. Kalau kamu butuh bertanya dengan dokter mengenai hal ini, kamu bisa menghubungi dokter lewat aplikasi Halodoc. Melalui Halodoc, kamu dapat menghubungi dokter kapan dan di mana saja via Chat atau Voice/Video Call.



Referensi:
Mayo Clinic. Diakses pada 2020. Schizophrenia. 
WebMD. Diakses pada 2020. What Is Paranoid Schizophrenia?

Mulai Rp25 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Dokter seputar Kesehatan