Sleep Paralysis alias Ketindihan Sebabkan Mimpi Buruk, Mitos atau Fakta?

Ditinjau oleh  Redaksi Halodoc   14 Maret 2019
Sleep Paralysis alias Ketindihan Sebabkan Mimpi Buruk, Mitos atau Fakta?Sleep Paralysis alias Ketindihan Sebabkan Mimpi Buruk, Mitos atau Fakta?

Halodoc, Jakarta - Pernah merasa adanya sesuatu yang menindihmu di saat tidur, hingga badan tak bisa bergerak sama sekali? Nah, ketindihan saat tidur dalam dunia medis disebut dengan sleep paralysis.

Menurut The American Sleep Disorder Association (1990), sleep paralysis merupakan keadaan transisi yang terjadi ketika seseorang mengalami kelumpuhan sementara untuk bereaksi, bergerak atau berbicara ketika tertidur (hypnagogic), ataupun saat bangun dari tidur (hypnopompic). Kondisi ini ditandai dengan ketidakmampuan orang tersebut untuk menggerakan otot saat tidur.

Baca juga: Fakta Tentang Sleep Paralysis yang Perlu Diketahui

Kelumpuhan Otot

Ketika kita tertidur otak akan menjadi tidak aktif di mana kondisi tersebut merupakan hal yang normal. Nah, ketika ketindihan saat tidur terjadi, ketidakaktifan otot berlanjut untuk beberapa saat dari masa tidur ke masa sadar. Di samping itu, saat mengalami ketindihan, ada kemungkinan seseorang akan merasa sulit bernapas.

Nah, berikut jenis sleep paralysis dalam kacamata medis:

Hypnagogic Sleep Paralysis

Ketindihan dalam medis jenis ini terjadi sebelum seseorang tertidur sepenuhnya. Umumnya, saat menjelang tidur tubuh akan terasa main rileks dan perlahan-lahan kehilangan kesadaran. Bagi orang yang mengalami hypnagogic sleep paralysis, dirinya tetap tersadar, namun ia tak bisa berbicara atau menggerakan tubuh.

Hypnopompic Sleep Paralysis

Kelumpuhan semacam ini berlangsung saat seseorang tersadar pada akhir masa tidur. Umumnya, masa tidur terbagi menjadi dua. Pertama, non-rapid eye movement (NREM), porsi NREM ini sekitar 75 persen dari masa tidur. Kedua, rapid eye movement (REM). Nah, ketika seseorang tersadar sebelum masa REM berakhir, maka pada saat itulah bisa terjadi hypnopompic sleep paralysis.

Sebabkan Mimpi Buruk?

Sampai saat ini masih banyak mitos yang berkembang di masyarakat tentang ketindihan saat tidur. Sebut saja adanya gangguan dari makhluk halus seperti yang banyak dipercaya orang. Bahkan, ada yang mengatakan kalau ketindihan ini bisa menyebabkan mimpi buruk.  

Pasalnya, ada sebagian orang yang merasakan sensasi lain. Contohnya, merasa ada sosok lain bersamanya di saat sleep paralysis terjadi. Sebenarnya, ini merupakan jenis halusinasi yang umum terjadi. Sementara itu, sleep paralysis juga tak selalu membuat seseorang mengalami mimpi buruk. Andaikan terjadi, ada kemungkinan hal itu terjadi secara kebetulan. Sebab, tak ada studi yang mengatakan kalau sleep paralysis dapat menyebabkan mimpi buruk.

Baca juga: Yang Perlu Diketahui tentang Sleep Paralysis

Kenali Gejalanya

Gejala utama dari ketindihan saat tidur itu sederhana kok. Pengidapnya tak  bisa bergerak maupun berbicara walaupun ia sudah terbangun atau tersadar dari tidur. Tapi, ada kalanya fenomena tidur ini juga memiliki gejala-gejala lain, seperti:

  • Sulit bernapas karena dada terasa sesak.

  • Berhalusinasi seolah-olah seperti ada seseorang atau sesuatu di dekatnya.

  • Masih dapat menggerakkan bola mata. Sebagian orang masih bisa membuka mata mereka saat sleep paralysis terjadi, namun sebagian lainnya tidak.

  • Merasa ketakutan.

Awasi Faktor Risikonya

Setidaknya, ada beberapa hal yang bisa meningkatkan seseorang mengalami ketindihan saat tidur atau sleep paralysis. Contohnya:

  • Kurang tidur atau pola tidur yang tak teratur.

  • Faktor usia, remaja dan dewasa muda kalangan yang lebih berisiko.

  • Mengalami stres.

  • Gangguan bipolar.

  • Kram kaki pada malam hari

  • Faktor keturunan.

  • Tidur dalam posisi terlentang.

  • Penyalahgunaan obat-obatan.

Baca juga:Sering Tidur Tiba-Tiba, Bisa Jadi Gejala Narkolepsi

Meski jarang terjadi, ketindihan saat tidur ini juga bisa menjadi gejala dari narkolepsi. Hati-hati dengan kondisi yang satu ini, sebab narkolepsi bisa menyebabkan pengidapnya mengalami kesulitan untuk tetap terjaga lebih dari 3–4 jam.

Mau tahu lebih jauh mengenai masalah di atas? Kamu bisa kok bertanya langsung ke dokter melalui aplikasi Halodoc. Lewat fitur Chat dan Voice/Video Call, kamu bisa mengobrol dengan dokter ahli tanpa perlu ke luar rumah. Yuk, download aplikasi Halodoc sekarang juga di App Store dan Google Play!

Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan