Studi Ungkap COVID-19 Tingkatkan Risiko Disfungsi Ereksi

Ditinjau oleh  dr. Fadhli Rizal Makarim   14 Juli 2021
Studi Ungkap COVID-19 Tingkatkan Risiko Disfungsi EreksiStudi Ungkap COVID-19 Tingkatkan Risiko Disfungsi Ereksi

“Para ahli dari seluruh dunia terus berupaya meneliti dampak jangka panjang dari infeksi COVID-19. Salah satu yang perlu jadi perhatian adalah peningkatan risiko disfungsi ereksi pada penyintas pria. Peneliti menduga hal ini terjadi karena banyak faktor, termasuk efek vaskular, dampak psikologis, dan penurunan kesehatan secara keseluruhan.”

Halodoc, Jakarta – Gelombang demi gelombang pandemi COVID-19 sejak lebih dari setahun lalu selalu menimbulkan kecemasan. Bukan hanya soal gejala berat yang berisiko terjadi pada beberapa kelompok orang, efek jangka panjang dari infeksi COVID-19 juga tidak main-main. Salah satunya adalah risiko disfungsi ereksi pada pria.

Dampak jangka panjang infeksi COVID-19 terhadap kesehatan reproduksi pria, sudah dilaporkan dan diteliti sejak 2020 lalu. Disusul dengan studi terbaru yang mengungkapkan hal yang sama. Satu yang jadi pertanyaan, bagaimana cara infeksi virus SARS-CoV-2 meningkatkan risiko disfungsi ereksi pada pria? Berikut ini pembahasannya.

Baca juga: Bisakah Disfungsi Ereksi pada Pria Disembuhkan?

COVID-19 dan Risiko Disfungsi Ereksi

Studi yang diterbitkan di jurnal Cambridge University Press Public Health Emergency Collection pada 2020 lalu, melaporkan adanya gangguan reproduksi pria akibat COVID-19. Diketahui dua orang pasien pria berusia 44 dan 31 tahun yang terinfeksi COVID-19 dan menjalani perawatan di ICU mengalami anorgasmia atau ketidakmampuan untuk mencapai orgasme setelah dinyatakan negatif atau sembuh. 

Melalui penelitian terbaru yang diterbitkan di Journal of Endocrinological Investigation, peneliti menyoroti dampak virus corona pada tubuh secara keseluruhan, termasuk pada kesehatan seksual dan reproduksi pria. Para peneliti menyimpulkan bahwa bertahan hidup dari COVID-19 dapat dikaitkan dengan risiko disfungsi ereksi. 

Penelitian tersebut menunjukkan adanya tiga faktor yang menyebabkan potensi timbulnya disfungsi ereksi pada pria yang telah terinfeksi COVID-19, yaitu:

  1. Efek Vaskular 

Perlu diketahui bahwa fungsi ereksi merupakan salah satu prediktor penyakit jantung, sehingga dapat dikatakan sistem vaskular dan sistem reproduksi saling berhubungan. Nah, COVID-19 menyebabkan hiperinflamasi di seluruh tubuh, terutama di jantung dan otot di sekitarnya. 

Hal ini membuat suplai darah ke penis tersumbat atau menyempit, sebagai akibat dari kondisi pembuluh darah baru atau memburuk, yang disebabkan oleh infeksi virus.

Baca juga: Begini Tips Mengatasi Disfungsi Ereksi

  1. Dampak Psikologis 

Aktivitas seksual erat kaitannya dengan kesehatan mental. Stres, kecemasan, dan depresi yang disebabkan oleh virus dan pandemi dapat dikaitkan dengan disfungsi ereksi dan suasana hati yang buruk.

  1. Penurunan Kesehatan Secara Keseluruhan 

Disfungsi ereksi biasanya merupakan gejala dari masalah yang mendasarinya. Pria yang memiliki kondisi kesehatan yang buruk berisiko lebih besar akan kondisi ini, serta berisiko memiliki reaksi parah akibat COVID-19. Karena virus dapat menyebabkan banyak masalah kesehatan, penurunan kesehatan secara keseluruhan dapat memengaruhi risiko disfungsi ereksi dan komplikasi lainnya.

Mengutip laman Cleveland Clinic, ahli urologi, Ryan Berglund, MD., mengatakan bahwa disfungsi ereksi bisa jadi penanda kesehatan secara keseluruhan. “Jadi, pada pria muda dan sehat yang tiba-tiba mengalami disfungsi ereksi, terutama setelah COVID-19, ini bisa jadi indikasi sesuatu yang lebih serius.” 

Penyebab lain yang perlu dikhawatirkan mengenai penelitian ini adalah potensi kerusakan testis yang dapat terjadi setelah infeksi COVID-19. Namun, terlalu dini untuk mengetahui apakah kerusakan tersebut bersifat permanen, sementara, atau dapat memengaruhi kesuburan. 

Selain itu, faktor usia juga merupakan aspek penting untuk dipertimbangkan, karena merupakan ini merupakan salah satu faktor risiko untuk mengembangkan disfungsi ereksi dan kasus COVID-19 yang parah.

“Ada penelitian yang menyebutkan bahwa kemungkinan ada efek kardiovaskular dan efek medis lain akibat COVID-19, tetapi masih terlalu dini untuk mengatakan apa sebenarnya semua efek jangka panjangnya,” kata dr. Berglund. 

Baca juga: Berbagai Hal yang Jadi Penyebab Disfungsi Ereksi

Banyak pasien juga mengalami gejala selama berbulan-bulan, disebut sebagai long-haulers, meskipun memiliki kesehatan yang baik sebelumnya. “Penelitian ini adalah contoh penting lain dari ketidaktahuan yang cukup tentang efek jangka panjang dari virus,” kata dr. Berglund. “Waktu dan lebih banyak penelitian diperlukan sampai kita memiliki pemahaman yang lebih baik.”

Itulah mengapa sangat penting untuk terus mengikuti pedoman keselamatan, mendapatkan vaksinasi saat memenuhi syarat dan melindungi orang-orang di sekitar. Bila kamu mengalami keluhan atau dampak kesehatan apapun, meski sudah sembuh dari COVID-19, gunakan aplikasi Halodoc untuk bicara pada dokter lewat chat, atau buat janji dengan dokter di rumah sakit.

Referensi:
Journal of Endocrinological Investigation. Diakses pada 2021. Addressing Male Sexual And Reproductive Health In The Wake Of Covid-19 Outbreak.
Cambridge University Press Public Health Emergency Collection. Diakses pada 2021. A Late COVID-19 Complication: Male Sexual Dysfunction.
Cleveland Clinic. Diakses pada 2021. Yes, COVID-19 Can Cause Erectile Dysfunction.
WebMD. Diakses pada 2021. COVID-19 and Erectile Dysfunction: What to Know.

Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan