Studi Ungkap Video Game Turunkan Risiko Depresi pada Anak Laki-Laki

Ditinjau oleh  dr. Fadhli Rizal Makarim   26 Februari 2021
Studi Ungkap Video Game Turunkan Risiko Depresi pada Anak Laki-LakiStudi Ungkap Video Game Turunkan Risiko Depresi pada Anak Laki-Laki

Halodoc, Jakarta - Sepanjang pandemi COVID-19, banyak anak dan remaja menghabiskan waktu berjam-jam di depan komputer dan perangkat elektronik lainnya. Pembelajaran jarak jauh (dari rumah), dan pembatasan kegiatan masyarakat membuat aktivitas rekreasi anak dan remaja menjadi lebih sedikit.

Sebuah studi baru yang diterbitkan bulan ini di jurnal Psychological Medicine, menunjukkan bahwa aktivitas dengan gadget, termasuk bermain video game, bisa memengaruhi remaja. Penulis penelitian menemukan bahwa bermain video game secara teratur dikaitkan dengan risiko gejala depresi yang lebih rendah di antara anak laki-laki, tetapi tidak pada anak perempuan. 

Baca juga: Kenalan dengan Gaming Disorder yang Siap Mengincar

Risiko Depresi pada Anak Laki-Laki dan Video Game

Britni Belcher , PhD., MPH., asisten profesor kedokteran pencegahan di Keck School dari Medicine of USC di Los Angeles, yang tidak terlibat dalam penelitian tersebut, mengatakan dalam laman Healthline, bahwa studi ini benar-benar menyoroti kebutuhan untuk mengambil pendekatan yang lebih bernuansa tentang penggunaan gadget, terutama yang berkaitan dengan hasil kesehatan mental pada anak-anak.

Studi tersebut mengevaluasi 11.341 remaja yang terdaftar di Millennium Cohort Study, sebuah proyek berkelanjutan yang mengikuti anak-anak yang lahir antara tahun 2000-2002 di Inggris. Ketika peserta berusia 11 tahun, mereka memberi tahu peneliti seberapa sering mereka bermain video game, menggunakan media sosial, dan terlibat dalam penggunaan internet di waktu senggang. 

Kemudian, pada remaja berusia 14 tahun, mereka menyelesaikan survei tentang gejala depresi. Anak laki-laki yang bermain video game sebulan sekali atau lebih pada usia 11 tahun memiliki skor depresi 24 hingga 31 persen lebih rendah pada usia 14 tahun, dibandingkan anak laki-laki yang lebih jarang bermain video game.

Ketika penulis studi mengontrol tingkat aktivitas fisik, mereka menemukan hubungan antara penggunaan video game secara teratur dan skor depresi yang lebih rendah, hanya signifikan di antara anak laki-laki dengan tingkat aktivitas rendah.

Para penulis berspekulasi bahwa video game memberikan kesempatan untuk interaksi sosial dan kesenangan yang bermanfaat bagi anak laki-laki, yang tidak dapat memenuhi kebutuhan tersebut melalui olahraga atau permainan yang aktif secara fisik.

Baca juga: Anak-Anak Sering Main Game? Hati-hati 7 Dampak Ini

Diperlukan Lebih Banyak Penelitian

Lebih banyak penelitian diperlukan untuk lebih memahami hubungan antara bermain video game dan kesehatan mental di kalangan anak-anak dan remaja. Jenis video game, media sosial, atau situs web tertentu yang digunakan remaja mungkin memengaruhi pengaruh produk tersebut terhadap kesehatan mental.

Jumlah waktu yang dihabiskan untuk aktivitas waktu layar juga memengaruhi potensi manfaat dan risiko aktivitas tersebut. Penulis studi baru bertanya kepada peserta seberapa sering mereka terlibat dalam aktivitas bermain video game, tetapi tidak menanyakan berapa jam yang dihabiskan peserta untuk aktivitas tersebut.

"Dari perspektif kesehatan masyarakat, kamu tidak serta merta memberi label semua penggunaan video game baik untuk kesehatan mental," kata Belcher.

“Penelitian mereka menunjukkan bahwa ada beberapa hubungan antara penurunan tingkat depresi pada kelompok anak laki-laki tertentu. Namun, saya pikir perlu lebih banyak penelitian untuk memahami berapa banyak waktu yang dihabiskan untuk perilaku ini,” lanjutnya.

Baca juga: WHO: Kecanduan Game Merupakan Gangguan Mental

Mempraktikkan Kebiasaan Sehat Tak Kalah Penting

Untuk kesehatan mental dan fisik yang optimal, penting bagi anak-anak dan remaja untuk menjaga keseimbangan dalam bermain video game dan aktivitas fisik. Dr. Jason Nagata, asisten profesor pediatri di Fakultas Kedokteran California University, San Francisco, mengatakan bahwa orangtua harus membatasi waktu anak bermain video game, dan memastikan mereka cukup tidur dan melakukan aktivitas fisik.

Nagata merekomendasikan agar orangtua meminta anak untuk menghindari bermain video game satu jam sebelum waktu tidur dan menyimpan gadget sebelum naik ke tempat tidur di malam hari. Intinya, bicarakan dan sepakati dengan anak, kapan boleh bermain video game, dan kapan harus melakukan aktivitas lainnya. 

Sebab, segala sesuatu yang berlebihan, meskipun tadinya baik, bisa menjadi tidak baik. Lalu, bagaimana jika anak sakit? Ibu bisa gunakan aplikasi Halodoc untuk berbicara dengan dokter, kapan dan di mana saja. 

Referensi:
Healthline. Diakses pada 2021. Video Games Linked to Lower Depression Risk for Boys.
Psychological Medicine. Diakses pada 2021. Prospective Relationships of Adolescents’ Screen-Based Sedentary Behaviour With Depressive Symptoms: The Millennium Cohort Study.


Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan