Jangan Takut, Tenaga Medis, ODP dan PDP Bukan untuk Dijauhi

Ditinjau oleh  dr. Rizal Fadli   30 April 2020
Jangan Takut, Tenaga Medis, ODP dan PDP Bukan untuk DijauhiJangan Takut, Tenaga Medis, ODP dan PDP Bukan untuk Dijauhi

Halodoc, Jakarta - Krisis kesehatan dunia saat ini menjadi keadaan darurat medis karena adanya persebaran virus corona. Saat ini, merupakan masa yang penuh tekanan bagi semua orang, karena ketakutan yang muncul perlahan menjelma menjadi kecemasan yang menyebabkan timbulnya stigma sosial terhadap orang yang berurusan dengan virus corona.

Bukan hanya ODP dan PDP saja, stigma negatif juga melekat pada tim medis, yang seharusnya patut diapresiasi karena jasanya. Bukan itu saja, stigma dan diskriminasi kerap diterima oleh seseorang dengan penyakit yang jelas bukan corona, tapi memiliki gejala yang hampir sama. Stigma negatif pun kerap kali dilabelkan pada pasien yang jelas-jelas sudah sembuh dan dibebaskan dari isolasi dan sudah tidak memiliki risiko untuk menyebarkan virus ke orang lain.

Sudah cukup stigma negatif yang beredar saat ini. Yuk, sama-sama untuk membantu menghentikan stigma buruk terkait dengan COVID-19 dengan membagikan fakta-fakta tentang angka kesembuhan yang lebih banyak dari angka kematian saat ini. Terinfeksi virus corona tidak melulu bicara soal kematian saja. Faktanya kini, angka kesembuhan jauh di atas pasien yang meninggal akibat infeksi COVID-19.

Baca juga: Efek Jangka Panjang Infeksi COVID-19 Terhadap Jantung

Tenaga Medis, ODP dan PDP Bukan untuk Dijauhi

Tepat hari ini (30/4), Direktorat Promosi Kesehatan yang berada di bawah naungan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia mengadakan siaran langsung yang dilakukan bersamaan dengan beberapa dokter dan Dinas Kesehatan setempat. Diskusi yang dilakukan berjudul. “Mereduksi Stigmatisasi dan Diskriminasi di Masyarakat kepada Tenaga Kesehatan, Orang Dalam Pemantauan (ODP), Pasien Dalam Pengawasan (PDP), dan Pasien Positif COVID-19”.

Salah satu narasumber yang hadir adalah Dr. dr. Fidiansjah, Spkj, MPH, selaku Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa. Ia menjelaskan tentang stigma itu sendiri. Stigma yang mampu memengaruhi diri individu secara keseluruhan, karena pikiran, pandangan, dan kepercayaan negatif yang didapatkan dari masyarakat di lingkungan.

Hal tersebut benar adanya, kenyataannya banyak orang yang sangat sulit untuk mengungkapkan riwayatnya, hingga tim medis pun harus menjemput paksa ke rumah. Balik lagi, hal tersebut terjadi karena stigma negatif yang hadir di masyarakat. Jadi, banyak orang yang kini takut ketahuan kalau mereka sakit, apalagi jika gejala yang muncul mirip dengan infeksi virus corona.

Baca juga: Nikotin Diteliti untuk Lawan Corona

Hapus Stigma Negatif dengan Edukasi Lebih Dalam Lagi

Reaksi yang berlebihan sangat dimaklumi, karena merasa takut dikucilkan oleh masyarakat. Pada diskusi yang sama, dr. Tirta yang juga ikut menjadi salah satu narasumber tersebut memaparkan bahwa stigma masyarakat bisa dihapus dengan mengedukasi lebih lanjut mulai dari musyawarah masyarakat setempat, yaitu di lingkungan RT bahwa mengidap corona masih bisa sembuh, dan tidak selalu berujung pada kematian.

Berikut langkah melawan stigma  negatif tentang virus corona yang dirangkum dari siaran langsung yang dilakukan oleh beberapa dokter dan Dinas Kesehatan setempat:

  • Gunakan Istilah yang Baik

Jangan gunakan nama penyakit dengan Virus Wuhan atau nama-nama yang dapat berujung pada SARA. Gunakanan nama yang benar, yaitu COVID-19 (Corona Virus Disease 19), yang disebabkan virus SARS-CoV-2.

  • Jangan Sebut Pasien dengan Korban

Sama dengan sakit lainnya, para pengidap disebut dengan pasien, bukan korban. Hindari penggunaan kata yang dapat memicu timbulnya stigma negatif dari masyarakat. Lebih baik jika kamu menggunakan istilah diduga atau mungkin.

  • Jangan Menghakimi

Jangan menghakimi para pasien dengan menyebut mereka penyebar atau penyebab penyakit. Istilah tersebut menyiratkan arti penularan secara sengaja.

  • Berikan Semangat

Jika mengetahui tenaga medis terinfeksi atau bahkan pasien corona sekalipun, alirkan dukungan bersama padanya atau keluarganya. Semangat dan dukungan yang diberikan akan membuat mereka berusaha untuk sembuh.

  • Berikan Penghargaan pada Tenaga Medis

Krisis kesehatan dunia saat ini membuat tenaga medis menjadi garda terdepan dalam membantai virus. Karena hal tersebut, apresiasi dengan setinggi-tingginya untuk jasa mereka yang telah menyelamatkan banyak orang.

Langkah terakhir yang bisa kamu lakukan adalah jangan menyebar hoax. Jika ingin menyebarkan berita tentang infeksi COVID-19, usahakan untuk mencari sumber yang mumpuni dalam hal informasi. Berhati-hatilah, karena dari informasi yang diberikan bisa berujung pada kesehatan mental masing-masing orang karena merasa terlalu khawatir, yang dapat berujung pada kecemasan.

Baca juga: Kebiasaan Baru yang Diprediksi Muncul karena Corona 

Sebisa mungkin sebarkan berita positif atau tidak sama sekali. Jangan menyebarkan berita yang hanya dapat berujung pada paniknya banyak orang. Kamu bisa update berita terbaru mengenai COVID-19 dengan men-download aplikasi Halodoc. Jika kamu memiliki masalah kesehatan tertentu, diskusikan segera dengan dokter. Ingat, sakitmu belum tentu COVID-19. Jadi, jangan keburu panik, ya!

Referensi:

CDC. Diakses pada 2020. Reducing Stigma.
Unlv. Diakses pada 2020. Stigma and Resilience.
Psychology Today. Diakses pada 2020. On the Stigma of COVID-19.

 

Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan