Terlalu Sering Haus Bisa Jadi Tanda Penyakit?

Ditinjau oleh  Redaksi Halodoc   09 Oktober 2018
Terlalu Sering Haus Bisa Jadi Tanda Penyakit?Terlalu Sering Haus Bisa Jadi Tanda Penyakit?

Halodoc, Jakarta - Rasa haus kerap kali datang ketika cuaca sedang benar-benar panas, membuat tubuh mudah gerah dan berkeringat. Demi terpenuhinya asupan cairan pengganti keringat yang dikeluarkan tubuh, kamu pasti akan minum air putih lebih banyak.

Namun, bagaimana jika rasa haus ini tidak hilang bahkan ketika cuaca tak lagi panas? Hati-hati, rasa haus berkepanjangan bisa menjadi salah satu gejala bahwa tubuh sedang mengalami gejala penyakit tertentu, yaitu diabetes insipidus. Meski ada banyak hal yang membuat kamu merasa haus sepanjang waktu. Bisa saja tubuhmu sedang dehidrasi, kamu mengonsumsi terlalu banyak makanan pedas, mengonsumsi jenis obat tertentu, atau sedang hamil.

Apa Itu Diabetes Insipidus?

Tidak sama dengan diabetes melitus, diabetes insipidus merupakan kondisi yang membuat kamu menjadi sering merasa haus, sehingga frekuensi buang air kecil pun turut mengalami peningkatan yang terbilang drastis.

Meski gejala di antara kedua penyakit ini mirip, tetapi penyebabnya ternyata tidaklah sama. Diabetes melitus terjadi karena tingginya kadar insulin dan gula darah, sementara penyakit insipidus lebih dipengaruhi oleh kinerja ginjal.

Gangguan kesehatan ini terbilang jarang dialami, meski jika pun terjadi, semua usia bisa mengalaminya, baik anak-anak, remaja, dewasa, hingga lansia dan lebih sering menyerang pria dibandingkan dengan wanita.

Selain rasa haus yang berlebihan juga meningkatnya frekuensi buang air kecil gejala lain yang bisa dicermati dari munculnya penyakit ini adalah sering mengompol, buang air kecil pada malam hari, dan warna urine yang memudar serta terlihat encer. Pada balita dan anak, gejalanya bisa berupa demam, penurunan berat badan, kulit kering, diare, dan terhambatnya pertumbuhan.

Penyebab Diabetes Insipidus

Pada kondisi normal, keseimbangan antara asupan cairan yang masuk ke dalam tubuh dan banyaknya urine yang keluar bisa diatur oleh tubuh. Namun, ketika terjadi suatu masalah pada bagian kelenjar hipofisis, maka tubuh tidak lagi dapat mengatur keseimbangan di antaranya keduanya.

Ketika tubuh mengalami dehidrasi, maka ginjal akan mengeluarkan antidiuretik hormin (ADH) yang berfungsi untuk menahan produksi urine berlebihan. Hormon ini diproduksi oleh otak bagian hipotalamus yang kemudian disimpan di bagian hipofisis.

Penyakit diabetes insipidus terbagi menjadi beberapa jenis bergantung pada penyebab utamanya, yaitu:

  • Nefrogenik

Disebabkan karena kelainan pada bagian tubulus ginjal. Kondisi ini bisa terjadi karena faktor genetik atau penyakit ginjal yang bersifat kronik.

  • Polidipsia Primer

Disebut juga polidipsia psikogenik, yang terjadi karena terlalu banyak asupan cairan yang masuk ke dalam tubuh. Namun, kondisi ini tidak ada kaitannya dengan produksi hormon ADH.

  • Sentral

Disebabkan karena terjadi kerusakan pada bagian hipofisis atau hipotalamus. Operasi, meningitis, tumor, atau trauma pada kepala bisa menjadi pemicu utamanya.

  • Gestasional

Terjadi pada wanita yang sedang hamil, tetapi bersifat sementara.

Pengobatan Diabetes Insipidus

Berdasarkan penyebabnya, ada beberapa jenis terapi yang bisa dilakukan untuk pengidap penyakit diabetes insipidus, seperti:

  • Terapi Diuretik

Ditujukan untuk pengidap tipe nefrogenik. Biasanya, dokter akan menyarankan pengidap untuk melakukan diet rendah garam dan mengonsumsi obat hidroklorotiazid.

  • Terapi Desmopressin

Pengidap akan mendapatkan resep desmopressin atau hormon sintetik apabila kadar ADH yang kurang menjadi pemicunya. Terapi ini ditujukan untuk pengidap insipidus sentral.

Nah, jadi, mulai sekarang pahami dengan baik kondisi tubuhmu. Tanyakan pada dokter melalui aplikasi Halodoc jika kamu merasa ada gejala aneh yang terjadi. Aplikasi Halodoc bisa kamu download di App Store dan Google Play..

 

Baca juga:

Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan