Termasuk Penyakit Langka, Kenali Lebih Dalam Schistosomiasis

Ditinjau oleh  dr. Verury Verona Handayani   01 Agustus 2019
Termasuk Penyakit Langka, Kenali Lebih Dalam SchistosomiasisTermasuk Penyakit Langka, Kenali Lebih Dalam Schistosomiasis

Halodoc, Jakarta - Sanitasi merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi manusia. Jika hal tersebut tidak terpenuhi, banyak penyakit yang mungkin menyerang kamu dan orang sekitar kamu. Salah satu penyakit yang dapat terjadi karena masalah sanitasi adalah schistosomiasis.

Indonesia merupakan salah satu negara di area Asia Tenggara yang masih mengalami masalah terkait schistosomiasis. Gejala dari penyakit tersebut mungkin tidak timbul saat awal terinfeksi. Dalam waktu yang lama, tubuh akan mengalami kerusakan pada organ dalam, seperti kandung kemih, ginjal, dan hati.

Apa Itu Schistosomiasis?

Schistosomiasis, atau disebut juga dengan bilharzia, adalah sebuah infeksi yang disebabkan oleh cacing parasit Schistosoma. Cacing parasit tersebut hidup di air tawar pada daerah subtropis dan tropis. Cacing ini dibawa oleh keong Oncomelania yang berukuran lebih kecil dari bulir padi.

Penularan dari penyakit ini terjadi ketika larva dari cacing tersebut menembus kulit seseorang. Setelah itu, cacing tersebut akan tumbuh menjadi dewasa, bertelur, dan telurnya akan keluar bersamaan dengan tinja. Jika seseorang yang terserang schistosomiasis buang air besar sembarangan, penyakit tersebut pun dapat tersebar.

Larva dari cacing tersebut juga dapat masuk ke dalam tubuh hewan, seperti sapi dan kerbau. Pada akhirnya, tinja dari hewan-hewan tersebut dapat menyebarkan telur cacing penyebab Schistosomiasis. 

Infeksi ini terbilang mudah diobati. Meski begitu, jika kamu mengalami gejalanya, sebaiknya langsung temui dokter untuk mendapatkan penanganan.

Baca juga: Meski Langka, Kenali Gejala Munculnya Schistosomiasis

Cara Penyebaran Schistosomiasis

Cacing yang menjadi penyebab penyakit infeksi tersebut dapat hidup dalam air tawar, seperti kolam, danau, sungai, dan waduk. Seseorang yang mengambil air langsung dari danau atau sungai yang tersebar infeksi, risiko terinfeksi dapat meningkat. Infeksi dapat terjadi hanya karena sentuhan langsung dengan air yang terkontaminasi.

Setelah masuk ke tubuh, cacing akan bergerak melalui darah ke organ-organ lain, seperti hati dan usus. Beberapa minggu setelah masuk ke tubuh, cacing mulai bertelur. Telur tersebut akan tetap berada di dalam tubuh. Tanpa pengobatan, cacing tersebut akan terus bertelur selama beberapa tahun.

Telur cacing tersebut akan keluar dari tubuh dan masuk ke dalam air. Cacing tersebut melepaskan larva kecil yang perlu tumbuh di dalam siput air tawar selama beberapa minggu. Hal tersebut adalah satu-satunya cara penyebarannya. 

Kamu ingin mengetahui lebih lanjut tentang cara penyebaran penyakit ini? Halodoc bisa jadi solusinya! Kamu bisa bertanya pada dokter di Halodoc kapan dan di mana saja. Mudah bukan? Yuk, download aplikasinya sekarang juga!

Baca juga: Kenali Prosedur Pengobatan untuk Atasi Varises Esofagus

Gejala yang Ditimbulkan Schistosomiasis

Seseorang yang telah terinfeksi beberapa hari mungkin akan mengalami ruam atau gatal. Gejala lainnya yang dapat terjadi setelah satu hingga dua bulan terinfeksi adalah demam, menggigil, batuk, dan nyeri otot. Walau begitu, kebanyakan orang tidak mengalami gejala pada tahap awal.

Telur cacing tersebut akan berjalan ke hati atau usus, hingga kandung kemih. Dalam kasus yang jarang, telur akan masuk ke otak atau sumsum tulang belakang. Jika itu terjadi, mungkin pengidap akan mengalami gejala berupa kejang, kelumpuhan, atau radang sumsum tulang belakang.

Seseorang yang sering terinfeksi gangguan ini, parasit yang masuk ke dalam tubuh dapat merusak hati, usus, paru-paru, dan kandung kemih. Gejala schistosomiasis yang timbul merupakan reaksi tubuh terhadap telur yang dihasilkan oleh cacing, bukan karena cacing tersebut.

Baca juga: Masih Perlukah Orang Dewasa Minum Obat Cacing?

Mulai Rp25 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Dokter seputar Kesehatan