Tidak Sama, Ini Bedanya Parkinson dengan Parkinsonisme

4 menit
Ditinjau oleh  dr. Fadhli Rizal Makarim   10 September 2021

“Parkinsonisme adalah penyakit yang terjadi ketika seseorang mengalami beberapa gejala dan disfungsi otak yang identik dengan penyakit Parkinson. Namun, penting diketahui bahwa tidak semua orang yang memiliki parkinsonisme, mengidap penyakit Parkinson, meski gejalanya identik. Sebab, parkinsonisme dapat disebabkan oleh berbagai hal, seperti efek samping penggunaan obat tertentu, hingga penyakit saraf seperti Parkinson.”

Tidak Sama, Ini Bedanya Parkinson dengan ParkinsonismeTidak Sama, Ini Bedanya Parkinson dengan Parkinsonisme

Halodoc, Jakarta – Penyakit Parkinson merupakan penyakit penurunan fungsi saraf secara progresif yang dapat menyebabkan ketidakmampuan gerak. Pada kebanyakan kasus, penyakit Parkinson terjadi pada orang yang berusia di atas 60 tahun. Namun, pernahkah kamu mendengar tentang istilah parkinsonisme? 

Ya, istilah ini memang terdengar mirip dengan penyakit Parkinson, sehingga bisa jadi keduanya masih berkaitan.  Lantas, apa yang dimaksud dengan parkinsonisme dan apa perbedaannya dengan penyakit Parkinson?  Yuk, simak penjelasannya di sini!

Baca juga: George Bush, Mantan Presiden Ke-41 AS Meninggal karena Parkinson

Ini perbedaan Parkinson dan Parkinsonisme

Melansir dari Davis Phinney foundation of Parkinson, parkinsoisme juga dikenal dengan istilah Parkinson atipikal atau Parkinson plus. Istilah tersebut digunakan untuk menggambarkan sekelompok gejala atau masalah neurologis yang menimpa seseorang layaknya pengidap Parkinson. Seperti tremor, gerakan melambat, gangguan keseimbangan, hingga otot terasa kaku. 

Namun, penyakit Parkinson sendiri hanya mewakili 10-15 persen dari semua kasus parkinsonisme yang berhasil didiagnosis. Selain itu, penting diketahui bahwa Parkinson disebabkan oleh degenerasi sel saraf pada otak, sedangkan penyebab parkinsonisme sangatlah bervariasi. Misalnya seperti efek samping penggunaan obat, trauma pada kepala yang bersifat kronis, penyakit metabolik, paparan racun, hingga penyakit Parkinson itu sendiri.

Merujuk pada penjelasan sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan bahwa parkinsonisme adalah penyakit yang terjadi ketika seseorang mengalami beberapa gejala dan disfungsi otak, yang identik dengan penyakit Parkinson. Namun, penting diketahui bahwa tidak semua orang yang memiliki parkinsonisme mengidap penyakit Parkinson, meski gejalanya identik. Di samping itu, seseorang yang mengidap parkinsonisme juga dapat memiliki gejala lain yang berhubungan dengan penyebab atau kondisi tambahan.

Gejala Parkinsonisme

Melansir dari Healthline, seseorang dengan Parkinsonisme biasanya mulai mengembangkan gejala mulai dari usia 50 hingga 80 tahun. Penyakit Parkinsonisme dapat menimbulkan gejala yang bervariasi dan progresif. Namun, ada beberapa gejala paling umum yang berkaitan dengan penyakit ini, antara lain:

  • Kesulitan menunjukkan ekspresi wajah.
  • Otot terasa kaku.
  • Gerakan menjadi lambat.
  • Berubahnya cara berbicara dan mengucap sesuatu.
  • Tremor, terutama pada satu tangan.

Seseorang yang mengidap parkinsonisme mungkin dapat memiliki beberapa gejala yang disebutkan di atas. Hal ini dikarenakan, pengidap parkinsonisme kemungkinan juga memiliki gangguan tambahan yang dapat memengaruhi fungsi otak. Selain itu, ada beberapa gejala tambahan yang berkaitan dengan parkinsonisme. Misalnya seperti demensia, dan masalah dengan sistem saraf otonom, seperti masalah dengan gerakan terkontrol atau kejang.

Baca juga: Gejalanya Mirip, Ini Perbedaan Antara Parkinson dan Dystonia

Bisa Kah Parkinsonisme Diobati?

Karena penyebabnya dapat bervariasi, maka pengobatan parkinsonisme juga akan disesuaikan dengan penyebabnya. Apabila parkinsonisme disebabkan oleh efek samping penggunaan obat-obatan tertentu, maka dokter akan menghentikan pengobatan tersebut. Namun, bila parkinsonisme disebabkan oleh faktor lain, maka dokter akan memberikan resep obat. 

Umumnya, dokter akan memberikan obat yang digunakan untuk mengatasi penyakit Parkinson. Contohnya obat kombinasi carbidopa-levodopa yang berfungsi untuk meningkatkan jumlah dopamine yang tersedia pada otak.

Akan tetapi, biasanya pengidap parkinsonisme tidak hanya memiliki masalah dalam memproduksi dopamine. Mereka juga memiliki sel yang rusak atau hancur sehingga tidak dapat merespon dopamine dengan baik. Akibatnya, obat yang diberikan bisa saja tidak bekerja dengan optimal untuk mengatasi gejalanya. 

Namun, perubahan gaya hidup dapat dilakukan guna membantu pengidap Parkinsonisme mengatasi penyakit tersebut. Misalnya seperti tetap aktif secara fisik dengan rutin berolahraga dan mengikuti terapi fisik sesuai kebutuhan.

Kapan Harus Ke Dokter?

Bila kamu mengalami gejala-gejala yang disebutkan sebelumnya seperti tangan tremor terus-menerus, ada baiknya untuk memeriksakan diri ke dokter. Sebab, antara Parkinsonisme dan penyakit Parkinson memiliki banyak kesamaan gejala, meskipun penyebabnya berbeda. Pemeriksaan sedari dini diperlukan untuk mengetahui apakah gejala yang dirasakan hanya sebatas parkinsonisme, atau justru memang indikasi akan penyakit Parkinson.

Baca juga: Parkinson Bisa Memicu Masalah Menelan, Apa Sebabnya?

Kamu juga dapat menghubungi dokter spesialis terkait keluhanmu di aplikasi Halodoc. Melalui fitur chat/video call secara langsung di aplikasinya. Nantinya, dokter spesialis terpercaya akan memberikan anjuran yang sesuai. Bila dokter memberikan resep, kamu juga dapat membeli obat secara langsung melalui aplikasi Halodoc. Tanpa perlu mengantri atau berlama-lama di apotek. Jadi tunggu apa lagi? Yuk download aplikasi Halodoc sekarang!

This image has an empty alt attribute; its file name is HD-RANS-Banner-Web-Artikel_Spouse.jpg

Referensi:

Davis Phinney foundation of Parkinson. Diakses pada 2021. PARKINSON’S VS. PARKINSONISM
Medical News Today. Diakses pada 2021. What is Parkinsonism?
Healthline. Diakses pada 2021.What Is Parkinsonism?
Mayo Clinic. Diakses pada 2021. Parkinsonism: Causes and coping strategies

Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan