Trauma Bisa Sebabkan Fibromyalgia, Benarkah?

Ditinjau oleh  Redaksi Halodoc   20 November 2018
Trauma Bisa Sebabkan Fibromyalgia, Benarkah? Trauma Bisa Sebabkan Fibromyalgia, Benarkah?

Halodoc, Jakarta – Fibromyalgia adalah gangguan medis yang menyebabkan nyeri di sekujur tubuh, sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari. Penyebabnya belum diketahui secara pasti, namun para ahli menduga fibromyalgia disebabkan oleh faktor keturunan, trauma fisik atau emosional, senyawa kimia dalam otak yang tidak seimbang, gangguan tidur, serta mengidap penyakit sendi dan tulang.

Fibromyalgia tidak bisa disembuhkan, sehingga pengobatannya bertujuan untuk meringankan gejala agar tidak mengganggu aktivitas sehari-hari. Misalnya dengan konsumsi obat (seperti obat pereda rasa sakit, antidepresan dan antikonvulsan), terapi fisik untuk meringankan nyeri dan terapi psikologis (seperti terapi perilaku kognitif).

Trauma Bisa Sebabkan Fibromyalgia

Trauma yang disebabkan oleh tindakan operasi, kecelakaan mobil, masalah keluarga, dan penyebab lainnya bisa menyebabkan fibromyalgia. Alasannya karena stres dan trauma membuat reseptor rasa sakit dalam otak menjadi lebih sensitif dan merangsang terbentuknya memori rasa sakit. Kondisi ini berdampak pada munculnya reaksi berlebihan terhadap sinyal rasa sakit, termasuk menyebabkan rasa nyeri pada sebagian atau seluruh tubuh.

Pengidap Fibromyalgia Rentan Mengalami Depresi

Banyak studi mengaitkan hubungan antara fibromyalgia dengan depresi. Studi tersebut mengatakan pengidap fibromyalgia berisiko lebih besar untuk mengidap depresi dibanding yang tidak mengidap fibromyalgia. Gejala depresi pada pengidap fibromyalgia berupa kelelahan, sulit berkonsentrasi, dan membuat keputusan, merasa tidak berguna, kehilangan minat pada semua hal, kecemasan, serta merasa sedih dan ingin menangis terus-menerus tanpa alasan yang jelas. Pada kasus yang parah, depresi yang dialami pengidap fibromyalgia bisa memunculkan keinginan bunuh diri.

Hadapi Fibromyalgia dengan Terapi Psikis

Jika dibiarkan tanpa penanganan, fibromyalgia bisa menghambat aktivitas sehari-hari karena rasa nyeri dan lelah yang ditimbulkan. Kondisi ini sering membuat pengidap fibromyalgia merasa terasingkan, takut, kesepian, dan tidak berguna karena tidak bisa beraktivitas dengan normal. Itu alasan pengidap fibromyalgia perlu bicara pada dokter untuk mendapat pengobatan yang tepat, misalnya konsumsi obat, terapi dan perubahan gaya hidup.

Fibromyalgia bisa memengaruhi psikis pengidapnya. Oleh karena itu, pengidap fibromyalgia perlu melakukan terapi konseling atau terapi perilaku kognitif. Konseling bisa membantu menguatkan keyakinan pengidap fibromyalgia untuk menjalani pengobatan dengan baik, serta memberikan wadah untuk bercerita tentang kondisi yang dialaminya. Adanya simpati dan dukungan berperan penting untuk mencegah depresi yang rentan dialami pengidap fibromyalgia, sehingga mencegah munculnya keinginan bunuh diri.

Selain konsumsi dan terapi, berikut hal yang bisa dilakukan untuk mengurangi gejala fibromyalgia:

  • Berolahraga teratur, misalnya aerobik ringan. Ahli terapi fisik bisa mengembangkan program latihan untuk peregangan, perbaikan postur tubuh, dan latihan relaksasi.

  • Tidur cukup, setidaknya 6 - 8 jam per hari. Kurang tidur bisa memperparah gejala yang muncul, sehingga pengidap fibromyalgia perlu menerapkan kebiasaan tidur yang baik.

  • Kurangi stres. Luangkan waktu untuk bersantai untuk mencegah stres, serta lakukan aktivitas yang disukai jika nyeri mulai terasa.

Itulah kaitan fibromyalgia dengan trauma dan depresi. Kalau kamu mengalami nyeri terus-menerus dan mulai mengganggu aktivitas sehari-hari, segera bicara pada dokter Halodoc untuk mencari tahu penyebab dan mendapat penanganan yang tepat. Kamu bisa menggunakan fitur Contact Doctor yang ada di aplikasi Halodoc untuk bertanya pada dokter via Chat, dan Voice/Video Call. Yuk, download aplikasi Halodoc di App Store atau Google Play sekarang juga!

Baca Juga:

Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan