Tubuh Mudah Memar Bisa Jadi Gejala Sindrom Mielodisplasia

Ditinjau oleh  dr. Verury Verona Handayani   28 Agustus 2020
Tubuh Mudah Memar Bisa Jadi Gejala Sindrom MielodisplasiaTubuh Mudah Memar Bisa Jadi Gejala Sindrom Mielodisplasia

Halodoc, Jakarta – Memar pada permukaan kulit bisa saja muncul karena beberapa faktor, salah satunya sindrom mielodisplasia. Apa itu? Sindrom mielodisplasia adalah sekumpulan masalah kesehatan yang terjadi karena ada gangguan pada sel darah. 

Ketidaksempurnaan sebagian atau seluruh sel darah yang dihasilkan sumsum tulang menjadi penyebab kondisi ini. Nah, salah satu gejala dari sindrom mielodisplasia adalah mudah memar atau berdarah. Hal itu disebabkan oleh rendahnya jumlah trombosit pengidap penyakit ini. 

Baca juga: Hal yang Terjadi pada Tubuh saat Alami Sindrom Mielodisplasia

Mengenal Gejala dan Penyebab Sindrom Mielodisplasia

Kondisi ini muncul karena ada sebagian atau seluruh sel darah yang dihasilkan sumsum tulang, tidak terbentuk dengan baik. Meski bisa menyerang siapa saja, risiko sindrom mielodisplasia disebut lebih besar pada lansia di atas 60 tahun. Gejala khas pada awal kemunculan penyakit ini adalah tubuh mudah memar atau berdarah karena jumlah trombosit yang rendah. 

Selain itu, ada beberapa gejala lain yang bisa muncul, seperti pucat karena anemia, infeksi, mudah lelah, sesak napas, hingga muncul bintik merah di bawah kulit akibat perdarahan. Kondisi ini sama sekali tidak boleh dianggap sepele dan harus segera mendapat penanganan medis. Pengobatan kondisi ini dilakukan untuk menghindari munculnya komplikasi akibat kelainan sel darah.

Ada sejumlah pengobatan yang bisa dilakukan, mulai dari konsumsi obat-obatan, transfusi darah, hingga kemoterapi atau transplantasi sumsum tulang belakang. Sayangnya, hingga kini masih belum diketahui pasti pada penyebabnya. Namun, perubahan genetik disebut memiliki andil besar dalam memicu kelainan pada sumsum tulang. Selain itu, ada beberapa faktor yang disebut berpengaruh, mulai dari faktor usia, paparan bahan kimia, hingga riwayat menjalani pengobatan kemoterapi atau radioterapi. 

Baca juga: Paparan Logam Berat Berisiko Terkena Sindrom Mielodisplasia

Ada beberapa cara pemeriksaan yang bisa dilakukan untuk mendiagnosis penyakit ini. Pada awalnya, dokter akan bertanya riwayat gejala yang muncul serta melihat kondisi kesehatan secara keseluruhan. Selanjutnya, dilakukan pemeriksaan fisik dan bisa juga disertai dengan pemeriksaan penunjang untuk memastikan diagnosis. 

Pemeriksaan yang bisa dilakukan antara lain: 

1.Tes Darah 

Tes ini dilakukan untuk mengetahui jumlah sel darah merah, sel darah putih, dan trombosit dalam tubuh. Selain itu, tes darah juga berguna untuk melihat apakah ada perubahan bentuk, ukuran, dan wujud sel darah. 

2.Aspirasi Sumsum Tulang 

Pemeriksaan juga bisa dilakukan dengan mengambil sampel darah langsung dari sumsum tulang. Tujuannya untuk melihat gambaran sel darah keseluruhan dan pemeriksaan genetik sel. Lewat tes ini juga dilakukan pengambilan sampel jaringan sumsum tulang (biopsi). Tujuannya untuk melihat perubahan struktur sel di sumsum tulang. 

Setelah didiagnosis, dokter akan merencanakan cara pengobatan yang dibutuhkan. Sindrom mielodisplasia yang tidak ditangani bisa meningkatkan risiko terjadinya komplikasi, seperti anemia, perdarahan yang sulit berhenti, mudah infeksi, hingga berkembang menjadi kanker darah atau leukemia akut. 

Baca juga: Jenis-Jenis Sindrom Mielodisplasia Berdasarkan Penyebabnya

Cari tahu lebih lanjut seputar sindrom mielodisplasia dan apa saja gejala yang mungkin muncul dengan bertanya pada dokter di aplikasi Halodoc. Kamu bisa dengan mudah menghubungi dokter melalui Video/Voice Call dan Chat. Dapatkan informasi seputar kesehatan dan tips hidup sehat dari dokter terpercaya. Yuk, download sekarang di App Store dan Google Play!

Referensi 
WebMD. Diakses pada 2020. Myelodysplastic Syndrome.
American Cancer Society. Diakses pada 2020. Myelodysplastic Syndrome.
NHS UK. Diakses pada 2020. Myelodysplastic Syndrome.
Patient. Diakses pada 2020. Myelodysplastic Syndrome. 

Mulai Rp25 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Dokter seputar Kesehatan