Virus Bisa Sebabkan Gangguan Pendengaran pada Anak

Ditinjau oleh  dr. Verury Verona Handayani   13 September 2019
Virus Bisa Sebabkan Gangguan Pendengaran pada AnakVirus Bisa Sebabkan Gangguan Pendengaran pada Anak

Halodoc, Jakarta - Mengalami ruam kulit yang terlihat tidak berbahaya saat hamil 3 bulan membuat Hasna memutuskan untuk membiarkannya. Namun, siapa sangka jika hal itu adalah tanda infeksi virus rubella, yang dapat memengaruhi janin yang dikandungnya. Bayi Rumaisha lahir, dan Hasna menjumpai tanda-tanda gangguan pendengaran pada sang anak yang kini telah menginjak usia 1 tahun 8 bulan. 

Meski tergolong infeksi ringan, tetapi rubella atau campak jerman bisa memberi dampak yang serius jika menginfeksi ibu hamil. Virus ini dapat memicu keguguran pada ibu hamil atau sindrom rubella kongenital pada janin. Sindrom ini sangat berbahaya, karena dapat menyebabkan cacat lahir, seperti tuli, katarak, penyakit jantung bawaan, hingga gangguan pertumbuhan. 

Baca juga: Bantu Rumaisha Agar Bisa Mendengar

Oleh karena itu, jika menjumpai gejala-gejala infeksi rubella, atau gangguan kesehatan apapun selama kehamilan, jangan pernah anggap sepele. Diskusikan lebih lanjut dengan dokter kandungan, untuk mengetahui kemungkinan komplikasi pada janin yang mungkin terjadi. 

Sekarang, diskusi dengan dokter kandungan juga bisa dilakukan di aplikasi Halodoc, lho. Lewat fitur Chat atau Voice/Video Call, kamu bisa obrolkan langsung apapun yang ingin kamu tanyakan seputar gangguan kesehatan selama kehamilan dan risikonya bagi kesehatan janin.

Baca juga: Alami Rubella saat Hamil, Ini Cara Mengatasinya

Waspadai Gejala Rubella pada Ibu Hamil

Gejala rubella pada ibu hamil umumnya muncul setelah 2–3 minggu setelah terinfeksi virus. Infeksi ini ditandai dengan berbagai gejala, seperti:

  • Flu. Ya, infeksi rubella pada ibu hamil memang memunculkan gejala yang mirip seperti flu biasa. Namun pada infeksi rubella, flu dapat disertai dengan hidung tersumbat dan terjadi dalam jangka waktu lama. Ibu hamil perlu waspada jika mengalami hidung mampet disertai sakit kepala, yang berlangsung selama lebih dari dua minggu.

  • Ruam kulit. Awalnya, ruam muncul di area wajah, lalu menyebar ke bagian tubuh lain. Ruam ini bisa muncul mendadak setelah 48–60 jam setelah terinfeksi dan menyebar ke bagian tubuh lain selama kurang lebih empat hari.

  • Demam. Tergolong ringan, demam yang terjadi pada ibu hamil akibat infeksi rubella biasanya tidak melebihi suhu 39 derajat Celsius, tetapi berlangsung selama 4–7 hari.

  • Mual berlebihan. Meski mual merupakan tanda awal kehamilan, tetapi ibu hamil perlu waspada jika berlangsung lama dan lebih dari biasanya.

  • Mudah lelah. 

  • Iritasi mata.

Jika ibu hamil mengalami gejala-gejala tersebut, segera periksakan diri ke dokter, agar penanganan bisa segera dilakukan. Untuk melakukan pemeriksaan, kini kamu bisa langsung buat janji dengan dokter di rumah sakit melalui aplikasi Halodoc, lho. Jadi, pastikan kamu sudah download aplikasinya di ponselmu, ya. 

Baca juga: Bumil Dilarang Vaksin Rubella, Mitos atau Fakta?

Bagaimana Mencegah Infeksi Rubella pada Ibu Hamil?

Pada umumnya, rubella dapat dicegah dengan vaksinasi MMR atau MR. Vaksin MMR tidak hanya dapat memberikan perlindungan terhadap infeksi rubella, tetapi juga mencegah gondongan dan campak. Sementara vaksin MR tidak melindungi dari gondongan. 

Wanita yang sedang merencanakan kehamilan sangat disarankan untuk menjalani tes darah. Jika hasil tes menunjukkan tidak ada kekebalan terhadap virus rubella, vaksin MMR perlu diberikan. Barulah setidaknya 1 bulan, kemudian dibolehkan untuk hamil. Sebab, vaksin ini tidak boleh diberikan saat sedang hamil.

Referensi:
Mayo Clinic. Diakses pada 2019. Rubella.
Healthline. Diakses pada 2019. German Measles (Rubella).
Center for Disease Control and Prevention. Diakses pada 2019. Pregnancy and Rubella.

Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan