Virus Corona: Ini Skema Karantina di Natuna

Ditinjau oleh  dr. Fadhli Rizal Makarim   04 Februari 2020
Virus Corona: Ini Skema Karantina di NatunaVirus Corona: Ini Skema Karantina di Natuna

Halodoc, Jakarta - Perkembangan kasus virus corona, novel coronavirus (2019-nCoV) yang belum berakhir, membuat pemerintah Indonesia mengambil langkah preventif. Sebanyak 238 warga negara Indonesia (WNI), telah dievakuasi dari Wuhan, Provinsi Hubei, Tiongkok.

Pada Minggu (2/2), tiga pesawat pembawa WNI tersebut tiba di Natuna, Kepulauan Riau. Pemilihan Natuna sebagai tempat karantina bukan tanpa alasan. Lantas, mengapa Natuna? Seperti apa proses karantina di sana? Simak ulasannya di bawah ini. 

Baca juga: 10 Fakta Virus Corona yang Wajib Diketahui

Natuna Dinilai Paling Siap

Ada nama pulau lain yang dipertimbangkan pemerintah untuk mengarantinakan WNI yang tiba dari Wuhan. Sebut saja pulau Biak di Papua, atau Morotai di Maluku. Namun, menurut presiden Joko Widodo (Jokowi), Natuna dinilai sebagai pulau yang paling siap. 

Pertimbangan pemilihan Natuna dilihat berdasarkan akses ke lokasi, fasilitas kesehatan, tenaga medis, fasilitas penerbangan (landasan pacu), hingga logistik. Di Natuna terdapat tiga rumah sakit yang dikelola TNI. Pemerintah sudah menyediakan tempat tinggal yang memadai untuk para WNI yang dikarantina. 

Menurut Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan RI, Anung Sugihantono, karantina di Natuna merupakan observasi, bukannya membatasi. Singkat kata, pemahaman dan pengetahuan terhadap mekanisme penularan virus yang menjadi perhatian pemerintah. 

Terapkan Skema Tiga Ring

Berbicara tentang virus corona yang menyebar dengan cepat, tentunya tempat isolasi di Natuna dibuat khusus. Di sana, tempat observasi didesain sedemikian rupa, hanggar dibuat secara berlapis dengan siklus udara yang baik. Lalu, amankah lokasi karantina ini bagi warga Natuna di sana? 

Pasalnya, masyarakat di sana khawatir karena jarak hanggar yang dinilai terlalu dekat dengan pemukiman warga. Namun, menurut Dirjen P2P, penularan novel coronavirus tidak akan terjadi. Alasannya, virus corona tersebut tidak bisa bertahan lama di udara. Tidak hanya itu saja, pemerintah pun membuat lokasi observasi dengan tiga skenario.

Di ring 1 diisi oleh WNI yang dievakuasi dan tenaga medis yang mengevaluasi kondisi mereka. Sementara itu, di ring 2 menjadi tempat penyediaan makanan. Sedangkan ring 3 diperuntukkan sebagai tempat pemantauan. Nah, skema tiga ring ini yang dinilai dapat mencegah penularan virus corona ke pemukiman warga. 

Proses karantina dan observasi ini direncanakan selama 14 hari. Sebelum tiba di Natuna, pemerintah Tiongkok sudah menyatakan seluruh WNI yang dievakuasi dalam keadaan sehat. Namun, pemerintah tetap memantau kondisi mereka selama karantina. 

Salah satunya dengan pemeriksaan suhu tubuh sebanyak dua kali sehari. Tujuannya jelas, untuk memastikan kondisi mereka tetap sehat. Tak hanya itu, pihak Kemenkes juga menyiapkan pedoman kegiatan selama 14 hari untuk WNI di sana. 

Baca juga: WHO Tetapkan Virus Corona Masuk Global Health Emergency, Ini 7 Faktanya

Ikuti Tahapan Sebelum Pulang

Menurut keterangan Kemenkes Senin, (3/2), belum ditemukan kasus terkonfirmasi positif virus corona di Indonesia. Dari hasil cek laboratorium sebanyak 34 spesimen yang dikirimkan dari 22 rumah sakit, terdiri dari 7 WNA, dan 27 WNI, semuanya hasilnya negatif.

Lalu, bagaimana dengan WNI yang dikarantina di Natuna? Apa syarat mereka bisa diperbolehkan pulang? Menurut Dirjen P2P, observasi selama 14 hari untuk memastikan mereka tidak sakit selama satu siklus inkubasi virus corona (14 hari). Tenaga medis memastikan mereka benar-benar bersih dari virus corona dan tersertifikasi tidak membawa penyakit. 

Hal senada juga ditegaskan oleh Jokowi. Terdapat tahapan-tahapan yang perlu dilalui WNI yang dikarantina sebelum dikembalikan ke keluarga. 

“(Sebanyak) 243 itu adalah sehat. Tetapi dalam protokol kesehatan itu diperlukan yang namanya tahapan-tahapan sebelum dikembalikan ke keluarga. Tahapan observasi sehingga dinyatakan mereka bersih, dan bisa kembali ke keluarganya masing-masing. Itu adalah protokol kesehatan yang harus diikuti," tutur Jokowi.

Update Terbaru Virus Corona: Tembus Angka 20 Ribu 

Mau tahu berapa luas sebaran virus corona secara global? Pada selasa, 4 Feb 2020, Halodoc menghimpun data terbaru yang dirilis oleh The GISAID - Global Initiative on Sharing All Influenza Data. Tercatat sebaran virus corona sudah mengetuk pintu 26 negara yang sebelumnya 21 negara pada Jumat, 31 Januari 2020. 

Lalu, bagaimana dengan jumlah korbannya? Sampai kini setidaknya virus corona menjangkiti 20.589 masyarakat dunia. Dari angka-angka tersebut, setidaknya 426 orang mesti kehilangan nyawa. Sementara itu, sebanyak 644 korban dinyatakan sembuh dari serangan virus corona.

Baja juga: Suka Makanan Ekstrem, Sup Kelelawar Sebarkan Virus Corona 

Virus corona merupakan penyakit zoonosis, artinya ditularkan antara hewan dan manusia. Centers for Disease Control and Prevention (CDC) di Amerika menegaskan hubungan antara kelelawar dan virus corona. Menurut ahli di sana, virus corona merupakan virus yang beredar pada beberapa hewan, termasuk unta, kucing, dan kelelawar. 

Sebenarnya virus corona jarang berevolusi dan menginfeksi manusia dan menyebar ke individu lainnya. Namun, kasus di Tiongkok kini menjadi bukti nyata kalau virus ini bisa menyebar dari hewan ke manusia.

Mau tahu lebih jauh mengenai masalah virus corona dan cara mencegahnya? Kamu bisa bertanya langsung pada dokter melalui aplikasi Halodoc. Caranya mudah, tinggal download aplikasinya sekarang juga!

Referensi:
Centers for Disease Control and Prevention (CDC). Diakses pada Februari 2020. 2019 Novel Coronavirus (2019-nCoV), Wuhan, China.
Kemenkes - Sehat Negeriku. Diakses pada Februari 2020. Kemenkes Pastikan Lokasi Observasi Aman.
Kemenkes - Sehat Negeriku. Diakses pada Februari 2020. Hingga Kini Belum ditemukan Kasus Terkonfirmasi nCoV di Indonesia. 
The GISAID  Global Initiative on Sharing All Influenza Data. Diakses pada Februari 2020. 2019-nCoV Global Cases (by Johns Hopkins CSSE).

Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan