Waspada, Anak Idap Adenoid Bisa Picu Obstructive Sleep Apnea

Ditinjau oleh  dr. Rizal Fadli   22 Juni 2019
Waspada, Anak Idap Adenoid Bisa Picu Obstructive Sleep ApneaWaspada, Anak Idap Adenoid Bisa Picu Obstructive Sleep Apnea

Halodoc, Jakarta – Gangguan tidur bukan hanya bisa dialami oleh orang dewasa saja, tapi anak-anak juga bisa mengalaminya. Selain mimpi buruk, ada satu lagi gangguan tidur anak yang mesti diwaspadai oleh para orangtua, yaitu obstructive sleep apnea (OSA). OSA adalah gangguan tidur yang membuat Si Kecil berhenti bernapas untuk sementara waktu saat ia tertidur.

Hal ini tentu saja bisa mengurangi kualitas tidur anak di malam hari, sehingga ia akan sering mengantuk saat beraktivitas di siang hari. Nah, risiko anak mengalami obstructive sleep apnea akan lebih tinggi bila ia mengidap adenoid. Simak penjelasannya lebih lanjut di sini.

Apa Itu Obstructive Sleep Apnea?

Obstructive sleep apnea merupakan gangguan tidur yang serius, yang ditandai dengan adanya obstruksi jalan napas sehingga menyebabkan napas berhenti sesaat, baik secara total maupun parsial. Kondisi ini akan mengakibatkan pengidapnya kekurangan oksigen, sehingga berkali-kali terjaga, bahkan terbangun karena merasa tercekik. OSA juga sering sekali membuat pengidapnya mendengkur.

Bila Si Kecil mengalami obstructive sleep apnea, ia bisa mengalami henti napas sampai 30 kali dalam satu jam saat tidur di malam hari. Si Kecil mungkin tidak akan mengingat atau menyadari kondisi ini. Namun, ia biasanya akan bangun di pagi hari dengan rasa kelelahan, sehingga ia merasa lesu dan tidak bersemangat untuk menjalani aktivitas di sepanjang hari tersebut.

Baca juga: Ketahui Posisi Tidur yang Tepat untuk Pengidap OSA

Penyebab Obstructive Sleep Apnea

Penyebab utama obstructive sleep apnea adalah karena otot-otot di belakang tenggorokan terlalu rileks, sehingga tidak bisa bernapas dengan normal. Otot-otot tersebut berpengaruh pada banyak organ di mulut, seperti amandel dan lidah.

Ketika otot-otot tersebut rileks, saluran napas anak akan menyempit atau menutup, sehingga memblokir udara sebagian atau sepenuhnya. Kondisi inilah yang menyebabkan Si Kecil berhenti bernapas selama 10–20 detik. Penghentian napas selama beberapa saat tersebut akan menyebabkan kadar oksigen dalam darah menurun dan karbon dioksida menumpuk. Otak yang merasakan gangguan pernapasan tersebut pun akan segera membangunkan tubuh untuk bernapas kembali. OSA terjadi secara cepat, sehingga pengidap seringkali tidak mengingatnya.

Anak yang Mengidap Adenoid Berisiko Tinggi Mengalami Obstructive Sleep Apnea

Nyatanya, pembesaran adenoid, yaitu organ yang terletak di bagian paling belakang saluran hidung, seperti amandel bisa memicu terjadinya obstructive sleep apnea. Hal ini karena pembesaran adenoid bisa menyebabkan hidung tersumbat, sehingga mengakibatkan pengidapnya mengalami gangguan dalam bernapas. Itulah mengapa Si Kecil yang mengidap adenoid akan berisiko tinggi mengalami OSA.

Namun, selain pembesaran adenoid, anak-anak yang memiliki anggota keluarga yang mengidap OSA juga berisiko tinggi mengalami gangguan tidur tersebut.

Baca juga: Lebih Sering Dialami Anak-Anak, Kenali Penyebab Adenoiditis

Gejala Obstructive Sleep Apnea

Untuk bisa mengetahui apakah anak mengalami gangguan tidur ini, ibu bisa mengamati gejala-gejala obstructive sleep apnea berikut ketika Si Kecil tidur:

  • Si Kecil mendengkur dengan keras dalam waktu yang lama hampir setiap hari.

  • Si Kecil tersedak, mendengus atau terengah-engah saat tidur.

  • Anak kelelahan dan mengantuk sepanjang hari.

  • Mulutnya kering dan anak sakit tenggorokan pada pagi berikutnya.

Baca juga: Ketahui 3 Penanganan Obstructive Sleep Apnea

Bila Si Kecil mengalami gejala-gejala tersebut, sebaiknya bawa ia ke dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat. Ibu juga bisa membicarakan masalah kesehatan anak dengan dokter menggunakan aplikasi Halodoc. Hubungi dokter melalui Video/Voice Call dan Chat untuk minta saran kesehatan kapan saja dan di mana saja. Yuk, download Halodoc sekarang juga di App Store dan Google Play.

Mulai Rp25 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Dokter seputar Kesehatan