Waspada Kulminasi Matahari yang Sebabkan Suhu Semakin Panas

Ditinjau oleh  Redaksi Halodoc   15 Oktober 2018
Waspada Kulminasi Matahari yang Sebabkan Suhu Semakin PanasWaspada Kulminasi Matahari yang Sebabkan Suhu Semakin Panas

Halodoc, Jakarta - Letak Indonesia yang dilewati garis khatulistiwa menyebabkan Indonesia mendapatkan sinar matahari sepanjang tahun. Artinya, suhu di Indonesia dan daerah-daerah lain di dunia yang dilewati garis khatulistiwa relatif hangat cenderung panas. Tapi apakah akhir-akhir ini kamu merasakan bahwa suhu semakin panas? Atau bagi kamu warga Jakarta, pernah mendengar informasi bahwa Monumen Nasional atau Monas tidak memiliki bayangan saat siang hari? Jangan khawatir, ini bukan pertanda buruk. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melalui laman Instagram-nya mengatakan karena pada Oktober, Indonesia dan negara-negara lain yang dilewati garis khatulistiwa akan merasakan kulminasi matahari.

 

Apa itu Fenomena Kulminasi Matahari?

Kulminasi matahari atau bisa disebut transit atau istiwa adalah fenomena saat matahari berada tepat di posisi lintang tempat kamu berada yang berakibat sudut deklinasinya membentuk 0 derajat atau dapat dikatakan matahari berada tegak lurus di atas kepala. Akibat posisi yang tegak lurus tersebut, maka benda seakan tidak memiliki bayangan.

Kulminasi matahari ini sebenarnya terjadi dua kali dalam satu tahun di beberapa wilayah, dan penyebab utamanya adalah adanya revolusi bumi terhadap matahari yang mengakibatkan munculnya gerak semu matahari. Di Pulau Jawa, kulminasi biasanya terjadi pada bulan Oktober. BMKG menginformasikan area Jakarta mengalami kulminasi pada 9 Oktober lalu tepat pukul 11.40 WIB, sementara beberapa kota lain di Pulau Jawa juga akan mengalami hal ini setelah Jakarta.

 

Dampak Kulminasi Matahari

Akibat posisinya yang tegak lurus di atas kamu, tidak hanya bayangan yang hilang, beberapa dampak dirasakan oleh orang-orang yang tinggal di wilayah tropis. Dampak kulminasi yaitu:

  • Suhu udara semakin panas dan mencapai lebih dari 35 derajat Celsius pada siang hari.

  • Cuaca panas ini masih terasa hingga beberapa hari setelah puncak kulminasi matahari.

  • Kelembapan udara menurun dan kurang dari 40 persen.

 

Adakah Dampak Kulminasi Matahari Bagi Kesehatan?

Meski masyarakat Indonesia terbiasa dengan suhu tropis, namun akibat fenomena kulminasi matahari ini, cuaca menjadi jauh lebih panas dari biasanya. Oleh sebab itu, kamu wajib mengantisipasi hal ini, jangan sampai perubahan cuaca ini memengaruhi kesehatan. Peningkatan temperatur udara dapat berdampak bagi kesehatan seperti dehidrasi, iritasi kulit, sistem imun menurun, hingga bisa memicu risiko kerusakan pada otak dan jantung. Perubahan cuaca menjadi lebih panas juga disinyalir memengaruhi perilaku manusia.

Untuk mencegah gangguan kesehatan, ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengantisipasi fenomena kulminasi matahari ini, antara lain:

  • Pastikan sudah mengoleskan tubuh dan wajah dengan tabir surya dengan kandungan SPF minimal adalah 30. Selain itu, pastikan kamu mengoleskan secara berkala untuk perlindungan yang maksimal, terlebih bagi kamu yang banyak melakukan aktivitas di luar ruangan.

  • Makan makanan yang kaya kandungan air dan cukupi konsumsi air dengan minum minimal 8 gelas per hari.

  • Apabila tidak terlalu mendesak, usahakan untuk tidak keluar rumah saat siang hari. Jika hal ini terpaksa dilakukan maka gunakan pelindung tambahan seperti topi dan kacamata hitam untuk melindungi tubuhmu dari efek negatif sinar matahari.

  • Pantau terus informasi yang disajikan oleh BMKG.

 

Itulah beberapa hal yang perlu kamu ketahui tentang fenomena kulminasi matahari. Kalau kamu punya pertanyaan lain seputar pengaruh cuaca terhadap emosi, tanyakan saja pada dokter Halodoc. Melalui aplikasi Halodoc, kamu bisa bertanya kapan saja dan di mana saja melalui Chat, dan Voice/Video Call. Jadi, yuk download aplikasi Halodoc di App Store atau Google Play sekarang juga!

 

Baca juga:

Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan