Jangan Salah, Ini Bedanya Disentri dan Diare

Ditinjau oleh  dr. Verury Verona Handayani   07 Juni 2019
Jangan Salah, Ini Bedanya Disentri dan DiareJangan Salah, Ini Bedanya Disentri dan Diare

Halodoc, Jakarta - Memiliki gejala yang mirip, membuat banyak orang yang menganggap disentri dan diare adalah hal yang sama. Padahal, keduanya merupakan kondisi klinis yang berbeda, lho. Ketahui lebih lengkap tentang disentri dan diare, serta apa saja yang membedakan keduanya, dalam paparan berikut, yuk!

1. Daerah yang Terinfeksi

Perbedaan pertama antara disentri dan diare terletak pada daerah yang terinfeksi. Diare adalah penyakit yang menyerang usus halus, sedangkan disentri mengganggu usus besar. Infeksi ini akan menimbulkan diare atau mengalami buang air besar yang teksturnya berair. Disentri yang menyerang usus besar tidak akan menyebabkan buang air besar yang memiliki banyak air karena usus besar memiliki konstituen cairan yang lebih rendah dibanding dengan usus halus.

Baca juga: Diare Parah Saat Disentri, Benarkah Bisa Mengancam Nyawa?

2. Gejala yang Dirasakan

Perbedaan selanjutnya adalah pada gejala yang dirasakan. Jika pada diare pengidap akan menemukan gejala feses berair dan mungkin akan disertai kram atau bisa juga tidak disertai kram, pada disentri buang air besar akan disertai lendir dan darah. Selain itu gejala disentri biasanya juga diikuti dengan rasa nyeri dan kram pada perut bagian bawah.

3. Komplikasi yang Mungkin Terjadi

Infeksi yang disebabkan oleh diare biasanya tidak akan menyebabkan kematian pada sel, namun hanya melepaskan beberapa racun agen yang menginfeksi. Banyak obat penanganan diare yang tidak dapat membasmi racun yang tertinggal, mereka hanya akan membunuh organisme dalam usus. Komplikasi paling berbahaya pada diare adalah dehidrasi.

Sementara pada kasus disentri, sel-sel yang pada epitel atas akan diserang dan dihancurkan oleh patogen atau penyebab penyakit. Serangan ini juga bisa menyebabkan ulserasi (luka terbuka yang mungkin sulit untuk sembuh) pada bagian usus besar. Selain itu infeksi yang disebabkan oleh patogen juga dapat menyebabkan komplikasi lainnya. Salah satunya yaitu meningkatnya bakteremia (kondisi di mana terdapat bakteri dalam aliran darah) di tempat berbeda di dalam tubuh.

Baca juga: Ibu Hamil Diare Saat Puasa, Harus Apa?

4. Pengobatan

Sebagian besar kasus diare dapat sembuh dalam beberapa hari tanpa memerlukan pengobatan khusus. Pengidap dapat menerapkan beberapa hal berikut di rumah untuk meredakan gejalanya:

  • Meningkatkan konsumsi cairan. Merupakan salah satu kunci penting dalam penanganan diare. Hal ini juga diperlukan untuk mencegah dehidrasi.

  • Mengonsumsi makanan yang tepat. Saat mengalami diare, pengidap dianjurkan untuk mengonsumsi makanan lunak selama beberapa hari. Selain itu, hindari juga makanan yang sarat lemak, serat, atau berbumbu.

Sementara itu untuk disentri, pada kasus infeksi ringan biasanya bisa sembuh sendiri dalam beberapa hari, dengan istirahat yang cukup dan menjaga asupan cairan tubuh. Namun pada kasus disentri yang parah, dokter biasanya akan meresepkan antibiotik seperti ciprofloxacin.

Kendati demikian, pemberian antibiotik juga berisiko membuat bakteri penyebab disentri ini kebal terhadap antibiotik. Segera hubungi dokter jika gejala tetap berlangsung meski sudah mengonsumsi antibiotik yang diserepkan.  

Baca juga: Selain Antibiotik, Ini 4 Cara Obati Disentri

Itulah sedikit penjelasan tentang perbedaan disentri dan diare. Jika kamu membutuhkan informasi lebih lanjut soal hal ini atau gangguan kesehatan lainnya, jangan ragu untuk mendiskusikannya dengan dokter pada aplikasi Halodoc, lewat fitur Talk to a Doctor, ya. Mudah kok, diskusi dengan dokter spesialis yang kamu inginkan dapat dilakukan melalui Chat atau Voice/Video Call. Dapatkan juga kemudahan membeli obat menggunakan aplikasi Halodoc, kapan dan di mana saja, obatmu akan langsung diantar ke rumah dalam waktu satu jam. Yuk, download sekarang di Apps Store atau Google Play Store!

Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan