Jangan Terlalu Sering, Ini Bahaya Mengorek Telinga

Ditinjau oleh  Redaksi Halodoc   04 Desember 2017
Jangan Terlalu Sering, Ini Bahaya Mengorek TelingaJangan Terlalu Sering, Ini Bahaya Mengorek Telinga

Halodoc, Jakarta - Mengorek telinga merupakan salah satu cara paling populer untuk membersihkan indra pendengaran tersebut. Namun benarkah telinga perlu sering dibersihkan? Berapa kali idealnya kamu boleh mengorek telinga?

Nyatanya telinga adalah salah satu organ yang memiliki kemampuan untuk membersihkan diri sendiri. Bentuk telinga juga dirancang sedemikian rupa untuk mengantisipasi masuknya kotoran. Hal ini dibuktikan dengan bentuk liang telinga yang bersudut sehingga membuat kotoran sulit masuk ke bagian dalam. Lalu kotoran apa yang ada di dalam telinga?

Telinga manusia memproduksi getah telinga yang bertekstur lengket bernama serumen. Getah ini biasanya berwarna cokelat dan sedikit kuning. Cairan inilah yang sering menempel pada cotton bud saat kamu mengorek telinga. Namun ternyata, getah yang sering disebut sebagai tahi telinga ini justru berfungsi untuk menangkap kotoran yang akan masuk. Setelah itu, serumen akan dengan sendirinya mengeluarkan kotoran yang sudah kering.

Terkadang serumen akan menggumpal dan menyumbat telinga. Kebanyak orang memilih untuk membersihkannya dengan cara mengorek telinga dengan cotton bud. Padahal hal itu sama sekali tidak menyelesaikan masalah, malah kebiasaan ini bisa menyebabkan telinga menjadi sakit.

Mengorek telinga dengan benda asing malah akan membuat getah tersebut terdorong ke bagian yang lebih dalam. Dan itu bukanlah tempat di mana serumen bisa berada. Kebiasaan mengorek telinga yang dilakukan terus menerus dapat membuat getah terdorong sehingga akan menumpuk dan menyumbat. Akibatnya, pendengaran mungkin akan terganggu.

Selain itu, mengorek telinga juga bisa mengakibatkan 5 hal berbahaya berikut ini:

1. Perdarahan

Mengorek telinga terlalu keras dan terlalu dalam menyebabkan dinding telinga luka dan mengalami perdarahan. Selain itu, terlalu dalam mengorek telinga dapat membuatnya trauma.

2. Kolaps

Pernahkah kamu merasa gatal di tenggorokan saat tengah mengorek telinga? Atau mengalami batuk-batuk saat mengorek telinga? Hal ini adalah reflek dari saraf pagus yang terdapat di dinding telinga. Saraf pagus membentang ke tenggorokan, dada hingga perut. Kalau kamu sering mengalami ini, suatu saat bisa berujung kolaps.

3. Infeksi

Salah satu hal yang dapat terjadi karena terlalu sering mengorek telinga adalah infeksi. Biasanya infeksi yang terjadi terasa seperti bisul yang bernanah dan berada di liang telinga, kelenjar rambut, bahkan sampai ke bagian telinga tengah di belakang gendang.

Saat nanah semakin banyak, risiko gendang telinga pecah atau bocor akan semakin tinggi. Hal ini juga dapat menyebabkan kualitas pendengaran menurun.

4. Gangguan Saraf

Salah satu gangguan yang dapat terjadi saat terlalu sering mengorek telinga dapat menimpa saraf facialis. Saraf facialis yang berada di belakang liang telinga terganggu. Saraf tersebut fungsinya menggerakkan otot wajah.

Pada dasarnya letak saraf ini dilindungi tulang. Namun jika terjadi infeksi atau gangguan lain, saraf ini pun dapat terangsang. Akibatnya, wajah mungkin merasa kaku, sulit digerakkan, mencong dan mata tak bisa ditutup. Gangguan ini biasanya disebut sebagai kelumpuhan saraf facialis.

Lalu apakah yang harus dilakukan jika telinga terasa sangat kotor dan sangat mengganggu?

Menurut sejumlah ahli dari Oxford University Hospitals, manusia sebenarnya tidak perlu membersihkan telinga dengan alat atau benda asing. Karena sesungguhnya telinga bisa membersihkan diri secara alami. Menggunakan cotton buds malah berpotensi mengganggu mekanisme pembersihan alami telinga.

Jika menemukan kotoran berlebihan di dalam telinga, sebaiknya kamu meminta dokter spesialis telinga, hidung, dan tenggorokan (THT) untuk membersihkannya. Atau jika ragu, kamu bisa membicarakan masalah seputar telinga dengan dokter lewat aplikasi Halodoc. Kamu bisa menghubungi dokter melalui Video/Voice Call dan Chat. Membeli produk kesehatan pun semakin mudah dengan Halodoc. Yuk, download Halodoc sekarang di App Store dan Google Play.