Ketahui Bahaya Ketergantungan Rokok Elektrik untuk Kesehatan

Ditinjau oleh  dr. Rizal Fadli   28 Mei 2020
Ketahui Bahaya Ketergantungan Rokok Elektrik untuk KesehatanKetahui Bahaya Ketergantungan Rokok Elektrik untuk Kesehatan

Halodoc, Jakarta – Rokok elektrik atau yang lebih dikenal juga dengan vape masih marak digunakan hingga saat ini, terutama di kalangan orang muda. Jenis rokok ini dianggap lebih aman daripada rokok tembakau, karena menggunakan bahan aerosol yang tidak selalu mengandung nikotin. Namun, tahukah kamu bahwa ketergantungan rokok elektrik tetap saja dapat berbahaya untuk kesehatan? Yuk, simak penjelasannya di bawah ini.

Rokok elektrik adalah perangkat yang dioperasikan dengan menggunakan baterai untuk menghirup aerosol yang biasanya mengandung nikotin, perasa, dan bahan kimia lainnya. Rokok elektrik hadir dalam berbagai bentuk dan ukuran. Sebagian besar perangkat tersebut memiliki baterai, elemen pemanas, dan katrid untuk menyimpan cairan. 

Rokok elektrik menghasilkan aerosol dengan cara memanaskan cairan yang kemudian menjadi uap (vapour) yang dihirup oleh si pengguna. Itu sebabnya menggunakan rokok elektrik disebut juga vaping.  

Baca juga: Lebih Bahaya Mana, Mengisap Vape atau Rokok Tembakau

Bisakah Rokok Elektrik Menyebabkan Ketergantungan?

Meskipun ada beberapa rokok elektrik yang tidak mengandung nikotin, tetapi hampir sebagian besar jenis rokok ini mengandung nikotin. Sebuah studi CDC baru-baru ini menemukan bahwa 99 persen rokok elektronik yang dijual di tempat-tempat di Amerika Serikat mengandung nikotin. 

Beberapa label e-rokok tidak mengungkapkan bahwa mereka mengandung nikotin dan beberapa e-rokok yang dipasarkan mengandung nikotin 0 persen telah ditemukan mengandung nikotin.

Nikotin dalam bentuk apapun adalah zat yang dapat membuat ketergantungan. Hal ini karena nikotin menstimulasi kelenjar adrenalin untuk melepaskan hormon epinefrin dan meningkatkan kadar pembawa zat kimia di otak yang disebut dopamine. 

Kesenangan yang disebabkan oleh interaksi nikotin dengan sistem penghargaan otak memicu beberapa orang untuk menggunakan nikotin lagi dan lagi. Seberapa cepat seseorang mengalami ketergantungan rokok elektrik sangat bervariasi. Namun, orang yang tidak menggunakan vape setiap hari pun tetap berisiko mengalami ketergantungan.

Bahaya Ketergantungan Rokok Elektrik

Bila ketergantungan rokok elektrik dimulai sejak usia remaja, hal ini dapat menimbulkan dampak buruk yang signifikan pada otak. Otak masih terus berkembang, hingga sekitar usia 25 tahun. Ketergantungan menggunakan rokok elektrik pada usia remaja dapat membahayakan bagian otak yang mengontrol konsentrasi, pembelajaran, suasana hati, dan kontrol impuls.

Setiap kali memori baru dibuat atau keterampilan baru dipelajari, koneksi yang lebih kuat atau sinapsis dibangun di antara sel-sel otak. Otak orang muda biasanya dapat membangun sinapsis lebih cepat daripada orang dewasa. Namun, nikotin dapat mengubah cara sinapsis ini terbentuk. Menggunakan nikotin pada masa remaja juga dapat meningkatkan risiko kecanduan obat lain di masa depan.

Baca juga: Dikira Aman, Rokok Elektrik Tingkatkan Stres

Selain itu, paparan berulang beberapa bahan kimia yang terdapat dalam aerosol rokok elektrik juga dapat menyebabkan dampak buruk bagi paru-paru dalam jangka panjang. Beberapa perasa rokok elektrik mungkin malah lebih aman untuk dikonsumsi daripada dihirup, karena usus dapat memproses lebih banyak zat daripada paru-paru. Aerosol rokok elektrik yang dihirup pengguna dari perangkat mengandung zat berbahaya berikut:

  • Nikotin.

  • Partikel ultrafine, yang dapat dihirup dalam-dalam sampai ke paru-paru.

  • Perasa seperti diacetyl, yaitu bahan kimia yang dikaitkan dengan penyakit paru-paru serius.

  • Senyawa organik yang mudah menguap.

  • Bahan kimia penyebab kanker.

  • Logam berat, seperti nikel dan timah.

Tidak hanya bahan-bahan kimia yang terkandung dalam aerosol saja yang dapat berbahaya bagi paru-paru, bahan kimia lainnya yang dihasilkan selama proses pemanasan atau penguapan juga dapat memberikan efek buruk pada organ vital tersebut.

Baca juga: Bergaya tapi Berbahaya, Vape bisa Sebabkan Chemical Pneumonia

Penelitian sejauh ini menunjukkan bahwa menggunakan rokok elektrik tidak lebih berbahaya daripada rokok yang dibakar bila kamu benar-benar beralih sepenuhnya ke rokok elektrik. Namun, mengingat rokok elektrik juga dapat menyebabkan ketergantungan yang dapat menimbulkan sejumlah bahaya kesehatan, kamu sebaiknya tidak menggunakan rokok elektrik dan berusaha untuk berhenti merokok.

Bila kamu mengalami masalah dalam pernapasan, gunakan saja aplikasi Halodoc. Kamu bisa menghubungi dokter melalui Video/Voice Call dan Chat untuk minta saran kesehatan kapan dan di mana saja tanpa perlu ke luar rumah. Yuk, download Halodoc sekarang juga di App Store dan Google Play.

Referensi:
Centers for Disease Control and Prevention. Diakses pada 2020. Quick Facts on the Risks of E-cigarettes for Kids, Teens, and Young Adults.
Drug Abuse. Diakses pada 2020. Vaping Devices (Electronic Cigarettes).

Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan