Berhubungan Intim Tanpa Foreplay Bisa Sebabkan Dispareunia

Ditinjau oleh  dr. Fitrina Aprilia   12 Juni 2019
Berhubungan Intim Tanpa Foreplay Bisa Sebabkan DispareuniaBerhubungan Intim Tanpa Foreplay Bisa Sebabkan Dispareunia

Halodoc, Jakarta – Setiap pasangan pasti menginginkan hubungan intim yang hangat dan menyenangkan. Namun, adanya masalah struktural sampai masalah psikologis bisa menyebabkan hubungan intim terasa menyakitkan, sehingga tidak menyenangkan lagi. Hubungan intim yang terasa menyakitkan biasanya akan dialami oleh pihak wanita.

Istilah medis untuk hubungan intim yang menyakitkan ini disebut dengan dispareunia. Dispareunia didefinisikan sebagai penurunan kadar estrogen yang menyebabkan organ intim wanita kurang lubrikan atau kering, seperti pada keadaan menopause. Gejala dispareunia berkisar:

Baca Juga: Berhubungan Intim yang Ideal Itu Berapa Kali Seminggu Sih?

  • Merasakan nyeri saat penetrasi seksual.
  • Nyeri setiap ada penetrasi, seperti memasukan tampon.
  • Rasa nyeri, seperti terbakar atau sakit.
  • Nyeri berdenyut, berlangsung beberapa jam setelah hubungan intim.

Kalau kamu mengalami nyeri berulang saat berhubungan intim, lebih baik bicarakan dengan dokter saja. Sebab, mengobati masalah dapat membantu kehidupan seks, keintiman emosional, dan citra diri. Enggak perlu repot pergi ke klinik, biar praktis tanya dokter lewat aplikasi Halodoc aja. Tinggal klik Talk to A Doctor untuk menghubungi dokter kapan saja dan di mana saja via Chat, dan Voice/Video Call. Yuk, segera download aplikasi Halodoc di App Store atau Google Play!

Penyebab Dispareunia

Penyebab dispareunia bisa berbeda, sebab tergantung pada apakah rasa sakit itu terjadi saat masuk atau dengan dorongan yang dalam. Faktor emosional mungkin berhubungan dengan banyak jenis hubungan intim yang menyakitkan. Nyeri selama penetrasi mungkin terkait dengan

1. Tidak Melakukan Foreplay

Foreplay dapat diartikan sebagai pemanasan sebelum melakukan hubungan intim yang utama. Foreplay juga dijadikan sarana pelumasan untuk pasangan wanita. Tidak melakukan foreplay bisa menyebabkan dispareunia, karena organ genital wanita tidak dilumasi dengan cukup.

Penurunan kadar estrogen setelah menopause, persalinan, ataupun selama menyusui juga bisa menjadi penyebabnya. Itu sebabnya foreplay penting dilakukan sebelum melakukan penetrasi.

Baca Juga: 3 Disfungsi Seksual yang Rentan Dialami Wanita

2. Konsumsi Obat-Obatan Tertentu

Konsumsi obat-obatan diketahui bisa memengaruhi hasrat atau gairah seksual yang dapat mengurangi lubrikasi dan membuat seks terasa menyakitkan. Jenis obat-obatan ini termasuk antidepresan, obat tekanan darah tinggi, obat penenang, antihistamin, dan pil KB.

3. Vaginismus

Vaginismus merupakan kondisi kejang otot-otot dinding Miss V yang tidak disengaja. Wanita yang mengalami hal ini bisa membuat penetrasi terasa menyakitkan.

4. Cedera

Cedera atau iritasi akibat kecelakaan, pembedahan panggul, atau luka sayatan saat melahirkan untuk memperbesar saluran lahir (episiotomi) juga bisa menjadi penyebab dispareunia.

5. Infeksi

Infeksi kulit, daerah genital atau saluran kemih juga bisa sebabkan hubungan intim yang menyakitkan.

6. Kelainan Bawaan

Dispareunia juga bisa terjadi apabila seorang wanita memiliki kelainan bawaan sejak lahir, seperti tidak adanya Miss V yang terbentuk sempurna (agenesis vagina) atau perkembangan membran yang menghalangi pembukaan Miss V (selaput imperforata).

7. Masalah Psikologis

Kecemasan, depresi, kekhawatiran akan penampilan fisik, rasa takut terhadap keintiman, ataupun masalah rumah tangga dapat berkontribusi pada tingkat gairah yang rendah, sehingga berisiko memicu dispareunia. Sebab, otot-otot dasar panggul cenderung mengencang sebagai respons stres dalam hidup. Wanita yang pernah mengalami pelecehan seksual juga bisa berisiko mengalami dispareunia.

Pengobatan Dispareunia

Pengobatan dispareunia tergantung penyebab yang mendasarinya. Apabila penyebabnya adalah masalah struktural, maka pengobatannya bisa berupa pemberian obat-obatan. Jika disebabkan karena masalah psikologis, maka pilihan pengobatannya dapat berupa terapi. Berikut pilihan perawatan yang bisa dilakukan:

1. Obat-Obatan

Pengidap dispareunia perlu mengubah atau menghentikan obat-obatan yang diduga menyebabkan kondisi ini. Bagi wanita pasca menopause, dispareunia disebabkan oleh pelumasan yang tidak memadai akibat kadar estrogen yang rendah. Seringkali, ini dapat diobati dengan estrogen topikal yang dioleskan langsung ke Miss V.

Kelemahannya, obat ini berisiko menyebabkan hot flash, stroke, gumpalan darah, dan kanker pada lapisan rahim. Jenis obat-obatan lain untuk meredakan dispareunia adalah prasterone yang digunakan dengan memasukan nya ke dalam Miss V.

2. Terapi

Jenis terapi perawatan dispareunia adalah terapi desensitisasi, konseling, dan terapi perilaku kognitif. Terapi desensitisasi dilakukan dengan melatih relaksasi Miss V untuk mengurangi rasa sakit.

Baca Juga: Perawatan untuk Mencegah Dispareunia

Konseling atau terapi seks dilakukan apabila pasangan memiliki respons emosional negatif terhadap rangsangan seksual, bahkan setelah perawatan. Jika kamu dan pasangan menghindari hubungan intim karena hubungan seksual yang menyakitkan, kamu mungkin juga perlu membantu meningkatkan komunikasi dengan pasangan untuk memulihkan keintiman seksual. Bicara dengan konselor atau terapis seks dapat membantu menyelesaikan masalah ini. Terapi perilaku kognitif juga dapat membantu dalam mengubah pola pikir dan perilaku negatif.

Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan