Kenali Penyebab Timbulnya Pheochromocytoma

Ditinjau oleh  dr. Rizal Fadli   27 Juli 2021
Kenali Penyebab Timbulnya PheochromocytomaKenali Penyebab Timbulnya Pheochromocytoma

“Pheochromocytoma adalah tumor jinak yang masih tergolong sangat langka. Tumor jinak ini muncul di bagian tengah kelenjar adrenal, kelenjar yang berfungsi menghasilkan hormon dan mengatur kadar elektrolit dalam tubuh. Hingga saat ini, penyebab utama pheochromocytoma tidak diketahui secara pasti. Meski begitu, ada beberapa faktor risiko yang membuat seseorang rentan mengalami pheochromocytoma.”

Halodoc, Jakarta - Nama penyakit pheochromocytoma mungkin masih terdengar asing di telinga kamu. Wajar saja, karena penyakit berupa tumor jinak ini memang merupakan penyakit genetik langka. Angka kejadiannya hanya terjadi pada 2 sampai 8 orang pada setiap lebih dari 1 juta orang setiap tahun. 

Namun, bila sampai terjadi, pheochromocytoma berpotensi merusak berbagai macam organ di dalam tubuh. Sebenarnya apa yang menjadi penyebab timbulnya pheochromocytoma? Yuk, simak penjelasannya di sini.

Baca juga: 5 Jenis Tumor Tulang Jinak yang Perlu Diketahui

Penyebab Timbulnya Pheochromocytoma

Sampai saat ini, para peneliti belum tahu apa yang menjadi penyebab pheochromocytoma. Namun, tumor jinak ini berkembang di sel kromafin, yaitu sel yang berada di tengah kelenjar adrenal, baik pada satu atau kedua kelenjar adrenal yang berada di atas ginjal.

Kehadiran pheochromocytoma ini mengganggu kerja sel kromafin, yang bertugas menghasilkan hormon adrenalin dan noradrenalin. Pheochromocytoma melepaskan hormon-hormon adrenalin dan noradrenalin secara tidak teratur dan berlebihan. Akibatnya, hormon-hormon tersebut akan memicu tekanan darah tinggi, detak jantung meningkat, dan dorongan pada sistem tubuh lain yang memungkinkan kamu untuk bereaksi dengan cepat.

Walaupun sangat jarang terjadi, pheochromocytoma juga bisa muncul di luar kelenjar adrenal, misalnya di area perut (paraganglioma). 

Kelainan genetik sejak lahir pun juga bisa meningkatkan peluang berkembangnya tumor pheochromocytoma. Beberapa kelainan genetik yang bisa meningkatkan risiko seseorang untuk mengidap pheochromocytoma, di antaranya:

  • Penyakit von Hippel-Lindau;
  • Sindrom paraganglioma;
  • Neurofibromatosis tipe 1; dan
  • Multiple endocrine neoplasia type 2 (MEN2).

Faktor Risiko Pheochromocytoma

Selain itu kondisi di atas, pheochromocytoma ternyata juga dapat dipicu oleh beberapa faktor lain. Berbagai faktor yang bisa memicu timbulnya gejala pada pengidap pheochromocytoma, yaitu :

  • Mengalami stres atau cemas;
  • Kelelahan;
  • Persalinan;
  • Perubahan posisi tubuh;
  • Menjalani tindakan operasi yang menggunakan obat bius;
  • Penyalahgunaan NAPZA, seperti kokain dan amfetamin; dan
  • Mengonsumsi makanan yang tinggi tyramine (zat yang bisa mengubah tekanan darah), seperti makanan yang diawetkan, difermentasi, diasamkan, dimasak terlalu matang, seperti keju, bir, coklat, daging asap, dan wine.

Gejala Pheochromocytoma yang Mesti Diwaspadai

Pheochromocytoma seringkali tidak menimbulkan gejala tertentu. Namun, saat tumor jinak tersebut menyebabkan peningkatan produksi hormon-hormon di kelenjar adrenal, barulah timbul gejala yang bisa berlangsung selama beberapa menit hingga beberapa jam. Gejala-gejala pheochromocytoma, antara lain:

  • Tekanan darah tinggi;
  • Jantung berdebar;
  • Sakit kepala;
  • Keringat berlebih;
  • Mual dan muntah;
  • Pucat;
  • Sembelit;
  • Merasa cemas;
  • Penurunan berat badan;
  • Sulit tidur;
  • Nyeri pada perut atau dada;
  • Sesak napas; dan
  • Kejang.

Baca juga: Begini Cara Mendeteksi Tumor Ganas dan Tumor Jinak

Perlu diketahui, semakin besar ukuran tumor, gejala pheochromocytoma yang muncul akan semakin berat dan semakin sering. Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah gejala utama yang biasanya ditemukan pada pengidap pheochromocytoma. Karena itu, temuilah dokter bila kamu memiliki tekanan darah tinggi, apalagi bila kondisi tersebut terjadi di usia muda.

Sayangnya, pheochromocytoma sulit dicegah karena penyebabnya belum diketahui secara pasti. Jadi, satu-satunya cara yang bisa dilakukan untuk mencegah komplikasi pheochromocytoma adalah dengan memeriksakan diri ke dokter bila kamu merasakan gejala-gejala penyakit ini, apalagi bila kamu berisiko mengidap pheochromocytoma.

Apakah Pheochromocytoma Bisa Dicegah?

Sayangnya, hingga saat ini tidak ada tindakan khusus yang dapat dilakukan untuk mencegah perkembangan tumor pheochromocytoma. Ini karena, satu-satunya faktor risiko utama pheochromocytoma adalah keturunan. Jadi, tidak ada cara yang bisa kamu lakukan untuk mengubah genetika yang sudah kamu miliki sejak lahir.

Baca juga: 3 Komplikasi yang Disebabkan oleh Tumor Wilms

Masih punya pertanyaan lain seputar pheochromocytoma? Jangan ragu untuk menghubungi dokter melalui aplikasi Halodoc. Tak perlu ke rumah sakit, kamu bisa berbincang-bincang sepuasnya kapanpun dan dimanapun kamu butuhkan. Download aplikasinya sekarang juga!

Referensi:
Mayo Clinic. Diakses pada 2019. Pheochromocytoma.
WebMD. Diakses pada 2019. Pheochromocytoma: The rare but dangerous tumor that raises blood pressure.

Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan