
DAFTAR ISI
- Apa Itu Hemiplegia?
- Faktor Risiko Hemiplegia
- Penyebab Hemiplegia
- Gejala Hemiplegia
- Diagnosis Hemiplegia
- Komplikasi Hemiplegia
- Pengobatan Hemiplegia
- Pencegahan Hemiplegia
- Kapan Harus ke Dokter?
Apa Itu Hemiplegia?
Hemiplegia adalah kondisi kelumpuhan atau hilangnya kemampuan otot untuk bergerak yang terjadi pada salah satu sisi tubuh.
Sebagian besar kasus hemiplegia disebabkan oleh stroke. Tingkat gejala hemiplegia bervariasi tergantung pada lokasi dan luasnya cedera.
Hemiplegia terjadi sebelum lahir, selama kelahiran, atau dalam 2 tahun pertama kehidupan sering dikenal sebagai cerebral palsy tipe hemiplegic.
Sementara hemiplegia yang berkembang di kemudian hari, dikenal sebagai hemiplegia didapat. Hemiplegia tidak bersifat progresif, artinya gejala tidak akan bertambah buruk sejak gangguan dimulai.
Faktor Risiko Hemiplegia
Ada sejumlah faktor yang bisa meningkatkan risiko hemiplegia. Misalnya:
- Hipertensi.
- Penyakit jantung.
- Stroke.
- Masalah kehamilan seperti kesulitan persalinan atau trauma saat kelahiran.
- Cedera otak traumatis.
- Diabetes.
- Tumor otak.
- Infeksi, seperti encephalitis, meningitis, sepsis dan abses pada leher.
- Leukodystrophies.
- Vaskulitis.
Penyebab Hemiplegia
Gerakan otot dikendalikan oleh sinyal yang dikirim ke tubuh oleh otak dan sumsum tulang belakang. Kerusakan pada salah satu bagian tubuh ini dapat menyebabkan hemiplegia. Ketika terjadi kerusakan otak atau tulang belakang, sinyal tidak dapat mengarahkan otot untuk bergerak.
Semakin parah kerusakannya, semakin besar risiko hemiplegia terjadi. Sebagian besar kasus hemiplegia disebabkan oleh stroke. Penyebab kelumpuhan lainnya meliputi:
- Cedera sumsum tulang belakang.
- Tumor otak.
- Cerebral palsy.
- Multiple sclerosis.
- Penyakit autoimun.
- Spina bifida.
- Cedera pleksus brakialis.
Gejala Hemiplegia
Gejala utama hemiplegiaadalah hilangnya kemampuan untuk menggerakan salah satu atau banyak otot.
Terkadang, pengidap juga dapat merasakan sensasi mati rasa atau kebas sebelum terjadi hemiplegia. Gejala yang umumnya dialami oleh pengidap hemiplegia adalah:
- Kehilangan keseimbangan.
- Kesulitan dalam berjalan, menelan, atau berbicara.
- Kelelahan, kekakuan, atau kelemahan pada otot di salah satu sisi tubuh.
- Berkurangnya presisi gerakan.
- Rasa kesemutan atau mati rasa.
- Sulit menggenggam suatu benda.
- Gangguan koordinasi gerakan.
Selain itu, hemiplegia juga dapat menimbulkan gejala emosional dan perilaku. Gejalanya bisa bervariasi tergantung pada bagian otak mana yang terpengaruh.
Misalnya, cedera otak kiri dapat menyebabkan seseorang menjadi cemas dan berhati-hati, sedangkan cedera otak kanan dapat menyebabkan impulsif dan terlalu percaya diri.
Jika mengalami gejala di atas, Ini Rekomendasi Dokter Saraf di Halodoc yang bisa kamu hubungi.
Diagnosis Hemiplegia
Dokter perlu melakukan pemeriksaan fisik terlebih dahulu sebelum mendiagnosis hemiplegia. Pertama-tama, dokter akan menguji refleks dan kekuatan otot menggunakan palu refleks karet.
Dokter mungkin juga akan menekan anggota tubuh saat kamu mencoba menahan tekanan tersebut. Apabila dicurigai adanya hemiplegia, dokter akan melanjutkannya dengan tes pencitraan, seperti:
- Sinar-X.
- Computed tomography (CT scan).
- Magnetic Resonance Imaging (MRI).
- Myelography, pewarna kontras dan X-Ray atau CT scan untuk melihat kanal tulang belakang.
- Elektromiografi (EMG), elektroda jarum kecil yang mengukur aktivitas otot.
- Hitung darah lengkap (CBC) UNTUK memeriksa kadar sel darah dan trombosit.
- Studi konduksi saraf (NCS), yang mengukur kecepatan sinyal listrik yang berjalan melalui saraf.
Komplikasi Hemiplegia
Komplikasi bisa berkembang berbulan-bulan setelah pengidap pertama kali mengalami kelemahan atau kelumpuhan. Risiko komplikasi hemiplegia adalah:
- Masalah kandung kemih.
- Masalah kontrol usus.
- Rasa sakit.
- Deep vein thrombosis (DVT) atau trombosis vena dalam.
- Disrefleksia otonom, lonjakan tekanan darah yang tiba-tiba.
- Depresi.
- Kesulitan bernafas.
- Penyakit jantung.
- Sepsis atau infeksi dalam aliran darah.
- Luka tekan, yang merupakan luka kulit yang terjadi karena berbaring di tempat tidur.
- Otot yang kaku dan tidak fleksibel.
- Atrofi otot.
Pengobatan Hemiplegia
Terdapat berbagai pengobatan atau perawatan yang bisa digunakan untuk memperbaiki gerakan pada pengidap hemiplegia, misalnya pada lengan dan tungkai kaki.
Perawatannya ini bisa meliputi modified constraint-induced therapy. Terapi ini bertujuan untuk mendorong penggunaan bagian tubuh yang mengalami kelumpuhan.
Perawatannya juga bisa menggunakan stimulasi listrik. Tujuan terapi ini untuk memperkuat bagian tubuh yang melemah, meningkatkan kewaspadaan sensori, hingga meningkatkan jangkauan gerak.
Setidaknya dibutuhkan waktu berminggu-minggu, berbulan-bulan, hingga bertahun-tahun untuk mencapai pemulihan secara penuh dari hemiplegia yang dialami.
Selain hal-hal di atas, dokter juga akan merekomendasikan latihan fisik dan fisioterapi untuk membantu mengatasi hemiplegia. Hal yang perlu digarisbawahi, ada beberapa hal yang mesti dilakukan pengidapnya, seperti:
- Tetap aktif bergerak dan menggunakan otot.
- Gunakan sepatu yang datar.
- Gunakan alat bantu, misalnya tongkat atau alat bantu jalan yang direkomendasikan oleh dokter.
- Perkuatlah otot kaki dan keseimbangan, melalui berbagai latihan.
- Perhatikan setiap pijakan langkah ketika berjalan.
- Minta orang lain untuk membantu memasang alat bantu pegangan di dinding rumah.
Jika kondisi ini dibiarkan terus-menerus akan menimbulkan komplikasi seperti kondisi yang bertahan terus-menerus, sehingga alat gerak dan tubuh dapat semakin menghilang fungsinya dan atrofi pada otot-otot.
Pencegahan Hemiplegia
Hemiplegia umumnya terjadi akibat kerusakan pada otak atau saraf, dan salah satu penyebab tersering adalah stroke. Karena itu, upaya pencegahan hemiplegia sangat berkaitan dengan pengendalian faktor risiko stroke.
Semakin baik kamu menjaga kesehatan pembuluh darah dan metabolisme tubuh, semakin kecil kemungkinan kerusakan otak yang bisa berujung pada kelumpuhan satu sisi tubuh. Berikut beberapa langkah pencegahan yang dapat dilakukan:
1. Mengontrol tekanan darah
Tekanan darah tinggi adalah pemicu utama stroke iskemik maupun hemoragik. Menjaga tekanan darah dalam batas normal dapat mengurangi risiko pecahnya pembuluh darah atau penyumbatan aliran darah ke otak.
Kamu bisa mengontrolnya dengan mengurangi konsumsi garam, mengelola stres, dan melakukan pemeriksaan tekanan darah secara rutin.
2. Menurunkan berat badan
Kelebihan berat badan meningkatkan risiko hipertensi, diabetes, dan kolesterol tinggi—semua ini merupakan faktor yang dapat memicu stroke.
Penurunan berat badan sebesar 5–10% saja sudah terbukti membantu menurunkan tekanan darah dan memperbaiki fungsi metabolisme.
3. Berolahraga secara teratur
Aktivitas fisik membantu menjaga elastisitas pembuluh darah, mengontrol berat badan, serta mengatur kadar gula dan kolesterol.
Cobalah untuk bergerak minimal 30 menit per hari, seperti berjalan cepat, bersepeda, atau berenang. Olahraga juga membantu meningkatkan kesehatan jantung, sehingga aliran darah ke otak tetap optimal.
4. Mengelola dan mencegah diabetes
Kadar gula darah yang tinggi dapat merusak dinding pembuluh darah, menyebabkan penyempitan, dan meningkatkan risiko penyumbatan yang berujung stroke.
Mengontrol gula darah melalui pola makan sehat, rutin beraktivitas, serta pemeriksaan gula darah berkala dapat menurunkan risiko hemiplegia dalam jangka panjang.
5. Berhenti merokok
Rokok mempersempit pembuluh darah, meningkatkan tekanan darah, dan mempercepat pembentukan plak di arteri. Semua ini membuat risiko stroke meningkat drastis.
Berhenti merokok akan memperbaiki fungsi paru dan jantung, sekaligus mengurangi kemungkinan terjadinya kerusakan otak yang menyebabkan hemiplegia.
Selain langkah-langkah di atas, penting juga untuk mengelola stres, tidur cukup, dan menjalani pemeriksaan kesehatan rutin.
Deteksi dini faktor risiko stroke dapat memberikan kesempatan lebih besar untuk mencegah terjadinya hemiplegia.
Jika kamu memiliki riwayat keluarga dengan stroke atau penyakit pembuluh darah lainnya, konsultasikan ke dokter untuk strategi pencegahan yang lebih personal.
Jika butuh informasi lengkap soal saraf, simak penjelasan tentang Saraf – Gejala, Penyebab, dan Pengobatannya berikuti ini.
Kapan Harus ke Dokter?
Jika keluarga atau kerabat mengalami gejala yang disebutkan di atas, segera temui dokter untuk mendapatkan skrining lebih lanjut.
Jika kamu punya pertanyaan lain terkait hemiplegia, hubungi dokter spesialis saraf di Halodoc saja!
Mereka bisa memberikan informasi dan saran perawatan yang tepat sekaligus meresepkan obat.
Jangan khawatir, dokter di Halodoc tersedia 24 jam sehingga kamu bisa menghubunginya kapan pun dan dimana pun. Tunggu apa lagi? Klik banner di bawah ini untuk menghubungi dokter terpercaya:



