halodoc-banner
  • Kamus Kesehatan A-Z
  • Perawatan Khusus keyboard_arrow_down
  • Cek Kesehatan Mandiri keyboard_arrow_down
close
halodoc-logo
Download app banner

sign-in logo Masuk

home icon Beranda


Layanan Utama

keyboard_arrow_down
  • Chat dengan Dokter icon

    Chat dengan Dokter

  • Toko Kesehatan icon

    Toko Kesehatan

  • Homecare icon

    Homecare

  • Asuransiku icon

    Asuransiku

  • Haloskin icon

    Haloskin

  • Halofit icon

    Halofit

Layanan Khusus

keyboard_arrow_down
  • Kesehatan Kulit icon

    Kesehatan Kulit

  • Kesehatan Seksual icon

    Kesehatan Seksual

  • Kesehatan Mental icon

    Kesehatan Mental

  • Kesehatan Hewan icon

    Kesehatan Hewan

  • Perawatan Diabetes icon

    Perawatan Diabetes

  • Kesehatan Jantung icon

    Kesehatan Jantung

  • Parenting icon

    Parenting

  • Layanan Bidan icon

    Layanan Bidan

Cek Kesehatan Mandiri

keyboard_arrow_down
  • Cek Stres icon

    Cek Stres

  • Risiko Jantung icon

    Risiko Jantung

  • Risiko Diabetes icon

    Risiko Diabetes

  • Kalender Kehamilan icon

    Kalender Kehamilan

  • Kalender Menstruasi icon

    Kalender Menstruasi

  • Kalkulator BMI icon

    Kalkulator BMI

  • Pengingat Obat icon

    Pengingat Obat

  • Donasi icon

    Donasi

  • Tes Depresi icon

    Tes Depresi

  • Tes Gangguan Kecemasan icon

    Tes Gangguan Kecemasan


Kamus Kesehatan

Artikel

Promo Hari Ini

Pusat Bantuan

Chat dengan Dokter icon

Chat dengan Dokter

Toko Kesehatan icon

Toko Kesehatan

Homecare icon

Homecare

Asuransiku icon

Asuransiku

Haloskin icon

Haloskin

Halofit icon

Halofit

search
Home
Kesehatan
search
close

Kolitis Ulseratif

REVIEWED_BY  dr. Fadhli Rizal Makarim  
undefinedundefined

DAFTAR ISI

  • Penyebab Kolitis Ulseratif
  • Faktor Risiko Kolitis Ulseratif
  • Gejala Kolitis Ulseratif
  • Diagnosis Kolitis Ulseratif
  • Pengobatan Kolitis Ulseratif
  • Komplikasi Kolitis Ulseratif
  • Pencegahan Kolitis Ulseratif

Kolitis ulseratif adalah suatu peradangan kronis yang terjadi pada usus besar (kolon) dan rektum. Pada penyakit ini, terdapat tukak atau luka di dinding usus besar, sehingga menyebabkan tinja bercampur dengan darah. Kondisi ini dapat menimpa  siapa pun, tetapi lebih sering menyerang mereka yang berusia di bawah 30 tahun.

Terkadang, kondisi ini dapat menyebabkan komplikasi yang mengancam jiwa jika tidak segera ditangani. Meskipun tidak ada obat yang diketahui mampu mengobatinya, perawatan yang telah tersedia dapat sangat mengurangi gejala dan meningkatkan kualitas hidup pengidapnya.

Penyebab Kolitis Ulseratif

Penyebab kolitis ulseratif belum diketahui secara pasti, tetapi diduga disebabkan oleh respons autoimun, yaitu sistem kekebalan tubuh yang bekerja secara tidak normal. Akibatnya, sistem kekebalan tubuh menyerang sel-sel sistem pencernaan itu sendiri.

Riwayat keluarga juga tampaknya berperan dalam penyakit ini. Sebab, kondisi ini tampaknya bisa terjadi pada orang yang memiliki keluarga dengan riwayat penyakit ini. Namun, kebanyakan pengidap kolitis ulseratif jarang memiliki riwayat keluarga dengan penyakit ini.

Faktor Risiko Kolitis Ulseratif

Baik pria maupun wanita memiliki risiko yang sama. Kendati demikian, risikonya meningkat pada individu dengan kondisi berikut ini: 

  • Usia. Penyakit ini biasanya terjadi sebelum usia 30 tahun. Meski begitu, kolitis ulseratif bisa menimpa semua usia, dan beberapa orang mungkin tidak mengalami penyakit ini hingga mencapai usia 60 tahun.
  • Etnis. Orang kulit putih lebih berisiko mengalami penyakit ini.
  • Riwayat Keluarga. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, seseorang yang punya riwayat keluarga seperti orang tua, saudara kandung atau anak dengan penyakit ini punya risiko yang lebih tinggi.  

Gejala Kolitis Ulseratif

Gejala kolitis ulseratif dapat bervariasi pada setiap pengidapnya, tergantung pada tingkat keparahan dan lokasi peradangan. Meski begitu, gejala yang paling umum dapat di antaranya:

  • Diare yang disertai darah, lendir, atau nanah.
  • Nyeri atau kram perut.
  • Sering ingin buang air besar, tapi tinja cenderung tidak dapat keluar.
  • Kelelahan.
  • Nyeri pada rektum.
  • Penurunan berat badan.
  • Demam.

Serangan yang berat biasanya ditandai dengan buang air besar lebih dari 6 kali dalam sehari, detak jantung tidak teratur, serta napas cepat.

Diagnosis Kolitis Ulseratif

Dokter akan mendiagnosis kondisi ini dengan melakukan wawancara medis, pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan penunjang seperti:

  • Pemeriksaan darah untuk melihat kemungkinan anemia atau infeksi.
  • Pemeriksaan sampel tinja untuk mendeteksi sel-sel darah putih pada tinja.
  • Rontgen atau CT scan jika terdapat kemungkinan komplikasi.
  • Kolonoskopi untuk melihat rongga usus besar dan dinding bagian dalam usus.
  • Sigmoidoskopi atau pemeriksaan sigmoid untuk melihat peradangan yang parah.
  • Pengambilan sampel jaringan atau prosedur biopsi.

Setelah didiagnosis, dokter mungkin bisa mengklasifikasikan jenis kolitis ulserativa menurut lokasinya. Jenis kolitis ulserativa meliputi:

  • Proktitis Ulseratif. Peradangan terjadi pada daerah yang paling dekat dengan anus (rektum) dan pendarahan dubur mungkin satu-satunya gejala yang terjadi.
  • Proktosigmoiditis. Peradangan melibatkan rektum dan kolon sigmoid, yaitu ujung bawah usus besar. Tanda dan gejala termasuk diare berdarah, kram perut dan nyeri, dan ketidakmampuan untuk buang air besar meskipun ada dorongan untuk melakukannya (tenesmus).
  • Kolitis Sisi Kiri. Peradangan meluas dari rektum ke atas melalui kolon sigmoid dan desendens. Tanda dan gejala termasuk diare berdarah, kram perut dan nyeri di sisi kiri, dan urgensi untuk buang air besar.
  • Pankolitis. Jenis ini sering mempengaruhi seluruh usus besar dan menyebabkan serangan diare berdarah yang mungkin parah, kram dan nyeri perut, kelelahan, dan penurunan berat badan yang signifikan.

Pengobatan Kolitis Ulseratif

Kolitis ulseratif termasuk penyakit yang tidak dapat disembuhkan. Tujuan pengobatan yang dilakukan adalah untuk meringankan gejala, khususnya saat serangan terjadi. Penanganan penyakit ini berfungsi untuk mencegah kambuhnya gejala. Langkah-langkah penanganan tersebut, meliputi:

  • Obat untuk mengurangi peradangan.
  • Obat untuk menekan respons sistem kekebalan tubuh yang memicu peradangan.
  • Tindakan operasi, jika pengidap sering mengalami serangan parah yang tidak dapat ditangani dengan obat-obatan.
  • Perubahan gaya hidup untuk mencegah kekambuhan dan memburuknya gejala, seperti mengonsumsi makanan rendah lemak, memperbanyak asupan cairan dan serat, mengonsumsi suplemen, membatasi konsumsi produk susu, menghindari minuman keras dan rokok, serta mengurangi stres dengan berolahraga ringan atau melakukan relaksasi.

Komplikasi Kolitis Ulseratif

Apabila tidak segera ditangani, kolitis ulseratif berisiko menyebabkan komplikasi berikut ini:

  • Terbentuknya lubang pada usus besar.
  • Perdarahan hebat.
  • Osteoporosis.
  • Pertumbuhan yang terhambat atau terganggu.
  • Kolangitis sklerosis primer, yaitu terjadinya peradangan dan pembentukan jaringan parut (fibrosis) di saluran empedu.
  • Megakolon toksik, yaitu membesarnya usus besar karena penumpukan gas dari proses peradangan.
  • Kanker kolorektal.

Pencegahan Kolitis Ulseratif

Beberapa upaya untuk mencegah kondisi ini, antara lain:

  • Membatasi asupan produk susu.
  • Membatasi asupan makanan dan minuman yang dapat mencetuskan keluhan, seperti makanan pedas, alkohol, dan kafein.
  • Mengonsumsi air yang cukup setiap harinya.
  • Berolahraga secara rutin.
  • Mengurangi stres.

Kapan Harus ke Dokter?

Segera temui dokter apabila merasakan gejala-gejala di atas. Penanganan yang tepat dapat meminimalisir akibat sehingga pengobatan bisa lebih cepat dilakukan. Apabila berencana memeriksakan diri, kamu bisa memilih layanan pemeriksaan Home Lab melalui aplikasi Halodoc. Jangan tunda sebelum kondisinya semakin memburuk, download Halodoc sekarang juga!

Home Lab Halodoc, Pelayanan Pemeriksaan Kesehatan yang Praktis dan Efektif
Referensi:
Mayo Clinic. Diakses pada 2022. Ulcerative colitis.
Healthline. Diakses pada 2022. What Is Ulcerative Colitis?
Cleveland Clinic. Diakses pada 2022. Ulcerative colitis.
Diperbarui pada 23 Mei 2022

TRENDING_TOPICS

VIEW_ALL
share on facebook
share on twitter
share on whatsapp
share on facebook
share on twitter
share on whatsapp