• Beranda
  • /
  • Kesehatan
  • /
  • Pola Asuh Anak
  • Beranda
  • /
  • Kesehatan
  • /
  • Pola Asuh Anak

Pola Asuh Anak

Ditinjau oleh: dr. Fadhli Rizal Makarim
Pola Asuh AnakPola Asuh Anak

Pengertian Pola Asuh Anak

Pola asuh anak adalah suatu proses yang ditujukan untuk meningkatkan serta mendukung perkembangan fisik, emosional, sosial, finansial, dan intelektual seorang anak sejak bayi hingga dewasa. Hal ini menjadi tanggung jawab orangtua, sebab orangtua merupakan guru pertama untuk anak dalam mempelajari banyak hal. Baik secara akademik maupun kehidupan secara umum.

Itulah sebabnya orangtua punya tanggung jawab besar dalam memberikan asuhan yang tepat untuk anak. Setiap orangtua perlu punya dasar pola asuh yang baik agar anak bisa tumbuh menjadi pribadi yang bisa dan sesuai dengan masyarakat.

Masing-masing orangtua tentu berhak memutuskan pola asuh yang tepat untuk buah hati mereka. Baik itu pola asuh yang permisif, otoriter, atau autoritatif, bisa dipilih untuk mendidik dan membesarkan Si Kecil. Hal yang perlu diingat, pola asuh akan memengaruhi kepribadian dan karakter anak di masa mendatang.

Pola Asuh Permisif

Menurut ahli, pola asuh anak jenis ini memberikan kebebasan pada anak untuk menyatakan dorongan atau keinginannya. Pola asuh ini tidak memberikan batasan yang tegas pada anak. Biasanya orangtua akan mengikuti apa pun yang anak inginkan, sehingga ia cenderung tidak memiliki keteraturan dan kemampuan untuk meregulasi diri. 

Bukan cuma itu, orangtua biasanya memberikan tuntutan yang minim kontrol pada perilaku anak. Jika anak melakukan kesalahan, orangtua dengan pola asuh ini jarang, bahkan tidak pernah memberikan hukuman.

Menurut ahli, dampak pola asuh permisif akan membawa pengaruh atas sifat-sifat anak, seperti:

  • Suka memberontak.
  • Prestasinya rendah.
  • Suka mendominasi.
  • Kurang memiliki rasa kepercayaan diri.
  • Kurang bisa mengendalikan diri.
  • Tidak jelas arah hidupnya.

Pola Asuh Otoriter

Dalam buku Raising Children In Digital Era, dikatakan bahwa tipe orang tua otoriter biasanya lahir dari pola asuh serupa yang diterimanya ketika kecil. Pola asuh anak jenis ini tidak memberikan ruang diskusi pada anak. Sederhananya, peraturan dibuat untuk mengontrol anak. Tidak cuma itu, orangtua yang menerapkan pola asuh ini sering kali terbilang keras dengan alasan mendidik. 

Mereka cenderung memberikan kontrol yang sangat kuat pada perilaku anak. Singkatnya, anak harus patuh, dan kalau melanggar maka tidak jarang konsekuensinya adalah hukuman, bahkan hukuman fisik.   

Efek negatif dari hukuman fisik ini bisa berakibat buruk pada fisik dan mental anak. Bagi mental, bisa membuat anak berperilaku agresif, tak percaya diri, dan pemalu. Agresivitas ini akan terbentuk dari kemarahan atau perasaan negatif yang tertumpuk. Jadi, ketika anak sering mendapatkan hukuman fisik, maka mungkin saja ia menjadi marah dengan keadaan, lalu mengeluarkannya dalam bentuk agresivitas pada orang lain.

Menurut studi dari University College London, anak yang sejak kecil selalu dikontrol kehidupannya, ternyata tidak bahagia dan memiliki kesehatan mental yang rendah. Bahkan, efek jangka panjangnya mirip dengan kondisi mental orang yang pernah ditinggal meninggal oleh seorang yang dekat dengannya.

Pola asuh otoriter memang sah-sah saja diterapkan. Pola asuh anak jenis ini mungkin tepat diterapkan pada anak yang memiliki masalah perilaku. Misalnya, berkaitan dengan aturan jam malam. Di luar masalah jam malam, orangtua bisa menerapkan pola asuh yang dinilai baik untuk anak, alias mengkombinasikan pola asuh.

Menurut ahli, dampak pola asuh otoriter akan membawa pengaruh atas sifat-sifat anak, seperti:

  • Tidak mempunyai kekuatan memilih.
  • Tidak bisa mengambil keputusan sendiri.
  • Takut salah.
  • Tidak mempunyai kekuatan untuk mengatakan tidak.
  • Takut mengemukakan pendapat.
  • Kurangnya motivasi internal.

Pola Asuh Autoritatif

Inilah pola asuh yang paling disarankan ahli untuk orangtua terapkan. Pola asuh ini memberikan batasan perilaku yang jelas dan konsisten. Selain itu, pola asuh autoritatif tidak menggunakan kekerasan dalam mengasuh anak. Di sini, orangtua akan mendorong adanya diskusi dengan anak. 

Contohnya, seperti menjelaskan pada Si Kecil mengapa diberikan aturan tertentu. Sederhananya, orangtua tidak membebaskan dan menerima begitu saja perilaku anak, tapi juga tidak memberikan kontrol yang berlebihan. Menariknya, anak akan diberikan kesempatan untuk mencoba dan bertanggung jawab pada pilihannya.

Berikut dampak pola asuh autoritatif pada anak:

  • Memiliki keterampilan sosial yang baik.
  • Terampil menyelesaikan permasalahan.
  • Mudah bekerjasama dengan orang lain-lain.
  • Lebih percaya diri.
  • Tampak lebih kreatif.

Uninvolved Parenting

Selain tiga pola asuh utama di atas, ada juga pola asuh keempat, yaitu uninvolved parenting atau pengasuhan yang tidak terlibat alias mengabaikan. Gaya pengasihan ini berupa sedikit tuntutan, respons yang rendah, dan komunikasi yang sangat sedikit. 

Pada pola asuh ini, orangtua tetap memenuhi kebutuhan dasar anak. Namun, umumnya terpisah dari kehidupan anak. Orangtua selalu memastikan bahwa anak-anak mereka diberi makan dan memiliki tempat tinggal, tapi tidak menawarkan apa-apa dalam hal bimbingan, struktur, aturan, atau bahkan dukungan. Dalam kasus yang ekstrem, orangtua bahkan mungkin menolak atau mengabaikan kebutuhan anak-anak mereka. 

Orangtua yang tidak terlibat dalam pengasuhan cenderung memiliki sedikit pengetahuan tentang apa yang dilakukan anak-anaknya. Aturannya cenderung sedikit. Sehingga anak-anak mungkin tidak menerima banyak bimbingan, pengasuhan, dan perhatian orangtua. 

Pada pola asuh tidak terlibat ini, orangtua berharap anak-anak bisa membesarkan diri mereka sendiri. Orangtua tidak mencurahkan banyak waktu atau energi untuk memenuhi kebutuhan dasar anak. Orangtua yang tidak terlibat dalam pengasuhan mungkin lalai tetapi tidak selalu disengaja. Mungkin saja itu sebagai akibat masalah kesehatan mental atau masalah penyalahgunaan zat pada orang tua. Sehingga orangtua tidak dapat merawat kebutuhan fisik atau emosional anak secara konsisten. 

Disisi lain, orangtua yang tidak terlibat dalam pengasuhan kurang memiliki pengetahuan tentang perkembangan anak. Hal tersebut bisa disebabkan karena kewalahan dengan masalah lain. Seperti pekerjaan atau mengurus rumah tangga. 

Manakah Polah Asuh Anak yang Paling Ideal?

Terkadang orangtua tidak bisa menerapkan satu jenis pola asuh saja. Contohnya, penting bagi orangtua mengenali kapan harus permisif dan kapan perlu lebih tegas. Mungkin sulit untuk tetap konsisten ketika menyeimbangkan hidup dan mengasuh anak. Namun, hindari merasa bersalah jika sesuatu tidak sesuai dengan harapan orangtua.

Menurut studi, bagaimanapun pengasuhan autoritatif adalah gaya pengasuhan terbaik. Namun, jika orangtua juga perlu memiliki kecenderungan pada jenis pola asuh yang lain, ada beberapa langkah yang dapat diambil untuk menjadi orangtua yang lebih tegas dan berwibawa.

Dengan dedikasi dan komitmen untuk menjadi orangtua terbaik yang orangtua bisa, hubungan positif dengan anak tetap dapat terwujud sambil membangun otoritas dengan cara yang sehat. Dan seiring waktu, anak akan menuai keuntungan dari pola asuh yang orangtua terapkan.

Kapan Harus Ke Dokter?

Jika orangtua cukup kesulitan dalam menerapkan pola asuh anak yang tepat, tidak ada salahnya untuk berdiskusi dengan profesional keluarga atau psikolog anak. Orangtua juga bisa bertanya pada psikolog melalui aplikasi Halodoc. Yuk, download aplikasi Halodoc sekarang juga!

Referensi:
Very Well Family. Diakses pada 2022. 4 Types of Parenting Styles and Their Effects on Kids
Parenting Science. Diakses pada 2022. Parenting styles: An evidence-based, cross-cultural guide
Very Well Mind. Diakses pada 2022. Why Parenting Styles Matter When Raising Children