halodoc-banner
  • Kamus Kesehatan A-Z
  • Perawatan Khusus keyboard_arrow_down
  • Cek Kesehatan Mandiri keyboard_arrow_down
close
halodoc-logo
Download app banner

sign-in logo Masuk

home icon Beranda


Layanan Utama

keyboard_arrow_down
  • Chat dengan Dokter icon

    Chat dengan Dokter

  • Toko Kesehatan icon

    Toko Kesehatan

  • Homecare icon

    Homecare

  • Asuransiku icon

    Asuransiku

  • Haloskin icon

    Haloskin

  • Halofit icon

    Halofit

Layanan Khusus

keyboard_arrow_down
  • Kesehatan Kulit icon

    Kesehatan Kulit

  • Kesehatan Seksual icon

    Kesehatan Seksual

  • Kesehatan Mental icon

    Kesehatan Mental

  • Kesehatan Hewan icon

    Kesehatan Hewan

  • Perawatan Diabetes icon

    Perawatan Diabetes

  • Kesehatan Jantung icon

    Kesehatan Jantung

  • Parenting icon

    Parenting

  • Layanan Bidan icon

    Layanan Bidan

Cek Kesehatan Mandiri

keyboard_arrow_down
  • Cek Stres icon

    Cek Stres

  • Risiko Jantung icon

    Risiko Jantung

  • Risiko Diabetes icon

    Risiko Diabetes

  • Kalender Kehamilan icon

    Kalender Kehamilan

  • Kalender Menstruasi icon

    Kalender Menstruasi

  • Kalkulator BMI icon

    Kalkulator BMI

  • Pengingat Obat icon

    Pengingat Obat

  • Donasi icon

    Donasi

  • Tes Depresi icon

    Tes Depresi

  • Tes Gangguan Kecemasan icon

    Tes Gangguan Kecemasan


Kamus Kesehatan

Artikel

Promo Hari Ini

Pusat Bantuan

Chat dengan Dokter icon

Chat dengan Dokter

Toko Kesehatan icon

Toko Kesehatan

Homecare icon

Homecare

Asuransiku icon

Asuransiku

Haloskin icon

Haloskin

Halofit icon

Halofit

search
Home
Kesehatan
search
close

Sindrom Lima

REVIEWED_BY  dr. Fadhli Rizal Makarim  
undefinedundefined

Sindrom Lima adalah kondisi yang berkebalikan dari sindrom Stockholm. Jika pada sindrom Stockholm, korban memiliki keterikatan emosional dengan penyandera, pada sindrom Lima, justru pelakulah yang memiliki keterikatan emosi terhadap korban.

Penyebab Sindrom Lima

Sama halnya seperti sindrom Stockholm, sindrom Lima ini juga masih kurang dipahami dengan jelas penyebabnya.  Sejauh ini penelitian yang berkembang menunjukkan keterikatan hubungan antara penculik dan korban membangun relasi “positif”. 

Pun, situasi yang dibangun selama penculikan, seperti waktu yang dihabiskan bersama membuat penculik memiliki ikatan emosional dengan korban yang diculiknya. Situasi inilah yang kerap membuat penculik memutuskan untuk membebaskan korban lebih cepat dari seharusnya.

Selain yang diungkapkan di atas, faktor psikologis juga dapat memengaruhi sindrom Lima. Faktor psikologis tersebut adalah kondisi emosional penculik yang masih kurang berpengalaman, memiliki keyakinan yang lemah, ataupun korban mengingatkan penculik akan suatu hal dari masa lalunya. 

Faktor Risiko Sindrom Lima

Beberapa faktor risiko seseorang mengembangkan sindrom Lima memiliki kaitan dengan sindrom Stockholm, yaitu: 

  • Pernah mengalami hubungan yang buruk, mencakup  pelecehan fisik, emosional, atau seksual. 
  • Terlibat dalam perdagangan seks. 
  • Mengalami pelecehan seksual pada masa kanak-kanak. 
  • Sebagai bentuk sistem koping saat berada di dalam tekanan.

Gejala Sindrom Lima

Ada beberapa gejala sindrom lima, yaitu: 

  • Berada dalam posisi sebagai penculik atau pelaku.
  • Membentuk hubungan positif dengan korban.
  • Merasakan empati terhadap situasi korban.
  • Menjadi lebih memperhatikan kebutuhan atau keinginan korban.
  • Mulai terlibat percakapan emosional dengan korban.
  • Mengembangkan perasaan keterikatan, kesukaan, atau bahkan kasih sayang untuk korban.

Diagnosis Sindrom Lima

American Psychiatric Association tidak secara resmi mengakui atau memasukkan sindrom Lima sebagai kondisi psikologis dalam manual diagnostik untuk standar penyakit mental. Namun, profesional medis biasanya mengenali perilaku traumatis sebagai faktor yang menjadi pertimbangan diagnosis sindrom Lima. Pada umumnya, sama seperti sindrom Stockholm, kriteria PTSD atau gangguan stres akut menjadi pertimbangan dalam mendiagnosis sindrom Lima. 

Pengobatan Sindrom Lima

Dalam beberapa situasi, penculik atau pelaku dapat menjalin hubungan positif atau empati dengan korbannya, menjadi titik poin pengobatan dan penanganan sindrom Lima. 

Namun, karena hubungan ini terjadi dalam hubungan kekuasaan yang tidak setara dan sering kali dalam keadaan traumatis, harus diakui bahwa hubungan tersebut tidak selalu dilakukan secara bebas atau tanpa tekanan. Untuk mengatasinya, konseling psikologis adalah cara penanganan terbaik untuk membantu lebih memahami, dan mengatasi emosi yang dihadapi pengidap sindrom ini.

Komplikasi Sindrom Lima

Komplikasi dari sindrom Lima bisa mengakibatkan masalah psikologis seperti gangguan kecemasan, mengembangkan post-traumatic stress disorder (PTSD), serta gangguan citra diri. 

Pencegahan Sindrom Lima

Pencegahan sindrom Lima sulit dilakukan karena ini bisa dibilang adalah situasi kriminal, yang terjadi ketika seseorang melakukan penculikan ataupun tindakan kejahatan. 

Kapan Harus ke Dokter?

Segala bentuk masalah kesehatan mental yang memiliki gejala spesifik dan mengganggu kualitas hidup pengidapnya membutuhkan bantuan profesional medis. Bila kamu pernah mengalami peristiwa traumatis dan belum pernah melakukan konseling psikologis, kamu bertanya pada psikolog atau psikiater di Halodoc. Yuk, download langsung aplikasi Halodoc sekarang juga!

Referensi:
CBT Cognitive Psychotherapy. Diakses pada 2023. Lima Syndrome: What It Is and How To Deal With It?
Emergency Live. Diakses pada 2023. Diakses pada 2023. What Is Lima Syndrome? What Distinguishes It From The Well-Known Stockholm Syndrome?
Cleveland Clinic. Diakses pada 2023. Stockholm Syndrome.
Healthline. Diakses pada 2023. What Is Lima Syndrome?

TRENDING_TOPICS

VIEW_ALL
share on facebook
share on twitter
share on whatsapp
share on facebook
share on twitter
share on whatsapp