Perlu Tahu, Ini Cara Diagnosis Neuropati Diabetik

Ditinjau oleh  dr. Gabriella Florencia   22 Mei 2019
Perlu Tahu, Ini Cara Diagnosis Neuropati DiabetikPerlu Tahu, Ini Cara Diagnosis Neuropati Diabetik

Halodoc, Jakarta – Pengidap diabetes yang tidak mendapat penanganan rentan mengalami komplikasi. Salah satunya adalah neuropati diabetik, jenis kerusakan saraf yang terjadi akibat tingginya kadar gula darah. Komplikasi ini tidak bisa disembuhkan, tapi pemberian obat bisa membantu mengatasi gejala yang timbul. Lantas, apa saja gejala neuropati diabetik yang perlu diwaspadai? Bagaimana cara diagnosis neuropati diabetik? Ini jawabannya.

Baca Juga: Diabetes Tak Terkontrol Sebabkan Neuropati Diabetik, Ini Alasannya

Gejala Neuropati Diabetik

Gejala neuropati diabetik muncul ketika kerusakan saraf sudah terjadi. Berdasarkan lokasi saraf yang rusak, neuropati diabetik dibagi menjadi empat jenis, yakni mononeuropati, neuropati otonom, femoral neuropathy, dan neuropati perifer. Berikut penjelasan lengkapnya:

  • Mononeuropati mengenai saraf tertentu di wajah, batang tubuh, atau kaki. Gejalanya adalah kelumpuhan pada salah satu sisi wajah, nyeri tubuh, penglihatan ganda, dan rasa sakit di belakang dada.
  • Neuropati otonom menyebabkan kerusakan sistem saraf pada saluran pencernaan, saluran kemih, genital, dan sistem vaskular (pembuluh darah). Gejalanya tergantung pada sistem tubuh yang terkena. Misalnya pada saluran cerna, gejala berupa perut kembung, diare, sembelit, muntah, dan nyeri ulu hati.
  • Femoral neuropathy mengenai saraf yang terletak di pinggul, bokong, paha, dan tungkai. Jenis neuropati diabetik ini membuat pengidapnya sulit bangun dari posisi duduk, perut bengkak, serta nyeri pada pinggang, paha, atau bokong.
  • Neuropati perifer, paling banyak dialami pengidap diabetes. Jenis neuropati diabetik yang menyebabkan kerusakan pada sistem saraf perifer, terutama pada tungkai dan kaki. Gejala berupa kram, kesemutan, refleks berkurang, kehilangan keseimbangan dan koordinasi, otot lemah, serta munculnya sensasi kebas.

Baca Juga: Kenali Lebih Dalam 4 Jenis Neuropati Diabetik

Diagnosis Neuropati Diabetik

Kalau kamu mengalami gejala serupa neuropati diabetik, jangan ragu berbicara pada dokter. Biasanya, diagnosis neuropati diabetik diawali dengan pemeriksaan gejala, riwayat kesehatan, dan pemeriksaan fisik. Untuk menetapkan diagnosis, dibutuhkan pemeriksaan penunjang berupa:

  • Tes filament untuk memeriksa kepekaan terhadap sentuhan.
  • Pemeriksaan respon saraf terhadap perubahan suhu dan getaran.
  • Pemeriksaan kecepatan hantar saraf. Bertujuan untuk menilai kecepatan hantaran impuls saraf pada tangan dan kaki.
  • Pemeriksaan sistem saraf otonom, untuk mendeteksi neuropati otonom. Dokter mengukur tekanan darah pengidap dalam berbagai posisi, serta dilakukan penilaian kemampuan tubuh dalam mengeluarkan keringat.
  • Tes elektromiografi (EMG), bertujuan untuk mengukur besar impuls listrik di dalam otot. Pemeriksaan ini dilakukan bersamaan pemeriksaan kecepatan hantar saraf.

Setelah diagnosis ditetapkan, pengidap akan menjalani pengobatan untuk memperlambat perkembangan penyakit, meringankan nyeri, mengatasi komplikasi, serta mengembalikan fungsi tubuh.

Caranya dengan konsumsi obat-obatan untuk mengatasi nyeri, kram otot, dan gejala lain yang timbul. Pengidap dianjurkan untuk menjaga tekanan darah, melakukan aktivitas fisik, berhenti merokok, menghindari alkohol, mempertahankan berat badan ideal, dan menerapkan pola makan sehat. Gaya hidup tersebut dimaksudkan untuk memperlambat perkembangan neuropati diabetik.

Baca Juga: Perlu Tahu, 3 Cara Alami Atasi Neuropati Diabetik

Itulah cara diagnosis neuropati diabetik yang perlu diketahui. Kalau kamu punya pertanyaan seputar neuropati diabetik, jangan ragu bertanya pada dokter Halodoc. Kamu hanya perlu membuka aplikasi Halodoc dan masuk ke fitur Talk to A Doctor untuk menghubungi dokter kapan saja dan di mana saja via Chat, dan Voice/Video Call. Yuk, segera download aplikasi Halodoc di App Store atau Google Play!

Mulai Rp25 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Dokter seputar Kesehatan