7 Faktor Risiko Seseorang Terkena Arteri Perifer

Ditinjau oleh  dr. Rizal Fadli   12 Desember 2022
7 Faktor Risiko Seseorang Terkena Arteri Perifer7 Faktor Risiko Seseorang Terkena Arteri Perifer

"Ada banyak faktor yang bisa meningkatkan risiko penyakit arteri perifer, mulai dari obesitas hingga riwayat penyakit tertentu. Penyakit tersebut juga sering kali terjadi pada orang-orang yang berusia di atas 50 tahun."

Halodoc, Jakarta – Penyakit arteri perifer alias peripheral arterial disease (PAD) adalah kondisi yang menyebabkan aliran darah ke tungkai tersumbat. Ini terjadi akibat penyempitan pembuluh darah yang berasal dari jantung (arteri). Alhasil, tungkai yang kekurangan pasokan darah akan terasa sakit, terutama saat digunakan untuk berjalan.

Penyakit ini sama sekali tidak boleh dianggap sepele. Jika dibiarkan tanpa penanganan, penyakit arteri perifer bisa memburuk dan menimbulkan kematian jaringan. Jika ini yang terjadi, bagian tersebut mungkin harus ditangani dengan cara amputasi.

Kabar buruknya, kondisi ini sering muncul tanpa menimbulkan gejala sama sekali dan berkembang secara perlahan. Ada banyak kondisi yang bisa memicu penyakit ini, mulai dari gaya hidup tidak sehat, dan penyakit, seperti hipertensi, diabetes, serta kolesterol tinggi.

Penyebab dan Faktor Risiko Penyakit Arteri Perifer

Penyakit ini terjadi karena adanya penumpukan lemak di dinding pembuluh darah, yaitu pada pembuluh darah arteri yang bertugas memasok darah ke tungkai. Timbunan lemak tersebut kemudian membuat arteri menyempit, sehingga aliran darah ke tungkai jadi tersumbat. Kondisi ini disebut juga aterosklerosis dan bisa terjadi di bagian tubuh mana pun.

Pada dasarnya, arteri memang akan mengeras dan menyempit secara alami seiring bertambahnya usia. Seringnya, kondisi ini mulai terjadi pada orang-orang yang sudah berusia di atas 50 tahun. Namun, proses pengerasan arteri yang bisa berujung pada arteri perifer ternyata bisa terjadi pada orang-orang dengan kondisi tertentu. Ada faktor risiko penyakit arteri perifer yang harus diwaspadai, di antaranya:

  1. Kelebihan berat badan alias obesitas
  2. Penyakit diabetes
  3. Kebiasaan merokok secara aktif
  4. Penyakit hipertensi atau tekanan darah tinggi
  5. Kolesterol tinggi
  6. Hyperhomocysteinemia atau penyakit dengan kadar homosistein tinggi
  7. Riwayat penyakit tertentu, misalnya ada anggota keluarga yang mengidap penyakit arteri perifer, penyakit jantung koroner, ataupun stroke.

Gejala Penyakit Arteri Perifer

Meski pada beberapa kasus penyakit ini tidak menimbulkan gejala, tapi pada awalnya pengidap arteri perifer mungkin akan mengalami gejala ringan. Penyakit ini bisa memicu kram, tungkai terasa berat, kebas, ataupun nyeri. Biasanya, nyeri yang dirasakan akan semakin terasa parah saat bagian tungkai digunakan untuk beraktivitas, misalnya berjalan atau naik tangga. Sebaliknya, rasa nyeri akan kembali mereda jika pengidapnya beristirahat.

Jika dibiarkan dalam waktu yang lama, gejala yang muncul akan semakin parah karena lama-kelamaan pembuluh darah arteri akan semakin menyempit. Setelah itu, kondisi ini akan berkembang dan memicu keluhan berupa kaki terasa dingin dan membiru, muncul luka di kaki yang tak kunjung sembuh, hingga kaki menghitam dan membusuk. Hal itu terjadi sebagai tanda kematian jaringan dan berisiko untuk diamputasi.

Untuk memastikan kondisi ini, diperlukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan lanjutan, salah satunya dengan metode USG Doppler. USG Doppler adalah metode pemeriksaan yang memanfaatkan gelombang suara berfrekuensi tinggi (ultrasonografi). Pemeriksaan ini dilakukan dengan menggunakan alat khusus yang bertujuan untuk memberikan serta memperkirakan kondisi aliran darah. Melalui USG Doppler, kondisi aliran darah akan dilihat melalui pembuluh darah.

Cari tahu lebih lanjut seputar penyakit arteri perifer dengan tanya dokter di aplikasi Halodoc. Kamu bisa menghubungi dokter melalui Video/Voice Call dan Chat. Dapatkan informasi seputar kesehatan dan tips hidup sehat dari dokter terpercaya. Yuk, download Halodoc sekarang di App Store dan Google Play!

Mulai Rp25 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Dokter seputar Kesehatan