Anak dari Keluarga Harmonis Lebih Lemah Secara Emosional?

Ditinjau oleh  dr. Rizal Fadli   18 Mei 2020
Anak dari Keluarga Harmonis Lebih Lemah Secara Emosional?Anak dari Keluarga Harmonis Lebih Lemah Secara Emosional?

Halodoc, Jakarta – Anak yang tumbuh di tengah keluarga harmonis disebut akan memiliki kondisi emosional yang lebih terkontrol. Sebab, lingkungan keluarga yang baik dan harmonis dapat membentuk emosi serta mengajarkan seorang anak untuk mengatur emosinya. Dalam jangka panjang, hal ini akan menjadi penting yang bisa membantu anak dalam menjalani kehidupan sosial yang berkualitas. 

Keluarga dan lingkungan tinggal memiliki pengaruh paling besar sekaligus utama dalam perkembangan Si Kecil. Apakah anak dari keluarga harmonis lebih lemah secara emosional? Tidak. Justru sebaliknya, tumbuh di tengah keluarga harmonis membuat anak memiliki kemampuan mengatur emosi dan tekanan.

Keluarga Harmonis dan Perkembangan Emosi Anak

Anak-anak disebut sebagai “makhluk peniru” terbaik. Pasalnya, masa kanak-kanak adalah waktu belajar dan Si Kecil biasanya akan meniru apa yang dia lihat di sekitarnya. Hal itu ternyata juga termasuk pada kondisi emosional dan pembentukan kepribadiannya. Hal ini berpengaruh pada pengembangan emosi anak di masa yang akan datang.

Interaksi dan pola komunikasi yang ada di tengah keluarga nyatanya menjadi “bekal” anak dalam memahami hubungan sosial. Dengan kata lain, orangtua dan anggota keluarga lain sebenarnya memiliki peran penting serta tugas dalam membantu perkembangan emosional anak. Anak-anak yang sejak kecil sudah terasah kemampuan emosionalnya, diyakini akan memiliki kehidupan sosial yang baik ke depannya.

Seiring berjalannya waktu, anak akan belajar banyak hal dan mulai memahami bahwa interaksi dengan sesama manusia adalah hal yang penting. Keluarga yang harmonis, lingkungan tinggal yang baik dan melindungi, serta hubungan pertemanan yang terjalin menjadi hal yang penting dalam perkembangan emosional Si Kecil. 

Ada juga yang menyebut bahwa kemampuan pengaturan emosi yang didapatkan dari lingkungan keluarga yang harmoni sejak kecil, berhubungan dengan sifat, dan fungsi interpersonal seseorang. Jadi, tidak diragukan lagi bahwa lingkungan keluarga memang menjadi agen utama dalam membentuk karakter dan kemampuan emosional anak. 

Kebiasaan serta perilaku individu sangat berpengaruh dari bagaimana seseorang dapat mengatur emosi dan tekanan yang datang kepadanya. Sedangkan anak yang tumbuh di tengah keluarga yang kurang harmonis, bisa berdampak sebaliknya. Kondisi ini disebut bisa membuat anak mudah tertekan, emosi menjadi tidak stabil, dan membangun perilaku serta kebiasaan yang kurang baik.

Keluarga yang harmonis juga membuat anak menjadi bisa lebih mengekspresikan emosinya dan lebih peka terhadap lingkungan sekitar. Anak-anak dari keluarga harmoni menjadi terbiasa untuk menghargai alias lebih respek pada orang yang ada di sekitarnya. Tentu saja, hal ini akan menjadi poin baik dalam hubungan sosial anak di masa depan. 

Sebaliknya, tumbuh di tengah keluarga yang kurang harmonis, misalnya terbiasa melihat hal buruk, mencaci-maki, atau berbicara keras, juga akan membuat anak mengembangkan kondisi emosi yang tidak jauh berbeda. Dalam kehidupan sosial pun, anak-anak yang tumbuh di tengah keluarga tidak harmonis lebih mungkin melakukan tindakan kekerasan atau mengucilkan orang lain. 

Cari tahu lebih lanjut seputar tips parenting dan pola asuh anak yang baik dengan bertanya pada ahlinya di aplikasi Halodoc. Ibu juga bisa menggunakan aplikasi ini untuk menyampaikan masalah kesehatan pada dokter melalui Video/Voice Call dan Chat, kapan dan di mana saja tanpa perlu ke luar rumah. Dapatkan informasi seputar kesehatan dan tips hidup sehat dari dokter terpercaya. Yuk, download Halodoc sekarang di App Store dan Google Play! 

Referensi:
University of Wisconsin-Madison. Diakses pada 2020. Harmony at home essential to kids’ well-being.
Minnesota. Diakses pada 2020. Families Can Help Develop Social-Emotional Skills.
Science Daily. Diakses pada 2020. Childhood family environment linked with relationship quality 60 years later. 

Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan