Apakah Pengidap Intoleransi Laktosa Masih Bisa Minum Susu?

Ditinjau oleh  Redaksi Halodoc   22 Maret 2019
Apakah Pengidap Intoleransi Laktosa Masih Bisa Minum Susu?Apakah Pengidap Intoleransi Laktosa Masih Bisa Minum Susu?

Halodoc, Jakarta - Kalsium merupakan nutrisi yang penting bagi kesehatan tubuh. Kandungan nutrisi yang dapat mendukung kesehatan dan kekuatan tulang ini dapat kamu temukan dalam susu atau produk susu, khususnya susu sapi. Sayangnya, ada beberapa orang yang alergi terhadap susu atau mengalami intoleransi laktosa.

Kondisi ini merupakan gangguan pencernaan saat memproduksi laktase yang dapat mencerna laktosa di dalam susu. Apabila pengidap meminum susu sapi, mereka bisa mengalami diare atau efek lain seperti mual dan perut yang terasa tidak nyaman.

Gejala intoleransi laktosa biasanya langsung terasa dalam 30 menit atau beberapa jam setelah mengonsumsi produk susu atau makanan lain yang mengandung laktosa. Gejala yang umum terjadi adalah:

  • diare.

  • kembung.

  • mual.

  • sakit perut.

  • rasa penuh di perut.

Gejala ini bisa saja berbeda bagi masing-masing orang. Hal ini juga tergantung pada kondisi kesehatan dan jumlah makanan dengan laktosa yang dikonsumsi. Itulah sebabnya kebanyakan pengidap intoleransi laktosa memilih untuk tidak meminum susu demi menghindari berbagai efek samping. Namun, kebutuhan kalsium harus tetap terpenuhi. Lalu, apakah adanya masalah intoleransi laktosa membuat pengidap sama sekali tidak bisa mengonsumsi susu?

Demi mencegah datangnya gejala intoleransi laktosa, memang sebaiknya pengidap menghindari konsumsi susu, baik itu susu kambing ataupun susu sapi. Pengidap juga sebaiknya menghindari produk olahannya seperti keju, es krim, yoghurt, hingga makanan yang mengandung laktosa seperti kue, coklat, permen, biskuit, dan makanan lainnya.

Untuk mendapatkan nutrisi sehat dan kalsium yang ada di dalam susu, pengidap intoleransi laktosa dapat memilih susu alternatif, seperti susu kedelai. Di samping itu, pengidap juga bisa mengonsumsi suplemen laktase yang dapat membantu proses pengolahan laktosa di dalam perut saat mengonsumsi susu. Hanya saja, jangan memilih suplemen sembarangan, dan harus sesuai dengan saran dokter.

Selain mencari alternatif susu lain, pengidap juga bisa mencukupi kebutuhan kalsium harian dari asupan makanan seperti sarden, salmon, makarel, kacang-kacangan seperti kedelai, serta sayuran hijau seperti bayam, kubis, dan brokoli. Dengan mengonsumsi berbagai macam makanan ini, kebutuhan kalsium dapat tetap tercukupi walau jarang atau tidak lagi minum susu.

Yoghurt Masih Boleh

Ada pula beberapa ahli yang berpendapat bahwa konsumsi yoghurt sebenarnya masih aman bagi pengidap intoleransi laktosa. Alasannya, meskipun sama-sama terbuat dari susu sapi, yoghurt merupakan produk turunan susu yang dihasilkan oleh bakteri baik bernama Streptococcus thermophilus dan Lactobacillus bulgaricus ini cenderung lebih mudah untuk dicerna oleh tubuh, khususnya bagi pengidap intoleransi laktosa.

Selain itu, yoghurt dinilai lebih kaya akan vitamin, probiotik, dan riboflavin yang sangat baik bagi kesehatan, sehingga sangat direkomendasikan untuk dikonsumsi setiap hari. Cara lain yang dapat dilakukan pengidap intoleransi laktosa adalah dengan mengonsumsi kefir. Sama seperti yoghurt, kefir termasuk dalam produk probiotik yang dapat menyehatkan saluran pencernaan. K

onsumsi kefir akan meningkatkan pencernaan laktosa dengan lebih baik dan mencegah datangnya perut kembung. Cukup dengan megkonsumsinya setengah cangkir dalam sehari, maka kamu akan mendapatkan manfaat sehatnya.

Itulah informasi mengenai intoleransi laktosa. Memang sebaiknya kamu menghindari kandungan susu pada makanan kamu. Kamu mungkin juga bisa mengatasinya dengan cara lain berdasarkan diskusi dengan dokter melalui aplikasi Halodoc. Diskusi dengan dokter di Halodoc dapat dilakukan via Chat atau Voice/Video Call kapan dan di mana saja. Saran dokter dapat diterima dengan praktis dengan cara download aplikasi Halodoc di Google Play atau App Store sekarang juga.

 

Mulai Rp25 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Dokter seputar Kesehatan