Benarkah Hiperseks Jadi Gejala PTSD? Ini Faktanya
“Hiperseks ternyata bisa jadi salah satu gejala dari PTSD. Trauma yang terjadi di masa lalu yang tidak mendapatkan penanganan dari ahlinya dapat membuat seseorang ketergantungan pada seks.”

Halodoc, Jakarta – Hiperseks terjadi saat seseorang benar-benar mengalami ketergantungan untuk berhubungan seks. Dirinya mungkin terobsesi dalam tindakan seksual, fantasi terkait hal tersebut, hingga pornografi.
Namun, benarkah jika hiperseks termasuk dalam gejala jika seseorang mengidap PTSD? Apakah benar jika kondisi ini berhubungan dengan trauma di masa lalu? Ini ulasannya!
Hiperseks Bisa Berhubungan Erat dengan PTSD
Seseorang akan berusaha mengatasi trauma yang dialaminya dengan cara yang berbeda-beda. Bahkan, pengidapnya mungkin tidak menyadari jika perilaku ini kadang berhubungan dengan masa lalunya.
Salah satunya dengan kecanduan berhubungan seks atau hiperseks, seperti obsesi terhadap seks, mempraktikkan seks yang tidak aman, bahkan tidak merasa bahagia setelah berhubungan seksual. Hal ini tercantum pada studi dari Journal of Affective Disorders, yang menyebutkan bahwa hiperseksual berhubungan dengan trauma masa lalu, PTSD, dan depresi.
Pengidap PTSD mungkin merasa saat mereka melakukan seks berlebihan, ini akan jadi lebih menantang atau membangkitkan gairahnya. Hal ini akibat perubahan parameter setelah trauma yang dialaminya. Namun, tidak semua hiperseks berhubungan dengan trauma.
Ada beberapa ciri hiperseks yang berhubungan dengan trauma, antara lain:
1. Lebih Mengutamakan Seks
Seseorang yang mengedepankan seks dibandingkan aktivitas lainnya bisa jadi mengidap gangguan mental. Pengidapnya mungkin kesulitan untuk mengendalikan pikiran atau tindakan yang berhubungan dengan seks, sehingga bertindak kompulsif sesuai dengan hasrat dirinya.
2. Melakukan Seks yang Membahayakan
Pertanda lainnya jika seseorang menjadi hiperseks akibat trauma adalah, orang tersebut dapat melakukan hubungan seks yang berisiko atau berbahaya. Contohnya, tidak menggunakan kondom saat melakukan seks atau memilih pasangan tanpa tahu status kesehatannya.
3. Untuk Mengendalikan Orang Lain
Seseorang yang mengalami trauma di masa lalu dapat menggunakan seks sebagai bentuk kendali atas pikirannya atau bahkan tindakan orang lain dan bukan untuk mencapai keintiman. Beberapa orang menggunakan seks untuk merasa dicintai dan diakui, bahkan untuk memanipulasi pasangannya.
4. Merasa Kecanduan Seks
Ada perbedaan antara menikmati seks dengan kecanduan seks. Seseorang bisa jadi hanya ingin mendapatkan sensasi yang berbeda, tetapi tidak menikmati hubungan badan tersebut. Seks yang sudah menyebabkan kecanduan dapat menyebabkan perasaan malu, penyesalan, dan bahkan trauma.
5. Mati Rasa Secara Emosional
Seseorang yang pernah mengalami pelecehan seksual berulang kali belajar untuk disosiasi dari tubuhnya. Hal ini membuatnya mati rasa secara emosional untuk mengatasi trauma yang berulang. Tindakan ini bisa jadi cara untuk melindungi diri dari perasaan negatif.
6. Ingin Mendapatkan Hubungan Bermakna
Seseorang yang memisahkan seks dari keintiman emosional bisa mengindikasikan pelecehan seksual di masa lalu. Para hiperseks yang disebabkan trauma bisa jadi menemukan kenikmatan seksual oleh banyak orang dibandingkan bersama dengan pasangannya saat ini.
Itulah pembahasan mengenai hiperseks, kondisi ketergantungan seks yang bisa disebabkan oleh PTSD. Maka dari itu, jika kamu mengalami beberapa ciri yang disebutkan, ada baiknya segera memeriksakan diri ke psikolog atau psikiater. Tindakan penanganan segera tentu dapat membuat kamu sembuh dari kecanduan seks yang tidak sehat.
Jika ingin melakukan pemeriksaan mental, tindakan ini bisa dipesan pada aplikasi Halodoc melalui fitur kesehatan mental. Dengan download aplikasi Halodoc, segala kemudahan dalam akses kesehatan bisa didapatkan melalui smartphone di tangan. Maka dari itu, unduh aplikasi Halodoc sekarang juga!