Berempati ke Pelaku Kejahatan? Waspada Stockholm Syndrome

3 menit
Ditinjau oleh  dr. Rizal Fadli   05 September 2022

“Stockholm syndrome adalah satu bentuk mekanisme koping (Coping Mechanism) untuk melindungi diri dari trauma. Kondisi ini juga bisa terjadi akibat rasa lelah untuk melawan kondisi sehingga memunculkan rasa empati kepada pelaku kejahatan.”

Berempati ke Pelaku Kejahatan? Waspada Stockholm SyndromeBerempati ke Pelaku Kejahatan? Waspada Stockholm Syndrome

Halodoc, Jakarta – Terkadang, bisa saja muncul empati ke pelaku kejahatan, entah dari korban sendiri ataupun orang di luar peristiwa. Padahal pelaku kejahatan seharusnya tidak perlu dikasihani, entah itu karena sisi kemanusiaan atau karena pelaku kejahatan yang berperilaku baik. Dalam dunia psikologi, kondisi ini disebut sebagai Stockholm syndrome, yang merupakan bentuk mekanisme koping (Coping Mechanism) untuk melindungi diri dari trauma. 

Rasa lelah untuk melawan kondisi juga bisa menjadi penyebab munculnya Stockholm syndrome. Informasi selengkapnya mengenai kondisi ini bisa dibaca lebih lanjut di sini!

Stockholm Syndrome, Sistem Pertahanan Manusia dan Trauma Psikologis

Empati adalah kemampuan untuk memahami dan berbagi perasaan dengan orang lain, serta untuk mengenali dan memprediksi emosi orang atau kenapa seseorang berperilaku tertentu. Empati tidak hanya muncul ketika melihat sesuatu yang menyedihkan, tetapi juga bisa ditujukan pada pelaku kejahatan. 

Biasanya empati ke pelaku kejahatan muncul ketika kamu sudah mengetahu latar belakang pelaku, motif di balik dia melakukan tindakan keji tersebut, atau relasinya dengan orang terdekat. Ketika rasa empati menjadi pemakluman atas perbuatan jahat yang dilakukan, kondisi ini bisa disebut sebagai Stockholm syndrome

Untuk membedakannya antara empati biasa dan Stockholm syndrome, berikut adalah hal-hal yang mencirikan sindrom Stockholm:

  • Perasaan positif terhadap para penculik atau pelaku kekerasan.
  • Memiliki simpati pada perbuatan dari orang yang melakukan tindakan kejahatan. 
  • Perasaan negatif terhadap polisi atau figur otoritas lain yang menangkap si pelaku kejahatan.

Sindrom ini bahkan juga bisa dialami oleh korban kekerasan itu sendiri. Sayangnya, sejauh ini belum ada penelitian lebih lanjut mengapa orang yang menjadi korban kekerasan bisa bersimpati terhadap pelaku kejahatan. 

Kondisi ini terjadi akibat naluri alami manusia untuk bertahan hidup, sehingga ia pun membangun ikatan emosional dengan musuhnya. Kondisi emosional tertentu yang membuat korban kekerasan mengingat sedikit kebaikan yang pernah dilakukan oleh pelaku kekerasan juga bisa membuat korban memiliki empati kepada penjahat tersebut.

Stockholm syndrome biasa dialami oleh korban penculikan, korban pemerkosaan berulang, penyanderaan, tetapi orang biasa juga bisa mengembangkan kondisi psikologis ini. Orang biasa yang mengalami kondisi ini besar kemungkinan pernah mengalami trauma. Jadi, saat ia melihat ada peristiwa kejahatan yang terjadi, misalnya lewat tayangan media, seketika itu juga ia mengalami kilas balik traumanya dan merasa empati dengan pelaku kejahatan tersebut. 

Stockholm Syndrome Bukan Diagnosis Psikologis, Melainkan Penjelasan Gejala

Sindrom Stockholm ini nyatanya bukanlah diagnosis psikologis, melainkan upaya untuk menjelaskan gejala yang muncul pada beberapa individu yang menjadi korban kekerasan terutama penyanderaan. 

Dalam perkembangan awalnya, seseorang yang mengalami kondisi ini menjadi terikat dengan penculiknya dan mungkin mengalami perasaan cinta, empati, atau keinginan untuk melindungi penculiknya. Orang yang disandera atau korban kekerasan juga sering mengembangkan perasaan negatif terhadap polisi atau pihak lain yang mencoba menyelamatkannya.

Dari studi peristiwa inilah para peneliti menyimpulkan penyebab untuk menjelaskan fenomena tersebut. Seseorang yang mengembangkan sindrom ini sering mengalami gejala stres pasca trauma, mimpi buruk, insomnia, kilas balik peristiwa, kecenderungan untuk mudah terkejut, kebingungan, dan kesulitan mempercayai orang lain.

Dari perspektif psikologis, fenomena ini dapat dipahami sebagai mekanisme bertahan hidup. Bahkan, dalam situasi penyanderaan, korban bisa bertindak seolah-olah mereka mengalami Stockholm syndrome untuk meningkatkan peluang bertahan hidup.

Itulah informasi mengenai Sindrom Stockholm. Kalau kamu pernah memiliki pengalaman traumatis dan ingin mendiskusikannya dengan profesional medis, kamu bisa buat janji pemeriksaan dokter lewat aplikasi Halodoc. Download aplikasi Halodoc untuk memudahkan akses informasi kesehatan dan kebutuhan medis lainnya. 

Referensi:
Good Therapy. Diakses pada 2022. Stockholm Syndrome.
Cleveland Clinic. Diakses pada 2022. Stockholm Syndrome.
WebMD. Diakses pada 2022. What Is Stockholm Syndrome?