Bukan Malas, Remaja Lebih Sering Terkena Sindrom Putri Tidur

Ditinjau oleh  dr. Rizal Fadli   20 Juli 2020
Bukan Malas, Remaja Lebih Sering Terkena Sindrom Putri TidurBukan Malas, Remaja Lebih Sering Terkena Sindrom Putri Tidur

Halodoc, Jakarta – Tidur adalah hal yang umum dilakukan saat tubuh sedang lelah, misalnya setelah beraktivitas. Normalnya, manusia membutuhkan waktu tidur sekitar 7–8 jam di malam hari untuk mengembalikan energi. Namun bagaimana jika seseorang tidur terus-menerus dalam jangka waktu panjang? 

Tidur terus dalam jangka waktu lama bisa menjadi tanda seseorang mengalami sindrom putri tidur alias sleeping beauty. Dalam istilah medis, kondisi ini juga dikenal dengan istilah Kleine-Levin Syndrome (KLS). Sindrom putri tidur merupakan kelainan saraf langka yang membuat pengidapnya mengalami tidur secara berlebihan. Alhasil, orang dengan gangguan ini sering dikira malas. Biar lebih jelas, simak ulasan tentang sindrom putri tidur pada artikel berikut! 

Baca juga: Ini Fakta tentang Gangguan Tidur yang Harus Diketahui (Bagian 1)

Mengenal Sindrom Putri Tidur dan Faktor Risikonya

Gejala khas dari sindrom putri tidur adalah hipersomnia, yaitu kondisi di mana seseorang tidur secara berlebihan. Pengidap kondisi ini disebut bisa tidur lebih dari 20 jam per hari, bahkan bisa sampai berhari-hari. Kondisi ini bisa menyerang siapa saja, tetapi risikonya disebut lebih tinggi pada remaja. Kesan malas mungkin muncul, tetapi nyatanya pola tidur yang lama ini terjadi karena ada yang salah pada tubuh pengidapnya. 

Gejala tidur berlebihan ini biasanya akan bertahan selama beberapa hari atau beberapa bulan. Namun, kondisi ini umumnya akan berangsur membaik dan pengidapnya bisa beraktivitas kembali dengan pola tidur normal. Sampai kemudian periode putri tidur muncul kembali dan menyebabkan orang tersebut kembali tidur panjang. 

Gejala sindrom ini dapat terjadi akibat kurangnya pasokan darah ke bagian otak. Sulit untuk memprediksi kapan datangnya gejala sindrom putri tidur. Sebab, gejala bisa datang dan pergi, bahkan tidak muncul selama berbulan-bulan sampai akhirnya berulang kembali. 

Baca juga: Ini Fakta tentang Gangguan Tidur yang Harus Diketahui (Bagian 2)

Sayangnya, hingga kini masih belum diketahui secara pasti apa yang menjadi penyebab kondisi ini muncul. Namun, ada beberapa kondisi yang sering dikaitkan. Sindrom putri tidur disebut mungkin terjadi karena gangguan di beberapa bagian otak, yaitu di hipotalamus dan talamus. Kedua bagian otak tersebut bertugas mengatur nafsu makan, suhu tubuh, dan pola tidur.

Sindrom ini juga dipercaya berkaitan dengan faktor keturunan dan riwayat penyakit autoimun. Namun, masih dibutuhkan penelitian lebih lanjut untuk membuktikan hal tersebut. Selain durasi tidur yang berlebihan, kelainan ini juga ditandai dengan sering mengalami rasa mengantuk yang luar biasa, sulit mengendalikan keinginan tidur, serta sulit untuk bangun di pagi hari. 

Orang dengan gangguan ini juga akan mengalami gejala lain, seperti disorientasi lingkungan, mudah marah dan tersinggung, halusinasi, nafsu makan berlebihan mudah lelah, serta merasa linglung ketika bangun dari tidur. Selama periode sindrom putri tidur berlangsung, pengidapnya mungkin akan sesekali terbangun untuk ke kamar mandi atau makan, kemudian tidur kembali. 

Kabar buruknya, remaja dengan gangguan ini rentan mengalami masalah mental, terutama setelah satu episode tidur panjang berakhir. Sindrom putri tidur bisa menyebabkan pengidapnya mengalami gejala gangguan mood hingga depresi. Hal itu muncul karena rasa kesal akibat tidak dapat mengingat hal-hal yang terjadi selama tidur panjang. 

Baca juga: 3 Gangguan Tidur yang Sering Dialami Orang Usia 20an

Mengalami gejala sindrom putri tidur atau penyakit lainnya? Jika ragu, coba sampaikan gejala dan tanya pada dokter di aplikasi Halodoc. Dokter bisa dengan mudah dihubungi melalui Video/Voice Call dan Chat, kapan dan di mana saja tanpa perlu ke luar rumah. Dapatkan informasi seputar kesehatan dari dokter terpercaya. Yuk, download Halodoc sekarang di App Store dan Google Play! 

Referensi:
Web MD. Diakses pada 2020. Kleine-Levin Syndrome.
NINDS NIH. Diakses pada 2020. Kleine-Levin Syndrome Information Page. 
Healthline. Diakses pada 2020. What is Kleine-Levin Syndrome (KLS??
Kids Health. Diakses pada 2020. Kleine-Levin Syndrome. 


Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan