Hati-Hati, Antibiotik pada Bayi Tingkatkan Risiko Penyakit Asma

Halodoc, Jakarta - Pemberian obat pada bayi harus berdasarkan resep atau anjuran dokter, tak terkecuali antibiotik. Salah satu bahaya yang mengintai jika memberi antibiotik pada bayi tanpa anjuran dokter adalah risiko penyakit asma. Hal ini diungkapkan oleh studi terbaru yang diterbitkan di Mayo Clinic Proceedings.
Studi tersebut menemukan bahwa anak-anak berusia di bawah dua tahun yang mengonsumsi antibiotik, memiliki risiko lebih tinggi mengalami gejala yang mengarah pada asma, alergi pada pernapasan, eksim, penyakit celiac, obesitas, hingga ADHD.
Baca juga: Cegah Resistensi, Tidak Semua Infeksi Membutuhkan Antibiotik
Pemberian Antibiotik untuk Bayi Tidak Boleh Sembarangan
Masih dalam studi yang sama, masalah kesehatan yang muncul terkait pemberian antibiotik pada bayi bisa berbeda-beda. Hal ini bergantung pada jenis kelamin anak dan seberapa banyak dosis antibiotik yang diberikan. Para peneliti melakukan pengamatan terhadap 14.572 bayi yang lahir di kawasan Olmsted County, Minnesota antara 2003 hingga 2017.
Hasilnya, sekitar 70 persen anak yang menerima setidaknya satu resep antibiotik selama dua tahun pertama mereka, cenderung mengalami infeksi pada saluran pernapasan atau telinga. Nathan LeBrasseur, salah satu peneliti mengungkapkan, risiko terjadinya penyakit Celiac dan asma ini secara signifikan terjadi lebih besar pada anak perempuan.
Sementara itu, pada bayi perempuan maupun laki-laki yang menerima setidaknya lima atau bahkan lebih resep untuk mengonsumsi antibiotik, akan memiliki risiko yang lebih tinggi untuk terserang rhinitis alergi, penyakit asma, ADHD, hingga obesitas.
Martin Blaser, Direktur Center for Advanced Biotechnology and Medicine di Rutgers mengemukakan, evolusi bakteri yang menjadi resisten terhadap obat menunjukkan satu konsekuensi yang tidak diinginkan dari penggunaan antibiotik yang berlebihan. studi ini menemukan bahwa penggunaan antibiotik dikaitkan dengan banyak penyakit, termasuk penyakit metabolik, imunologi, kondisi atau gangguan kognitif.
Baca juga: Efek Samping Konsumsi Obat Antibiotik dalam Waktu Lama
Meski begitu, efeknya yang bervariasi tidak hanya bergantung pada jenis kelamin maupun dosis yang diberikan. Ternyata, jenis antibiotiknya pun memegang peranan dalam pengaruhnya terhadap kesehatan anak. Sefalosporin, misalnya, dikaitkan dengan risiko paling tinggi untuk berbagai penyakit, lebih uniknya lagi, ini termasuk alergi makanan dan autisme.
Lalu, antibiotik penisilin, yang menjadi jenis antibiotik yang paling sering diresepkan, bisa meningkatkan risiko terjadinya obesitas dan asma. Para peneliti pun menemukan bahwa risiko ini akan lebih meningkat lagi dengan pemberian antibiotik yang lebih banyak dan waktu pemberian yang lebih awal, terutama dalam enam bulan pertama kehidupan.
Diduga, kondisi ini terjadi karena masalah bakteri yang ada pada usus bayi yang diperlukan untuk perkembangan sistem imunitas tubuh, metabolisme, dan perkembangan saraf. Antibiotik tidak membedakan mana bakteri baik dan buruk, obat ini akan menghilangkan semuanya dan membuat usus kehilangan bakteri baik yang sebenarnya dibutuhkan.
Baca juga: Antibiotik yang Tidak Dihabiskan Picu Resistensi Penyakit
Padahal, seseorang sudah pasti akan tetap membutuhkan jenis bakteri tertentu guna membantu menyerap nutrisi makanan, proses pemecahan makanan pada usus, hingga memberikan perlindungan pada sistem pencernaan. Ini artinya, dokter harus lebih berhati-hati untuk meresepkan obat jenis antibiotik, terlebih pada bayi dan balita, serta perhatikan, apakah kondisi penyakitnya terbilang ringan, sedang, atau berat.
Oleh karena itu, ibu sebaiknya jangan pernah memberi antibiotik untuk Si Kecil, tanpa resep dan anjuran dokter. Bila merasa ada masalah kesehatan yang dialami anak, segera gunakan aplikasi Halodoc untuk bertanya pada dokter dan mendapatkan resep obat yang sesuai.