Hati-Hati Sindrom Munchausen yang Mengintai Anak

3 menit
Ditinjau oleh  dr. Rizal Fadli   29 Juli 2022

“Sindrom munchausen termasuk sebagai salah satu gangguan mental. Kondisi ini juga dikenal sebagai sindrom pura-pura sakit.”

Hati-Hati Sindrom Munchausen yang Mengintai AnakHati-Hati Sindrom Munchausen yang Mengintai Anak

Halodoc, Jakarta – Berpura-pura sakit merupakan hal yang kerap dilakukan untuk menghindari sesuatu. Cara ini pun sering digunakan anak sebagai alasan tidak masuk sekolah. Namun, kalau hal ini terlalu sering, ibu wajib waspada. Sebab, ada dua kemungkinan, bisa jadi anak memang benar sakit atau kemungkinan lainnya adalah sindrom Munchausen. 

Pertanyaannya, apa yang dimaksud dengan sindrom Munchausen? Yuk, kenali lebih dalam kondisi tersebut di sini! 

Pengertian Sindrom Munchausen 

Sindrom Munchausen termasuk sebagai salah satu gangguan kesehatan mental. Kondisi ini juga dikenal sebagai sindrom pura-pura sakit. Sebab, salah satu ciri pengidapnya adalah memalsukan sebuah gejala atau keluhan penyakit. Dengan kata lain, pengidap sindrom ini akan berpura-pura sakit untuk mendapat simpati dan rasa kasihan dari orang lain.

Biasanya orang dengan sindrom ini akan mengeluhkan sakit yang berbeda dan berubah-ubah. Mereka pun tak segan untuk mengunjungi fasilitas kesehatan sekadar untuk menunjukkan bahwa ia memang sakit. Kadang-kadang, seorang pasien akan meyakinkan dokter bahwa mereka memerlukan prosedur pembedahan yang tidak perlu. Namun, biasanya “penyakit” tersebut akan kambuh pada waktu tertentu saja.

Pada tingkat yang lebih parah, pengidap sindrom ini bahkan dapat dengan sengaja melakukan hal yang dapat memicu gejala penyakit. Mereka mungkin menelan zat atau menyuntikkan diri dengan bahan kimia atau zat lain, atau melukai diri sendiri untuk menyebabkan penyakit. Sebab, sebenarnya, orang tersebut tahu dan sadar bahwa ia tidak mengalami sakit apa pun. 

Apa Penyebab dari Kondisi Ini? 

Hingga saat ini, penyebab pasti dari sindrom Munchausen tidak diketahui. Namun, para peneliti percaya faktor psikologis berperan dalam perkembangan sindrom ini. Beberapa teori menunjukkan bahwa riwayat pelecehan atau penelantaran sebagai seorang anak, atau riwayat penyakit yang sering membutuhkan rawat inap, mungkin menjadi faktor yang terkait dengan perkembangan sindrom ini. 

Pemicu lain mungkin mengalami kematian orang yang dicintai di usia muda dan pengabaian. Para peneliti juga mempelajari kemungkinan hubungan dengan gangguan kepribadian, yang umum terjadi pada individu-individu ini. Di sisi lain, penelitian juga tidak menunjukkan hubungan antara sindrom Munchausen dan genetika.

Nah, terdapat beberapa faktor risiko yang dapat memicu sindrom Munchausen pada anak, seperti:

1. Mengalami Trauma

Kondisi ini bisa terjadi akibat pengalaman yang menyebabkan trauma di masa kecil. Seperti misalnya pengabaian oleh orang tua, hingga perilaku lain yang menyebabkan anak merasa tidak nyaman. Alhasil, anak menjadi berpura-pura sakit. Tujuannya agar dirinya mendapatkan perhatian, kasih sayang, atau rasa peduli dari orang lain.

2. Mengidap Penyakit Serius saat Kecil

Rawat inap berkepanjangan saat masa kecil membuat anak merasa diperhatikan oleh orang tuanya. Ketika anak mulai beranjak remaja, mereka mencoba untuk mencapai perasaan serupa dengan berpura-pura sakit.

Kenali Gejala Sindrom Munchausen  Pada Anak 

Ada beberapa hal yang perlu ibu ketahui untuk mengetahui gejala dari sindrom Munchausen pada anak. Berikut adalah gejalanya:

  • Mengatakan kalau gejala yang dirasakan memburuk setiap harinya.
  • Tidak dapat menjelaskan gejala yang dialami secara konsisten.
  • Sering mengunjungi rumah sakit atau fasilitas kesehatan yang berbeda-beda.
  • Ketika anak dibawa ke rumah sakit, gejalanya akan menghilang. Namun, gejala tersebut akan kembali muncul saat anak sudah kembali berada di rumah. 
  • Ketika sedang berpura-pura sakit, anak akan sering meminta bantuan orang lain. 
  • Tidak mau mengonsumsi obat yang dianjurkan dokter.
  • Mau melakukan berbagai pemeriksaan, tes kesehatan, bahkan tindakan operasi. Hal ini untuk memastikan kalau dirinya sakit kepada orang lain. 
  • Gejala yang dialami hanya muncul ketika mengalami masalah pribadi atau bersama dengan orang-orang tertentu.
  • Mengalami gangguan kepercayaan diri.
  • Sering tertangkap basah sedang berbohong atau mengarang cerita dengan orang lain.

Itulah penjelasan mengenai sindrom Munchausen. Sindrom ini bisa terjadi pada siapa saja, tanpa terkecuali anak-anak. Meski pada umumnya penyakit ini ditemukan pada orang dewasa. 

Jika ibu masih memiliki pertanyaan seputar sindrom Munchausen, segeralah hubungi dokter. Nah, melalui aplikasi Halodoc, ibu dapat tanya dokter spesialis anak untuk mendapatkan informasi medis yang dibutuhkan.Tentunya melalui fitur chat/video call secara langsung pada aplikasinya. Jadi, tunggu apa lagi? Yuk, download Halodoc sekarang juga! 

Referensi: 

NHS. Diakses pada 2022. Overview – Munchausen’s Syndrome.
Medical News Today. Diakses pada 2022. Munchausen syndrome, or factitious disorder imposed on self. 
Cleveland Clinic. Diakses pada 2022. Munchausen Syndrome (Factitious Disorder Imposed on Self).
Halodoc. Diakses pada 2022. Waspadai Sindrom Munchausen yang Mengintai Anak-Anak.