Ibu Hamil Naik Pesawat, Amankah?
Halodoc, Jakarta - Saat ini, liburan seakan sudah menjadi kebutuhan bagi banyak orang, tak terkecuali bagi ibu hamil, apa lagi menjelang musim liburan seperti sekarang. Nah, khusus untuk bepergian lewat jalur udara, ada pertanyaan yang sering muncul, “ibu hamil naik pesawat, aman atau enggak ya?”
Ibu Hamil Naik Pesawat, Aman atau Enggak?
Ibu hamil memang tidak bisa bebas beraktivitas dan makan seperti sebelum hamil. Segala sesuatu yang ingin ibu lakukan haruslah mempertimbangkan kesehatan ibu dan janin, dan ibu harus menjadikan ini prioritas.
(Baca juga: Beragam Tips Mudik Aman Saat Hamil)
Sebetulnya, bepergian dengan pesawat bagi ibu hamil relatif aman, asalkan ibu dan janin dalam kondisi sehat. Namun, situasi dan kondisi saat naik pesawat berpotensi menimbulkan dampak negatif bagi kesehatan ibu dan janin. Maka dari itu, ibu dianjurkan untuk memilih moda transportasi alternatif selain pesawat.
Secara umum, perjalanan udara adalah pilihan yang aman jika ibu berada di masa kehamilan trimester kedua. Jika kehamilan ibu masih di trimester pertama, tubuh ibu masih menyesuaikan, sehingga mudah lelah dan mual. Terlepas ibu sedang berada di perjalanan atau tidak, risiko keguguran di trimester pertama tetap lebih tinggi.
Sementara itu, di trimester ketiga alias menginjak usia kelahiran, bepergian akan terasa sangat tidak nyaman dan melelahkan. Sehingga, ini juga tidak disarankan.
Jika ibu merencanakan untuk naik pesawat, ibu wajib bertanya dan memastikan kondisi kesehatan ibu dan janin pada dokter sebelum memesan tiket. Ibu bisa berdiskusi dengan dokter melalui aplikasi Halodoc. Lewat fitur Chat dan Voice/Video Call, ibu bisa mengobrol dengan dokter ahli tanpa perlu ke luar rumah.
Risiko Ibu Hamil Naik Pesawat
Meski relatif aman, naik pesawat saat hamil berisiko memicu penggumpalan darah pada vena, keguguran atau gangguan pada janin, dan penurunan oksigen dalam darah.
Penggumpalan darah pada vena berpotensi terjadi karena pada penerbangan yang lebih dari empat jam. Ini karena selama penerbangan ibu duduk dalam waktu lama. Untuk mengurangi risikonya, beberapa hal yang bisa ibu lakukan antara lain:
- Banyak minum air putih.
- Hindari meminum alkohol.
- Lakukan peregangan sesekali selama penerbangan.
- Jika aman dan memungkinkan, berjalanlah di sekitar kabin.
Berada di ketinggian selama penerbangan membuat tekanan darah menurun. Akibatnya, kadar oksigen dalam darah juga ikut menurun. Meski begitu, kondisi ini tidak berisiko memberi pengaruh signifikan, asalkan ibu dan janin dalam kondisi sehat.
Selain itu, ibu juga berisiko mengalami keguguran, bahkan gangguan pada janin. Terlebih jika ibu sering bepergian naik pesawat, paparan radiasi atmosfer di ketinggian bisa berbahaya bagi janin. Namun, jika ibu dan janin dalam keadaan sehat dan hanya satu atau dua kali naik pesawat, ini tidak berpotensi menimbulkan masalah.
Gejala yang Meningkatkan Risiko Bahaya Naik Pesawat saat Hamil
Agar diagnosis dokter bisa lebih akurat, ibu bisa membantu dokter dengan mengenali gejala-gejala tertentu di masa kehamilan ibu. Perjalanan udara menjadi berbahaya jika ibu menemukan gejala berikut:
- Terdapat tanda-tanda kandungan lemah, seperti flek atau perdarahan, kram, dan rasa sakit di perut.
- Ibu mengidap preeklamsia.
- Ada risiko air ketuban bocor sebelum waktunya persalinan.
- ibu punya keluhan tertentu seperti diabetes, darah tinggi, atau darah rendah.
- Hamil kembar di atas 28 minggu.
- Kondisi plasenta tidak normal.
- Punya riwayat penyumbatan pembuluh darah.
- Punya riwayat keguguran.
- Bayi mengidap intrauterine growth restriction (IUGR).
Beberapa dari gejala di atas memang tak bisa dirasakan atau diamati sekilas. Ibu tetap harus bertanya pada dokter sebelum merencanakan perjalanan via udara. Karena itu, yuk, download aplikasi Halodoc sekarang juga di App Store dan Google Play!
Berlangganan Artikel Halodoc
Topik Terkini
Mulai Rp50 Ribu! Bisa Konsultasi dengan Ahli seputar Kesehatan